“Lynn, kamu sudah boleh membuka matamu,” ucap seorang pria yang asing, dengan suara yang berat.
Mendengar itu Lynn pun membuka matanya, ia telah berada di tempat berbeda, dan dipandang seorang pria yang terlihat tidak terlalu tua tapi sudah memiliki bulu kumis sedikit, dan terlihat berumur akhir 20 tahunan, dan rambut yang tertata rapi di depan Lynn. Pria itu menggunakan baju zirah kesatria khas milik kesatria suci.
Melihat Lynn yang telah membuka matanya, ia mundur beberapa langkah berlutut seperti seorang kesatria, ia memperkenalkan diri layaknya seorang kesatria yang memperkenalkan dirinya ke raja suatu negara.
“Aku Komandan Kesatria Suci, Hemdal Hylos, pengikut Dewa perang dan keberanian, Dewa Hylos,” ucapnya dengan arah mata ke Lynn yang berada di atas kasur dengan baju serba hitam yang mana sudah usang.
“Menggunakan nama Dewa yang diikutinya sebagai nama keluarga berati memiliki prestasi yang tidak sedikit, dan kemampuan yang sudah jelas bukan yang bisa diremehkan, d tambah dia seorang Komandan Kesatria Suci berati ia jelas bisa menggunakan Kekuatan Ilahi dari Dewa yang ia ikuti, seperti mereka menanggapi aku dengan serius sebagai ‘pilihan mereka’ sampai mengirim seorang di tingkat itu,” pikir Lynn yang melihat itu.
“Salam kenal Komandan Hemdal, panggil aku Lynn saja,” sapa Lynn, juga memperkenalkan balik dirinya.
“Lynn kah? Seperti semua dikatakan yang Uskup Roma benar, ia sudah siap menjalani kehidupan baru,” pikir Hemdal yang melihat Lynn dengan senyuman sebelum ia berdiri kembali dan mendekati Lynn.
“Sepertinya kamu sudah memikirkan nama barumu ya.”
“Yah begitulah, nama asliku terdiri dari tiga suku kata termasuk nama keluarga, karena itu aku tetap menggunakan nama Lynn sebagai namaku, lagian tidak ada salahnya kan? Dan nama Virgous sebagai nama keluargaku,” balas Lynn melihat Hemdal yang berdiri di depannya.
“Baiklah jika begitu namamu berati Lynn Virgous, kami ingin secepatnya membuat identitas barumu, tapi jika terlalu cepat akan menjadi mencurigakan jadi bersabarlah, juga sebagainya kamu mandi dahulu dan tukar pakaianmu itu yang sudah tidak layak pakai,” setelah berkata itu Hemdal menunjuk sebuah koper, “di koper itu sudah ada pakaian yang di siapkan oleh bawahanku, dan setalah itu beri pakaianmu itu ke aku, aku akan membakarnya untuk menghilangkan jejak terakhir.”
“Baiklah, terima kasih Komandan Hemdal,” jawab Lynn dengan tersenyum di wajahnya.
“Ah! Jangan panggil aku komandan, lebih baik paman saja.”
“Baiklah, Paman Hemdal!!” jawab Lynn dengan naga suara anak-anak yang polos dan imutnya.
Sebelum pergi ke ruangan mandi ia melihat keluar jendela, karena Lynn sekarang berada di pinggiran Benua Barat, dan sebelum dia di Benua Timur yang telah tengah malam, di tempat Lynn sekarang masih cukup cerah, dan jalan-jalan di kota pelabuhan ini masih sangat ramai orang.
Lynn kemudian membuka koper yang di tunjukan Hemdal dan menyiapkan perlengkapan mandinya sama membawa salah satu dari satu set lengkap pakaiannya, walaupun semua set pakaian itu memiliki ciri khas dari Katedral yang tidak terlalu mencolok tapi model set pakaian berbeda-beda, setalah ia berjalan menuju ruangan mandi di kamarnya itu.
