Ambisi Ismi

Andini harus selalu mengusap dada dengan sikap Ismi yang semakin hari semakin membuatnya kesal. Dulu ketika mereka masih tinggal satu rumah di awal menikah dengan Fikhi saja sudah membuat Andini hampir menyerah apalagi sikap Fikhi yang tidak tegas pada Ismi membuat wanita tua itu seolah makin menjadi-jadi dan sewenang-wenang padanya. Andini baru bisa memaksa Fikhi untuk pindah dari rumah itu setelah dokter mengatakan bahwa ibu hamil tak boleh stres berkepanjangan karena akan berdampak pada anak yang dikandungnya. Nyatanya setelah pindah pun, Ismi masih saja merecoki kehidupan rumah tangga mereka.

"Kamu bertengkar lagi dengan ibu?" tanya Fikhi yang baru saja melipat sajadah yang ia gunakan sehabis salat isya.

"Bukan aku yang cari gara-gara namun ibu yang cari gara-gara, Mas tahu sendiri kan bagaimana sikap ibu?" jawab Andini apa adanya.

Fikhi kemudian duduk di sebelah Andini yang saat ini tengah menundukan kepalanya, Fikhi menggenggam tangan Andini dan membuat Andini bisa sejenak melupakan beban berat yang tengah ia pikul.

"Aku masih bisa bertahan dengan semua perilaku menyikatkan ibu namun satu hal yang tak akan pernah bisa aku ampuni adalah ketika kamu mendua, aku bukan wanita yang rela jika harus berbagi suami. Aku tidak sekuat itu, Mas."

"Kamu ini bicara apa, sih? Siapa juga yang mau menikah lagi? Kamu udah cek ponselku kan? Apakah aku selama ini suka bertelepon atau bertukar pesan dengan wanita lain?"

"Tolong jangan pernah lakukan itu."

"Tidak akan, Andini."

Andini memeluk suaminya itu, ia yakin bahwa Fikhi tak akan menduakannya dan semoga saja selamanya Fikhi akan seperti ini walau Ismi sudah berusaha mencekoki supaya Fikhi mau menikah lagi. Dari mana Andini tahu bahwa Ismi berusaha meminta Fikhi menikah lagi? Tentu saja karena kala itu Andini pernah tak sengaja mendengar pembicaraan serius antara Fikhi dan Ismi yang tentu saja membuat hatinya remuk redam dengan permintaan ibu mertuanya itu.

****

Ismi meminta akhir pekan ini Fikhi datang ke rumahnya sendirian saja karena ada hal penting yang mau dibicarakan. Fikhi waktu itu mengiyakan apa yang diminta oleh Ismi namun rupanya kala Fikhi datang, ia juga mengajak Andini turut serta yang membuat Ismi tak suka dengan kedatangan menantunya itu.

"Kami datang, Bu."

"Fikhi, Ibu kan minta kamu datang sendirian, kok kamu malah mengajak wanita ini juga, sih?!"

"Memangnya salah kalau Mas Fikhi mengajak aku, Bu? Aku ini istrinya," jawab Andini dengan penuh rasa percaya diri.

"Diam kamu! Saya sama sekali tak bicara dengan kamu!" seru Ismi seraya mengacungkan jari pada Andini.

"Mas bisa melihat sendiri kan, ini adalah sikap asli Ibu padaku selama ini kalau kamu pergi bekerja," adu Andini.

Ismi terkejut karena ia barusan kelepasan dan kini Fikhi menatapnya dengan tatapan yang membuat Ismi tak nyaman. Ismi berdehem dan kemudian ia pun memulai aktingnya supaya Fikhi tak menaruh curiga berlebihan padanya.

"Ibu tadi hanya kelepasan saja, apa yang Andini katakan itu sama sekali tak benar, Nak. Kamu jangan percaya dengan apa yang dikatakan olehnya."

Lagi-lagi Andini tak percaya bahwa mertuanya ini mulai kembali berakting dan membuatnya kesal.

"Bisakah Ibu langsung masuk pada intinya saja? Aku tidak punya banyak waktu," tegas Fikhi.

