Permintaan Kakak Ipar

Keluarga kecil Fikhi baru saja tiba di rumah menjelang sore hari saat itu nampak Ismi sudah berdiri di depan pagar rumah mereka dan wanita tua itu langsung menatap tajam pada Andini yang turun duluan membukakan pintu pagar supaya mobil Fikhi bisa masuk.

"Bagus sekali ya, begini sikap kamu ketika melihat mertuamu berdiri di sini? Tidak mengucapkan salam dulu malah langsung dengan tidak sopannya melengos."

Andini hanya diam saja membiarkan Ismi mengoceh sampai puas, mobil Fikhi pun masuk ke dalam garasi mobil dan langsung saja Fikhi meminta Andini membawa Bella dan Shita masuk ke dalam rumah karena Fikhi tahu apa yang akan dibicarakan oleh ibunya ini sama sekali tak layak untuk didengar oleh kedua anaknya. Selepas memastikan Andini membawa kedua putri mereka masuk ke dalam rumah maka Fikhi pun menutup pintu pagar rumah dan mengajak Ismi duduk di teras rumah.

"Ada apa lagi, Bu?"

"Tadi keluarga pak Joko datang saat kamu pergi dengan anak-anak."

"Lalu?"

"Lalu? Kamu ini kok malah bertanya? Jelas-jelas keluarga pak Joko menanyakan kamu dan mereka juga tadi membawa Nadine kok, dia sedih sekali saat tahu kamu tak ada."

"Bu, bukankah Ibu sudah mengetahui bahwa aku ini bukanlah orang yang menganut paham poligami? Aku cinta dengan Andini dan sampai kapan pun aku akan mempertahankan rumah tangga kami."

"Bagusnya dia itu apa? Dia itu cuma guru SMA sekolah swasta dan gajinya juga tak seberapa dibanding kalau kamu menerima Nadine. Kamu tahu kan perusahaan pembuatan mebel pak Joko itu memiliki omzet sampai miliyaran setahun karena perusahaan beliau suka melakukan ekspor ke Eropa dan Amerika."

"Maaf Bu, tapi kali ini aku menolaknya dengan tegas. Selama ini aku tak pernah bersikap tegas pada Ibu karena sudah terlalu dalam mencampuri urusan rumah tanggaku dengan Andini."

"Fikhi, kamu tega sama Ibu?" ujar Ismi berkaca-kaca.

Fikhi tentu saja sebenarnya tak tega membiarkan ibunya menangis dan sedih namun ia tak punya pilihan lain.

"Maaf Bu, aku tak bisa."

Ismi nampak menangis pilu berusaha memancing sisi lembut Fikhi karena Fikhi selalu luluh saat dirinya menangis.

"Kamu berubah, dulu kamu tak pernah membuat Ibu menangis seperti ini namun belakangan ini apa saja yang sudah wanita itu lakukan padamu hingga tega sekali dia memfitnah Ibu dan kamu percaya?"

****

Andini menguping apa yang Fikhi dan Ismi bicarakan tentu saja selepas ia memastikan kalau Bella dan Shita sudah masuk ke dalam kamar dan tak akan mendengar pembicaraan Fikhi dan Ismi. Sejujurnya Andini kesal bukan main pada mertuanya itu yang menjadi duri dalam rumah tangganya, selama ini ia masih bisa menahan diri namun kalau sampai Fikhi luluh dan mau berpoligami atau ia memiliki selingkuhan maka Andini memilih menyerah dan berpisah dari Fikhi.

"Kamu di sini?"

Fikhi sudah membuat Ismi bisa pulang dan kini ia masuk ke dalam rumah dan menemukan Andini tengah menguping dari ruang tamu.

"Iya Mas, maaf kalau aku lancang."

"Kamu udah dengar sendiri kan? Aku tak akan pernah mau menduakan kamu. Aku sudah mengorbankan banyak hal demi hubungan kita ini dan rasanya tak akan pernah mungkin aku lupa janji yang pernah aku buat pada ayahmu saat aku melemar kamu dan pertama kali kita resmi menikah dulu bahwa aku tak akan pernah menyakiti hatimu."