Ruang yang di tempati Lynn sekarang adalah ruang hotel, walaupun sebuah hotel tapi hanya memiliki delapan lantai saja, dan untuk ruangannya hanya terdiri dari kamar tidur, dan kamar mandi saja.
Tidak lama Lynn keluar dari kamar mandi, dengan pakaian dominan warna putih, juga warna emas yang ada di gambar sebuah cawan di bajunya, dan sedikit dihiasi warna hitam, pakaian mirip dengan sebutan piyama.
Setalah itu Lynn memberikan pakaiannya itu ke Hemdal, dan menjemurkan handuknya juga merapikan perlatan mandinya ke kopernya lagi.
Pakaian tersebut kemudian dibakar di perapian di depan ranjang, perapian tersebut hanya ada khusus di kamar lantai teratas, perapian itu memiliki ceroboh hingga ke atas atap hotel ini.
Kemudian Hemdal mengajak Lynn ke lantai dasar untuk makan bersama bawahannya yang berjumlah empat orang.
Di lantai dasar mereka berjalan ke raungan makan, dan pergi ke meja yang sudah disiapkan oleh bawahan Hemdal.
Di meja itu telah penuh dengan berbagai makanan, yang sudah di pesan oleh bawahan. Hemdal tadi saat menunggu aku dan Hemdal turun dari kamar.
Mereka semua duduk disekitar meja itu, setelah itu selain Lynn mereka berdoa, dan Lynn hanya menyimak dan menunggu, sesudah Lynn mengambil sumpit dan pisau menjadi alat makanya.
Dari banyak hidangan yang disajikan di meja itu, Lynn hanya memakan tiga porsi nasi mangkuk, dengan satu porsi steak daging, dan beberapa potong puyunghai.
Karena di tempat ini hari belum terlalu malam, Lynn dengan Hemdal bersama bawahannya pergi keliling kota pelabuhan untuk membeli kebutuhan Lynn.
Kota itu didominasi oleh bangun yang masih di abad pertengahan, hanya beberapa saja yang sudah modern, seperti pangkalan pelabuhan, hotel, dan tempat makan.
Toko yang pertama mereka kunjungi adalah toko pakaian, memang benar bawahan Hemdal telah membeli beberapa set pakaian, tapi jumlah lebih dari kurang yang di butuhkan oleh Lynn.
Walaupun mereka membuat Lynn mencoba beberapa pakaian, tapi pada akhirnya hanya membeli satu pakaian formal, kaos putih polos dan kaos hitam polos yang cukup tipis dan ketat dengan pasangan celana beberapa celana pas di lutut, beberapa celana panjang, bersama pakaian dalamnya.
Setelah itu mereka mampir ke toko buku atas perintah Lynn. Lynn membeli beberapa buku seni bela diri, ilmu berpedang, dan beberapa buku berisi informasi tentang dunia ini, di karena tempat tujuan Lynn tempat pelatihan kesatria suci dan Kekuatan Suci yang kata mereka cukup besar, tapi di tempat itu tidak ada perpustakaan jadi ia membeli buku-buku tersebut.
Lalu mereka kembali ke hotel tersebut dan kembali ke kamarnya masing-masing, termasuk Lynn yang kembali ke kamarnya lalu ia memutuskan untuk langsung tidur.
***
Besok paginya setalah bangunan Lynn langsung mengemasi barang-barangnya, termasuk yang baru saja dibeli kemarin malam.
Setelah itu Lynn berkumpul dengan kesatria-kesatria suci tersebut, mereka pergi menuju pintu gerbang teleportasinya di kota pelabuhan itu, pintu gerbang teleportasi itu akan mengirim mereka ke kota terdekat dengan tujuan mereka yang memiliki pintu gerbang teleportasi lainnya sebagai penghubungnya.