"Nak, apakah kamu sudah tidak sayang pada Ibu? Ibu kan mau menghabiskan waktu denganmu."

****

Entah apa yang Andini katakan pada Fikhi sebelum datang ke sini hingga sekarang Fikhi seperti susah sekali menurut pada Ismi padahal biasanya Fikhi tak seperti ini.

"Nak jangan jadi anak durhaka kamu, Ibu membesarkan kamu supaya kamu memiliki budi pekerti dan akhlak yang baik bukan menjadi orang yang seperti ini. Apakah istri kamu ini sudah meracuni pikiran kamu supaya membenci Ibu, iya?"

"Bu, aku sudah mengatakan bahwa aku tak punya banyak waktu di sini. Aku sudah janji akan mengajak Bella dan Shita untuk pergi ke kebun binatang jam 10 pagi ini."

"Tapi Nak ...."

"Kalau memang Ibu tak mau mengatakannya, kami pamit dulu."

"Tunggu dulu, Nak. Ibu mau mengatakan sesuatu mengenai permintaan Ibu kala itu."

"Permintaan yang mana?"

"Permintaan bahwa Ibu mau cucu laki-laki."

"Ibu kan sudah punya Kenzi dan Corry. Apakah mereka bukan cucu Ibu?"

"Tapi mereka kan anak kakak kamu, yang ibu mau itu cucu laki-laki dari garis keturunan kamu."

"Maaf Bu, tapi aku dan Andini sudah sepakat untuk tidak mau menambah anak lagi. Bella dan Shita sudah cukup untuk kami."

"Kalau begitu kamu pertimbangkan untuk mencari istri kedua seperti yang diusulkan Ibu."

Andini sontak saja menggertakan rahangnya mendengar Ismi yang dengan entengnya mengatakan itu di depannya, tangannya sudah mengepal kuat saat ini namun Fikhi mengusap tangannya dan memberikan tatapan teduhnya yang bisa membuat Andini mengontrol emosinya.

****

Selepas Fikhi dan Andini pergi kini Ismi nampak kesal bukan main karena rencana dia mempertemukan Fikhi dan Nadine gagal total karena Fikhi menolak mentah-mentah usulannya. Ia sudah terlanjur membuat janji dengan keluarga Nadine dan apa yang akan ia katakan pada calon besannya kalau ketika mereka datang Fikhi tak ada?

"Andini, wanita itu memang sangat keterlaluan! Awas saja kamu, akan aku balas perbuatanmu yang sudah mempengaruhi putraku!"

Tak lama kemudian sebuah mobil SUV mewah berhenti di depan rumah Ismi dan turunlah ketiga orang yang mengenakan pakaian yang tentu saja sekilas orang akan mengenali bahwa keluarga ini bukanlah keluarga sembarangan.

"Kalian sudah datang rupanya."

Ismi membawa keluarga calon besannya itu masuk ke dalam rumah, ia membuatkan minuman dan kemudian mereka berbincang di ruang tamu.

"Fikhi di mana? Kok dia sama sekali tak terlihat?"

"Eh anu ...."

"Kenapa Bu?"

"Sudahlah, nanti juga dia datang pokoknya dia sudah setuju kok soal rencana kita."

"Ibu yakin? Bukankah saat terakhir kali kita bertemu dengannya, Fikhi seperti tak suka dengan rencana anda?" tanya Sujiatmi yang merupakan calon besannya.

"Bu Besan pokoknya jangan khawatir soal itu karena anak saya sudah setuju kok soal semuanya."

****

Sementara itu saat ini Bella dan Shita tengah menunggangi gajah dan kedua anak itu nampak bahagia sekali diajak liburan oleh kedua orang tuanya ke kebun binatang seperti ini. Andini dan Fikhi memerhatikan kedua buah hatinya, sejujurnya saat ini Andini masih memikirkan apa yang dikatakan oleh Ismi sebelum mereka datang ke tempat ini.

"Mas aku ...."

"Apa? Kamu masih kepikiran dengan apa yang ibu ucapkan?"