****

Siang ini saat jam makan siang, Fikhi ada sebuah restoran tengah menunggu seseorang untuk datang menemuinya. Ia tadi sudah berkirim pesan pada orang itu dan mengirimkan lokasi ini sebagai tempat mereka bertemu. Hampir 10 menit kemudian akhirnya sosok yang ia tunggu tiba juga, wanita yang usianya lebih dewasa darinya berjalan dengan anggun ke arahnya dan duduk di kursi yang berhadapan dengannya.

"Maaf Kak karena sudah membuat Kakak datang ke sini."

"Nggak masalah kok, kebetulan juga lagi senggang jadi bisa bertemu. Apa yang mau kamu bicarakan?"

"Nggak mau pesan sesuatu dulu?"

"Itu gampang, sekarang kamu coba bicara ada apa."

Fikhi nampak menarik napas sebelum menceritakan keluh kesahnya mengenai Ismi pada sang kakak yang bernama Julia. Sebagai seorang yang terlahir dari rahim yang sama dengan Fikhi tentu saja Julia sudah khatam dengan tindak-tanduk Ismi yang kadang di luar batas dan oleh sebab itu Julia memilih tinggal sangat jauh dari rumah Ismi supaya keluarganya bisa tenang tanpa ada huru-hara yang sengaja ibunya ciptakan itu.

"Kamu lagi gak berbohong kan?"

"Maksud Kakak apa? Siapa yang berbohong? Tentu saja aku sama sekali tak berbohong."

"Maksudku apakah kamu sama sekali tak tertarik pada wanita itu? Nadine itu cantiknya di atas rata-rata dan banyak sekali pria yang naksir dengannya tapi ia menolaknya karena katanya hanya suka denganmu."

****

Andini seperti biasa mengajar pada siang ini di kelas XI IPA 1 yang mana semua siswa dan siswi yang ada di kelas ini memerhatikan Andini dengan seksama kala ia menerangkan materi pada siang ini.

"Baiklah, sepertinya pertemuan kita siang ini cukup sampai di sini. Ingat tugasnya dikumpulkan minggu depan."

Andini kemudian merapihkan buku dan alat mengajarnya kemudian pamit pada muridnya sebelum keluar kelas. Setelah mengajar kelas ini, ia memiliki waktu istirahat sampai ia mengajar lagi nanti di jam terakhir. Di ruang guru tak banyak guru yang ada di sini karena hampir semuanya sedang mengajar di kelas masing-masing dan sisanya hanya ada guru piket dan guru yang seperti Andini sedang menunggu jam mengajar. Saat ini ia sedang mengoreksi tugas muridnya ketika ponselnya berdering, ia melirik sekilas ke arah ponselnya dan di sana ada nama kakak iparnya. Andini kemudian menjawab telepon itu karena saat ini ia sedang tidak mengajar di kelas.

"Assalamualaikum, Kak."

"Kalau aku sedang mengajar tentu aku tak bisa menjawab telepon."

"Oh bisa, nanti Kakak kirimkan saja alamatnya, sepulang mengajar aku akan datang."

****

Sepulang mengajar, Andini pergi ke sebuah cafe yang tak asing baginya karena ia sudah sering datang ke sini bersama Fikhi dan kedua anaknya. Andini yang baru masuk ke dalam cafe ini langsung mengedarkan pandangan dan menemukan sosok yang tadi menelponnya melambaikan tangan ke arahnya.

"Kakak sudah lama menunggu?"

"Belum kok, kamu pesan saja dulu."

"Nanti saja Kak, memangnya apa yang hendak Kakak bicarakan denganku?"

Orang yang Andini temui ini adalah Julia, memang tadi Julia sengaja menghubungi Andini untuk bertemu dan membicarakan sesuatu.

"Tadi siang Fikhi curhat sama Kakak mengenai sikap ibu yang masih saja berusaha menjodohkan dia dan membuat kalian bercerai."