Tapi sebelum itu kesatria-kesatria suci tersebut mengambil kuda milik mereka juga kereta kencana dengan lambangnya yang diangkut oleh dua kuda dari lima kuda yang akan di gunakan selama perjalanan ke tujuan karena di tempat itu masih belum ada jalan yang bisa di lewati oleh kendaraan seperti mobil.
Lynn masuk ke kereta kencana tersebut sendirian, sedang kesatria-kesatria suci tersebut menunggangi kuda mereka, lalu mereka berjalan masuk ke pintu gerbang teleportasi tersebut setelah membayar biaya penggunaannya.
Mereka keluar dari pintu gerbang teleportasi di kota tujuan pintu gerbang teleportasi yang mereka masuki tadi.
Kesatria-kesatria suci itu dengan menunggangi kuda dan mengangkut kereta kencana yang di tumpangi Lynn langsung bergegas menuju gerbang keluar kota tersebut, dan setelah di depan gerbang kota, kesatria-kesatria suci tersebut langsung memacu kudanya agar berjalan lebih cepat.
Dari Lynn tahu ia akan ke Katedral yang mana fungsi utama untuk pelatihan kesatria suci dan Kemampuan Suci, karena itu Katedral tersebut hanya ada empat Dewa-Dewi saja, juga tempat pelatihan itu bukan untuk seorang calon, tapi memang tempat pelatihan tingkat lebih lanjut untuk bisa meningkatkan kemampuan pengikut empat Dewa-Dewi tersebut. Tempat tersebut berada di pinggiran wilayah negara Suci, yang berbatasan dengan hutan yang memiliki julukan sekaligus namanya yaitu ‘Forest Falls’ tempat monster buas berkumpul, sehingga tempat pelatihan tersebut di bentuk yang mana salah satu fungsi untuk menekan populasi monster di hutan tersebut.
Empat jam telah berlalu, akhirnya mereka sampai ke desa yang benar-benar telah modern, jalannya yang mulus dengan lampu jalanan, dan tembok desanya yang cukup kokoh untuk berjaga-jaga jika monster dari hutan itu menyerang desa tersebut.
Setelah beberapa saat memasuki desa mereka sampai ke Katedral yang sangat besar atau malah bisa di sebut sebuah perumahan dengan sekala terkecilnya, Lynn keluar dari kereta kencana tersebut, dan kesatria tersebut pergi setalah untuk menaruh tunggangan mereka dan kereta kencananya.
“Selamat datang, Lynn aku Uskup Bene, kau bisa memanggilku Kakek Bene jika mau,” ucap seorang dengan pakaian khas pendeta, ia seorang kakek tapi bisa dibilang berada di usia awal untuk kakek-kakek.
“Ah, baiklah Kakek Bene, seperti kamu sudah tahu dari Paman Roma ya,” balas Lynn.
“Paman Roma, ah maksudmu Uskup Roma ya, jadi kamu diminta memanggilnya paman dari pada uskup ya.”
“Yah begitulah yang terjadi.”
“Baiklah, Lynn ayo ikut aku.”
“Baik, Kakek Bene.”
Lynn pun mengikuti Kakek Bene masuk ke dalam katedral tersebut.
Katedral ini bukan sebuah bangunan yang tertutup, juga bukan satu bangunan yang menyambung, tapi terdiri dari beberapa bangunan terlepas besar dan kecilnya ukuran, dengan berbagai fungsi.
Kakek Bene itu mengantarkan Lynn ke kamar pribadinya, juga menjelaskan secara umum bagian-bagian bangunan di Katedral ini, setalah itu Lynn dibersihkan untuk beristirahat, dan saat Lynn bertanya, kapan ia bisa ikut latihan, Kakek Bene mengatakan untuk Lynn beristirahat dua hari ke depan, karena guru yang layak akan datang pada hari itu.
Setelah itu Kakek Bene meninggalkan Lynn sendirian di kamarnya. Lynn memutuskan untuk menata barang-barang bawaannya, dan setelah itu ia tidur sejenak.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 65 Episodes
Comments