"Iya Mas."

Fikhi meraih tangan Andini dan menatap Andini teduh yang mana tatapan itu selalu bisa membuatnya jatuh cinta dan percaya bahwa pria ini tak akan pernah mengkhianatinya.

"Aku tak akan pernah mau berpoligami, hanya kamu satu-satunya orang yang aku cintai. Percayalah."

Episodes
1 Mertua yang Menyebalkan
2 Air Mata yang Tumpah Di Atas Sajadah
3 Ambisi Ismi
4 Permintaan Kakak Ipar
5 Siasat Mengambil Hati Calon Mertua
6 Sikap yang Nekat
7 Mengeluh Lagi Pada Suami
8 Menjaga Janji Suci Pernikahan
9 Tuduhan yang Membuat Sakit Hati
10 Penggrebekan Berujung Bencana
11 Nikah Siri
12 Aku Pergi
13 Akhirnya Mereka Tahu
14 Sang Penggoda Ulung
15 Karena Aku Kecewa
16 Berusaha Meyakinkan
17 Selalu Membuat Heboh
18 Meminta Untuk Kembali
19 Omongan Julid
20 Guru Baru yang Tampan
21 Sikap yang Tidak Berubah
22 Ucapan Terima Kasih
23 Guru Berprestasi
24 Putusan yang Dinantikan
25 Ambisi yang Tercapai
26 Setelah Pesta Pernikahan
27 Pindah Rumah Akibat Tetangga Julid
28 Kebetulan Apa Ini?
29 Tak Terlaksana
30 Perundungan
31 Sulit Diajak Kerja Sama
32 Permintaan Mantan Suami
33 Adik Kembali
34 Terima Kasih Atas Pemberian
35 Apakah Salah Lihat?
36 Adu Mekanik
37 Curiga Pada Menantu
38 Menikah Saja Dengan Dia
39 Masih Mencari Bukti Lain
40 Bukti yang Nyata
41 Keputusan Sudah Diambil
42 Mantan yang Membujuk Kembali
43 Masih Berusaha
44 Sebuah Pernyataan yang Dinantikan
45 Calon Suami Anak Kita
46 Disetujui Oleh Orang Tua
47 Obsesi Sang Mantan Suami
48 Hari Bahagia Itu Datang
49 Mantan Mertua yang Tidak Jera
50 Harga Diri Untuk Mantan Mertua
51 Sikap Tegas Anak Pertama
52 Aku Terharu
53 Ibu Masuk Rumah Sakit
54 Mantan Pacar Suami Berulah
55 Mulut Pedas yang Tak Berubah
56 Suami Dan Mantan Suami
57 Mantan yang Tak Tahu Diri
58 Karena Kamu Perempuan
59 Isakan Kepedihan
60 Menolak Mengembalikan Uang
61 Kala Mantan Besan Datang
62 Bukti yang Membuat Tak Berkutik
63 Ibu yang Malu Dan Kecewa
64 Tidak Sama Lagi
65 Rasa Cemas
66 Duka Tak Terduga
67 Ibu Tetap Menolak
68 Ada yang Berbeda
69 Balasan Untuk Mantan Mertua?
70 Pengakuan Mantan Istri
71 Mengadu Pada Mertua
72 Peringatan Dari Mertua
73 Menjenguk Anak
74 Curiga Pada Seseorang
75 Pertanda Baik
76 Tak Tahu Malu
77 Tatapan Penghinaan
78 Mulai Berubah
79 Teman Lama yang Mencoba Dekat
80 Minta Maaf yang Gagal
81 Tak Menyangka Bahwa Jujur
82 Tekad Untuk Meminta Maaf
83 Tamu Tak Terduga
84 Ibu Minta Maaf Akhirnya
85 Kedatangan yang Tak Diduga
86 Kehangatan yang Dirindukan
87 Air Mata Dan Permintaan
88 Aku Tidak Mau Bercerai
89 Jatuh Bangkrut
90 Sungguh Tak Percaya
91 Mimpi Buruk yang Tiba-Tiba Datang
92 Rumah Sakit
93 Hadir Untuk Mantan Istri
94 Curhat Pada Mantan Suami
95 Selamat Ulang Tahun
96 Akhir Kisah
Episodes