Julia menggenggam tangan adik iparnya yang sudah ia anggap seperti adik kandungnya itu yang mana membuat Andini terkejut.

"Tolong kamu percaya dengan Fikhi, dia sama sekali tak ada niat untuk menduakan kamu dan menuruti apa yang ibu minta."

Episodes
1 Mertua yang Menyebalkan
2 Air Mata yang Tumpah Di Atas Sajadah
3 Ambisi Ismi
4 Permintaan Kakak Ipar
5 Siasat Mengambil Hati Calon Mertua
6 Sikap yang Nekat
7 Mengeluh Lagi Pada Suami
8 Menjaga Janji Suci Pernikahan
9 Tuduhan yang Membuat Sakit Hati
10 Penggrebekan Berujung Bencana
11 Nikah Siri
12 Aku Pergi
13 Akhirnya Mereka Tahu
14 Sang Penggoda Ulung
15 Karena Aku Kecewa
16 Berusaha Meyakinkan
17 Selalu Membuat Heboh
18 Meminta Untuk Kembali
19 Omongan Julid
20 Guru Baru yang Tampan
21 Sikap yang Tidak Berubah
22 Ucapan Terima Kasih
23 Guru Berprestasi
24 Putusan yang Dinantikan
25 Ambisi yang Tercapai
26 Setelah Pesta Pernikahan
27 Pindah Rumah Akibat Tetangga Julid
28 Kebetulan Apa Ini?
29 Tak Terlaksana
30 Perundungan
31 Sulit Diajak Kerja Sama
32 Permintaan Mantan Suami
33 Adik Kembali
34 Terima Kasih Atas Pemberian
35 Apakah Salah Lihat?
36 Adu Mekanik
37 Curiga Pada Menantu
38 Menikah Saja Dengan Dia
39 Masih Mencari Bukti Lain
40 Bukti yang Nyata
41 Keputusan Sudah Diambil
42 Mantan yang Membujuk Kembali
43 Masih Berusaha
44 Sebuah Pernyataan yang Dinantikan
45 Calon Suami Anak Kita
46 Disetujui Oleh Orang Tua
47 Obsesi Sang Mantan Suami
48 Hari Bahagia Itu Datang
49 Mantan Mertua yang Tidak Jera
50 Harga Diri Untuk Mantan Mertua
51 Sikap Tegas Anak Pertama
52 Aku Terharu
53 Ibu Masuk Rumah Sakit
54 Mantan Pacar Suami Berulah
55 Mulut Pedas yang Tak Berubah
56 Suami Dan Mantan Suami
57 Mantan yang Tak Tahu Diri
58 Karena Kamu Perempuan
59 Isakan Kepedihan
60 Menolak Mengembalikan Uang
61 Kala Mantan Besan Datang
62 Bukti yang Membuat Tak Berkutik
63 Ibu yang Malu Dan Kecewa
64 Tidak Sama Lagi
65 Rasa Cemas
66 Duka Tak Terduga
67 Ibu Tetap Menolak
68 Ada yang Berbeda
69 Balasan Untuk Mantan Mertua?
70 Pengakuan Mantan Istri
71 Mengadu Pada Mertua
72 Peringatan Dari Mertua
73 Menjenguk Anak
74 Curiga Pada Seseorang
75 Pertanda Baik
76 Tak Tahu Malu
77 Tatapan Penghinaan
78 Mulai Berubah
79 Teman Lama yang Mencoba Dekat
80 Minta Maaf yang Gagal
81 Tak Menyangka Bahwa Jujur
82 Tekad Untuk Meminta Maaf
83 Tamu Tak Terduga
84 Ibu Minta Maaf Akhirnya
85 Kedatangan yang Tak Diduga
86 Kehangatan yang Dirindukan
87 Air Mata Dan Permintaan
88 Aku Tidak Mau Bercerai
89 Jatuh Bangkrut
90 Sungguh Tak Percaya
91 Mimpi Buruk yang Tiba-Tiba Datang
92 Rumah Sakit
93 Hadir Untuk Mantan Istri
94 Curhat Pada Mantan Suami
95 Selamat Ulang Tahun
96 Akhir Kisah
Episodes

