NovelToon NovelToon

Terlena Oleh Zina

PERTEMUAN PERTAMA

Senin pagi yang cerah, Alvian berjalan menuju ruang kelas ekonomi dengan langkah yang penuh semangat. Hari itu adalah hari pertama di semester baru, dan dia berharap bisa memulai dengan baik. Saat memasuki ruang kelas, dia melihat beberapa wajah baru di antara teman-teman lamanya. Salah satu wajah baru itu adalah seorang gadis yang duduk di barisan tengah, tersenyum ramah kepada siapa pun yang menyapanya.

Alvian, dengan rasa ingin tahu, memilih untuk duduk di dekat gadis itu. Setelah meletakkan tasnya di kursi, dia memperkenalkan dirinya.

"Hai, aku Alvian. Kamu baru di sini, ya?"

"Hai, iya, aku Mesya. Baru pindah dari kampus lain."

"Oh, selamat datang di sini. Jurusan ekonomi juga?"

"Iya, benar. Senang bisa bertemu teman baru." ucap Mesya

Senyum Mesya begitu menenangkan, membuat Alvian merasa nyaman. Sebelum mereka melanjutkan percakapan, dosen masuk dan kelas pun dimulai. Selama kelas, Alvian sesekali melirik ke arah Mesya, merasa ada sesuatu yang menarik dari gadis ini. Dia tak sabar menunggu kelas selesai agar bisa mengenalnya lebih jauh.

Setelah kelas berakhir, Alvian memberanikan diri untuk mengajak Mesya mengobrol lebih banyak.

"Gimana tadi kelas pertamamu di sini? Seru, kan?"

"Lumayan seru. Dosenya asik juga, ya." ucap Mesya

"Iya, dia memang salah satu dosen favorit di sini. Eh, kamu ada jadwal kelas lagi setelah ini?"

"Enggak ada. Aku baru punya satu kelas hari ini."

"Wah, sama dong. Kalau gitu, mau ngopi bareng? Ada kafe enak dekat kampus." Alvian menawarkan diri untuk beristirahat sebentar

"Boleh juga. Aku memang belum sempat eksplorasi sekitar kampus." jawab Mesya.

Mereka pun berjalan bersama menuju kafe yang disebutkan Alvian. Di sepanjang perjalanan, mereka berbicara tentang banyak hal, dari hobi hingga alasan Mesya pindah kampus. Percakapan mereka mengalir begitu saja, tanpa ada rasa canggung.

Di kafe, mereka memesan kopi dan duduk di meja yang nyaman. Sambil menunggu pesanan datang, mereka melanjutkan obrolan.

"Jadi, kenapa kamu pindah ke sini, Mesya?"

"Kampus sebelumnya terlalu jauh dari rumahku. Lagipula, aku dengar kampus ini punya program ekonomi yang bagus."

"Benar banget. Aku sendiri merasa banyak belajar di sini. Semoga kamu juga merasa betah."

"Terima kasih, Alvian. Senang rasanya bisa bertemu teman baru yang ramah seperti kamu."

Alvian merasa hatinya hangat mendengar kata-kata Mesya. Dia senang bisa membuat Mesya merasa diterima di lingkungan baru.

Pesanan mereka datang, dan mereka melanjutkan obrolan sambil menikmati kopi.

"Jadi, selain belajar ekonomi, kamu suka ngapain lagi?"

"Aku suka baca novel, terutama yang bergenre romansa. Kadang-kadang aku juga menulis cerita pendek."

"Wah, menarik. Aku juga suka baca, tapi lebih ke buku-buku non-fiksi. Tapi aku tertarik dengan cerita-cerita yang ditulis orang lain."

"Serius? Nanti aku kasih kamu salah satu cerpenku. Kamu boleh kasih kritik kalau mau." ucap mesya .

"Tentu, dengan senang hati. Aku pasti baca."

Alvian senang dengan Mesya yang antusias meminjamkan buku miliknya.

Percakapan mereka terus berlanjut hingga mereka menyadari waktu sudah berlalu begitu cepat. Mesya merasa sangat nyaman berbicara dengan Alvian, seolah mereka sudah berteman lama. Alvian juga merasa hal yang sama. Ada sesuatu tentang Mesya yang membuatnya ingin terus mengenal gadis itu lebih dalam.

Saat mereka bersiap untuk pulang, Alvian menawarkan untuk menemani Mesya sampai ke halte bus.

"Aku temenin kamu ke halte bus, ya. Biar nggak sendirian."

"Wah, terima kasih banyak, Alvian. Kamu baik sekali." jawab Mesya.

Di perjalanan menuju halte, mereka berbicara tentang rencana untuk bertemu lagi dan belajar bersama. Mereka sepakat untuk bertemu di perpustakaan kampus esok hari setelah kelas selesai. Setelah sampai di halte, Alvian memastikan Mesya mendapatkan bus yang tepat.

"Hati-hati di jalan, Mesya. Sampai ketemu besok, ya."

