Holy Power And Aura In Magic World
"Huff... huff... huff..."
Napas berat seorang pria menggema di tengah reruntuhan kota yang pernah megah. Tubuhnya yang lemah berlutut di tanah, menggigil oleh kelelahan yang tak tertahankan. Gedung-gedung pencakar langit kini menjadi puing-puing yang berserakan, menghiasi jalanan yang retak dan tidak beraturan. Tanah hancur, seperti habis diterjang tsunami, disusul gempa berkekuatan apokaliptik.
Api berkobar di setiap sudut kota, memakan sisa-sisa peradaban manusia. Namun, kehancuran ini bukan hanya milik kota itu. Dunia telah berubah menjadi neraka, kobaran api menyelimuti segalanya. Udara penuh dengan aroma kebinasaan, debu, dan kematian.
Mata pria itu tertunduk ke tanah. Tatapannya kosong, tanpa kilau. Sepasang mata hijau giok yang dulu bercahaya kini memudar menjadi pucat. Pandangannya tertuju pada sebuah busur panah yang tergeletak di dekatnya—busur yang pernah terlihat seperti buatan surga. Namun kini, kayu busur itu lapuk dan berkarat, tak lebih dari sekadar artefak usang yang kehilangan maknanya.
Tubuhnya porak-poranda. Lengan kanannya telah terputus, darah segar menetes tanpa henti, membasahi tanah di bawahnya. Mata kirinya tertutup oleh luka yang menganga, dan tubuhnya penuh dengan goresan serta luka dalam. Pria itu tidak jauh dari kematian; hanya nafas terakhir yang memisahkannya dari kehampaan.
"Dugaanmu benar, ini adalah akhirnya."
Sebuah suara menggema dari kabut hitam yang perlahan mendekat. Sosok itu berhenti di depan pria yang sekarat, berdiri seperti raja atas kehancuran. Ia adalah bayangan gelap dengan bentuk menyerupai manusia dewasa, namun tubuhnya sepenuhnya terdiri dari kabut hitam yang pekat. Sepasang mata merah menyala di balik kabut itu, seperti bara api di malam kelam.
"Busur panah itu... dan warisan keturunan nagamu... Aku akui, dengan itu kau berhasil mengalahkan bawahanku, Raja Naga. Tapi itu semua sia-sia, Nemesis Virgous."
Makhluk-makhluk lain bermunculan dari balik kabut, mengikuti sosok tersebut. Sebagian besar tampak seperti monster, dengan tubuh yang melampaui batas-batas akal manusia. Sebagian lainnya tampak seperti manusia, namun hawa jahat yang terpancar dari mereka jelas bukan milik dunia ini. Mereka adalah pasukan kehancuran, pengikut setia sang kabut hitam.
Virgous, pria yang berlutut itu, mengangkat kepalanya dengan susah payah. Tatapannya yang redup menatap langsung ke sumber segala bencana ini. Suaranya lemah, nyaris tenggelam di antara hiruk pikuk kobaran api.
"Jika memang ini akhirnya... bunuh saja aku. Tidak ada lagi yang bisa kuperjuangkan."
Makhluk kabut hitam itu menyeringai, senyumnya kejam. "Mengagumkan. Seorang fana sepertimu mampu mencapai titik ini... Namun, kau tetaplah manusia. Jika saja kau mampu mendorong kekuatan nagamu lebih jauh, hingga berevolusi menjadi Raja Naga, mungkin cerita ini akan berbeda. Tapi kau tahu? Itu pun tak akan mengubah hasil akhirnya."
Sosok kabut itu mengangkat tangannya. "Selamat tinggal, Nemesis Virgous, Aura Archer terkuat dari Bumi. Kau adalah prajurit terakhir."
Tangan kabut itu menembus dada Virgous, langsung menuju jantungnya. Rasa sakit luar biasa menjalar ke seluruh tubuh pria itu. Namun, ia tidak melawan. Sebuah kepasrahan yang dingin menyelimutinya.
"Dunia ini... sudah berakhir," pikirnya di saat-saat terakhir. Pandangannya mulai memudar, perlahan menyatu dengan kegelapan. "Seandainya... aku bisa mencapai Transcendent... Apakah semuanya akan berbeda?"
Namun, di tengah kehampaan yang mulai menelannya, sebuah suara bergema lembut.
"Virgous... Ini belum akhir segalanya."
Suara itu tidak jelas apakah berasal dari laki-laki atau perempuan. Suaranya seperti bisikan yang menyentuh jiwa, namun entah mengapa hanya Virgous yang dapat mendengarnya.
"Engkau akan kembali, Nemesis Virgous. Dunia yang kau kenal telah musnah, tetapi sebuah dunia lain menantimu. Dunia yang berbeda... dan lebih berbahaya."
Cahaya putih menyilaukan muncul di sekelilingnya. Tubuh Virgous terasa ringan, seperti melayang di udara tanpa arah.
***
"HAH!!"
Seorang anak kecil terbangun dengan napas tersengal-sengal. Tubuhnya yang mungil duduk di atas ranjang rumah sakit. Wajahnya pucat, keringat membasahi dahinya. Di luar, cahaya bulan menembus gorden yang sedikit terbuka, memberikan penerangan lembut ke dalam ruangan.
"Itu... hanya mimpi, bukan?" gumamnya, suara kecilnya bergetar. "Aku bukan Nemesis Virgous... Aku adalah Lynn..."
Namun, saat kata-kata itu meluncur dari bibirnya, kepalanya mendadak terasa sakit luar biasa.
"AARRGH!!"
Anak itu memegangi kepalanya erat-erat. Kilasan ingatan menyerbu pikirannya—memori seorang prajurit bernama Nemesis Virgous, dari pertarungan hidup dan mati hingga kehancuran dunia.
"Hah..." Setelah rasa sakit itu mereda, Lynn menurunkan tangannya perlahan. Tatapannya kosong, namun pikirannya mulai menyusun potongan-potongan ingatan itu. "Lynn... nama lamaku. Nama yang kutinggalkan... sebelum aku menjadi Nemesis Virgous."
Ia menatap ke arah jendela, melihat bulan yang perlahan menyelinap di balik awan. "Dunia ini... bukan Bumi yang kukenal."
Lynn menutup matanya, membiarkan pikirannya mencerna kenyataan. Tubuhnya kecil dan lemah, berbeda jauh dari tubuhnya sebagai Nemesis Virgous. Di masa kecilnya di Bumi yang asli, ia tidak pernah mengalami penyakit apa pun. Namun, di dunia ini, ia adalah seorang anak kecil yang menderita penyakit misterius, dan tubuhnya tidak bisa menyimpan Mana, energi yang menjadi dasar kekuatan di dunia ini.
Namun, suara yang ia dengar sebelum mati memberinya tujuan. "Aku tidak akan kalah. Kali ini... aku akan mengubah segalanya."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 50 Episodes
Comments