Updated 96 Episodes

1
Mertua yang Menyebalkan
2
Air Mata yang Tumpah Di Atas Sajadah
3
Ambisi Ismi
4
Permintaan Kakak Ipar
5
Siasat Mengambil Hati Calon Mertua
6
Sikap yang Nekat
7
Mengeluh Lagi Pada Suami
8
Menjaga Janji Suci Pernikahan
9
Tuduhan yang Membuat Sakit Hati
10
Penggrebekan Berujung Bencana
11
Nikah Siri
12
Aku Pergi
13
Akhirnya Mereka Tahu
14
Sang Penggoda Ulung
15
Karena Aku Kecewa
16
Berusaha Meyakinkan
17
Selalu Membuat Heboh
18
Meminta Untuk Kembali
19
Omongan Julid
20
Guru Baru yang Tampan
21
Sikap yang Tidak Berubah
22
Ucapan Terima Kasih
23
Guru Berprestasi
24
Putusan yang Dinantikan
25
Ambisi yang Tercapai
26
Setelah Pesta Pernikahan
27
Pindah Rumah Akibat Tetangga Julid
28
Kebetulan Apa Ini?
29
Tak Terlaksana
30
Perundungan
31
Sulit Diajak Kerja Sama
32
Permintaan Mantan Suami
33
Adik Kembali
34
Terima Kasih Atas Pemberian
35
Apakah Salah Lihat?
36
Adu Mekanik
37
Curiga Pada Menantu
38
Menikah Saja Dengan Dia
39
Masih Mencari Bukti Lain
40
Bukti yang Nyata
41
Keputusan Sudah Diambil
42
Mantan yang Membujuk Kembali
43
Masih Berusaha
44
Sebuah Pernyataan yang Dinantikan
45
Calon Suami Anak Kita
46
Disetujui Oleh Orang Tua
47
Obsesi Sang Mantan Suami
48
Hari Bahagia Itu Datang
49
Mantan Mertua yang Tidak Jera
50
Harga Diri Untuk Mantan Mertua
51
Sikap Tegas Anak Pertama
52
Aku Terharu
53
Ibu Masuk Rumah Sakit
54
Mantan Pacar Suami Berulah
55
Mulut Pedas yang Tak Berubah
56
Suami Dan Mantan Suami
57
Mantan yang Tak Tahu Diri
58
Karena Kamu Perempuan
59
Isakan Kepedihan
60
Menolak Mengembalikan Uang
61
Kala Mantan Besan Datang
62
Bukti yang Membuat Tak Berkutik
63
Ibu yang Malu Dan Kecewa
64
Tidak Sama Lagi
65
Rasa Cemas
66
Duka Tak Terduga
67
Ibu Tetap Menolak
68
Ada yang Berbeda
69
Balasan Untuk Mantan Mertua?
70
Pengakuan Mantan Istri
71
Mengadu Pada Mertua
72
Peringatan Dari Mertua
73
Menjenguk Anak
74
Curiga Pada Seseorang
75
Pertanda Baik
76
Tak Tahu Malu
77
Tatapan Penghinaan
78
Mulai Berubah
79
Teman Lama yang Mencoba Dekat
80
Minta Maaf yang Gagal
81
Tak Menyangka Bahwa Jujur
82
Tekad Untuk Meminta Maaf
83
Tamu Tak Terduga
84
Ibu Minta Maaf Akhirnya
85
Kedatangan yang Tak Diduga
86
Kehangatan yang Dirindukan
87
Air Mata Dan Permintaan
88
Aku Tidak Mau Bercerai
89
Jatuh Bangkrut
90
Sungguh Tak Percaya
91
Mimpi Buruk yang Tiba-Tiba Datang
92
Rumah Sakit
93
Hadir Untuk Mantan Istri
94
Curhat Pada Mantan Suami
95
Selamat Ulang Tahun
96
Akhir Kisah

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!