Updated 96 Episodes

1
Mertua yang Menyebalkan
2
Air Mata yang Tumpah Di Atas Sajadah
3
Ambisi Ismi
4
Permintaan Kakak Ipar
5
Siasat Mengambil Hati Calon Mertua
6
Sikap yang Nekat
7
Mengeluh Lagi Pada Suami
8
Menjaga Janji Suci Pernikahan
9
Tuduhan yang Membuat Sakit Hati
10
Penggrebekan Berujung Bencana
11
Nikah Siri
12
Aku Pergi
13
Akhirnya Mereka Tahu
14
Sang Penggoda Ulung
15
Karena Aku Kecewa
16
Berusaha Meyakinkan
17
Selalu Membuat Heboh
18
Meminta Untuk Kembali
19
Omongan Julid
20
Guru Baru yang Tampan
21
Sikap yang Tidak Berubah
22
Ucapan Terima Kasih
23
Guru Berprestasi
24
Putusan yang Dinantikan
25
Ambisi yang Tercapai
26
Setelah Pesta Pernikahan
27
Pindah Rumah Akibat Tetangga Julid
28
Kebetulan Apa Ini?
29
Tak Terlaksana
30
Perundungan
31
Sulit Diajak Kerja Sama
32
Permintaan Mantan Suami
33
Adik Kembali
34
Terima Kasih Atas Pemberian
35
Apakah Salah Lihat?
36
Adu Mekanik
37
Curiga Pada Menantu
38
Menikah Saja Dengan Dia
39
Masih Mencari Bukti Lain
40
Bukti yang Nyata
41
Keputusan Sudah Diambil
42
Mantan yang Membujuk Kembali
43
Masih Berusaha
44
Sebuah Pernyataan yang Dinantikan
45
Calon Suami Anak Kita
46
Disetujui Oleh Orang Tua
47
Obsesi Sang Mantan Suami
48
Hari Bahagia Itu Datang
49
Mantan Mertua yang Tidak Jera
50
Harga Diri Untuk Mantan Mertua
51
Sikap Tegas Anak Pertama
52
Aku Terharu
53
Ibu Masuk Rumah Sakit
54
Mantan Pacar Suami Berulah
55
Mulut Pedas yang Tak Berubah
56
Suami Dan Mantan Suami
57
Mantan yang Tak Tahu Diri
58
Karena Kamu Perempuan
59
Isakan Kepedihan
60
Menolak Mengembalikan Uang
61
Kala Mantan Besan Datang
62
Bukti yang Membuat Tak Berkutik
63
Ibu yang Malu Dan Kecewa
64
Tidak Sama Lagi
65
Rasa Cemas
66
Duka Tak Terduga
67
Ibu Tetap Menolak
68
Ada yang Berbeda
69
Balasan Untuk Mantan Mertua?
70
Pengakuan Mantan Istri
71
Mengadu Pada Mertua
72
Peringatan Dari Mertua
73
Menjenguk Anak
74
Curiga Pada Seseorang
75
Pertanda Baik
76
Tak Tahu Malu
77
Tatapan Penghinaan
78
Mulai Berubah
79
Teman Lama yang Mencoba Dekat
80
Minta Maaf yang Gagal
81
Tak Menyangka Bahwa Jujur
82
Tekad Untuk Meminta Maaf
83
Tamu Tak Terduga
84
Ibu Minta Maaf Akhirnya
85
Kedatangan yang Tak Diduga
86
Kehangatan yang Dirindukan
87
Air Mata Dan Permintaan
88
Aku Tidak Mau Bercerai
89
Jatuh Bangkrut
90
Sungguh Tak Percaya
91
Mimpi Buruk yang Tiba-Tiba Datang
92
Rumah Sakit
93
Hadir Untuk Mantan Istri
94
Curhat Pada Mantan Suami
95
Selamat Ulang Tahun
96
Akhir Kisah

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!