"Iya, Alvian. Terima kasih banyak hari ini. Sampai ketemu besok."

Alvian merasa puas dan senang bisa menghabiskan waktu bersama Mesya. Dia pulang dengan perasaan riang dan penuh harapan untuk pertemuan mereka berikutnya.

Keesokan harinya, Alvian tiba di perpustakaan kampus lebih awal. Dia memilih meja yang agak tersembunyi di sudut, berharap tempat itu cukup tenang untuk belajar. Sambil menunggu Mesya, dia membuka laptop dan mulai mengecek email kampus.

Tak lama kemudian, Mesya datang dengan senyum yang cerah. Dia membawa beberapa buku tebal yang terlihat seperti materi kuliah mereka.

"Hai, Alvian! Maaf lama, aku tadi nyari buku dulu."ucap Mesya yang baru saja datang.

"Oh, nggak masalah. Kamu dapet buku yang dicari?" tanya Alvian .

"Iya, ini buku referensi buat tugas kita. Kamu udah baca materinya?" tanya Mesya .

"Baru sedikit. Ayo kita mulai aja, biar cepet selesai." jawab Alvian.

Mereka duduk berdampingan dan mulai membahas tugas kuliah mereka. Alvian terkejut dengan kecerdasan Mesya. Meski baru pindah, Mesya sudah bisa mengejar materi dengan cepat.

"Kamu pinter banget, Mesya. Aku sampe nggak nyangka."

"Ah, nggak juga. Aku cuma berusaha keras biar nggak ketinggalan." ucap Mesya dengan perasaan senang atas pujian yang Alvian berikan.

Obrolan mereka sesekali diselingi dengan candaan ringan, membuat suasana belajar terasa lebih santai. Mereka saling bertukar ide dan pendapat tentang materi kuliah, menambah wawasan satu sama lain.

Saat sedang asyik berdiskusi, tiba-tiba perut Alvian berbunyi. Mesya tertawa kecil, membuat Alvian sedikit malu.

"Kamu belum makan siang, ya? Yuk, kita istirahat dulu dan makan."

"Iya, aku lupa makan saking semangatnya buat belajar bareng kamu."

Mereka meninggalkan perpustakaan dan berjalan menuju kantin kampus. Sambil menunggu pesanan datang, mereka melanjutkan obrolan tentang kehidupan di luar kuliah.

"Kamu punya hobi apa, Alvian?"

"Aku suka main bola dan basket. Kalo lagi nggak sibuk, aku juga suka nonton film." jawab Alvian.

"Aku juga suka nonton film. Genre apa yang kamu suka?" tanya Mesya

"Biasanya action atau sci-fi. Tapi kadang aku juga nonton drama, tergantung mood." jawab Alvian.

"Aku lebih suka drama dan romansa. Mungkin suatu saat kita bisa nonton bareng." Mesya menawarkan diri untuk nonton bareng dengan Alvian.

"Boleh banget. Nanti kamu kasih tau film yang kamu suka, ya." Alvian menjawab dengan senang.

Obrolan mereka terus berlanjut hingga makanan tiba. Mereka menikmati makan siang sambil terus berbagi cerita tentang diri mereka masing-masing. Alvian merasa semakin nyaman dengan Mesya, begitu pula sebaliknya.

Setelah makan, mereka kembali ke perpustakaan untuk menyelesaikan tugas. Waktu berlalu tanpa terasa, dan sebelum mereka sadari, sore pun tiba. Tugas mereka akhirnya selesai.

"Wah, nggak kerasa udah sore aja. Tugas kita akhirnya kelar juga." ucap Alvian

"Iya, berkat bantuan kamu juga. Terima kasih, Alvian." ucap Mesya.

"Sama-sama, Mesya. Senang bisa belajar bareng kamu."

Mereka berjalan keluar perpustakaan dengan perasaan puas. Di luar, langit mulai berubah warna menjadi oranye, menandakan senja yang indah.

"Senjanya indah banget, ya." ucap Alvian.

"Iya, betul. Hari ini juga menyenangkan. ucap Mesya

"Aku juga merasa senang. Besok kita ada kelas lagi, kan? Mungkin kita bisa belajar bareng lagi." Alvian ingin terus berads di dekat Mesya.

"Tentu saja. Aku akan menunggu." jawab Mesya.

Mereka berpisah di gerbang kampus, masing-masing pulang dengan perasaan bahagia. Hari itu menjadi awal dari persahabatan yang indah antara Alvian dan Mesya, yang tanpa mereka sadari, akan membawa mereka ke dalam perjalanan panjang penuh cinta dan tantangan.

KERJA KELOMPOK

Minggu-minggu berlalu, Alvian dan Mesya semakin akrab. Mereka sering belajar bersama, mengerjakan tugas kuliah, dan berbicara tentang banyak hal. Hubungan mereka semakin erat, namun masih dalam batasan teman. Alvian mulai merasakan ada sesuatu yang lebih dari sekadar pertemanan, tetapi dia belum berani mengungkapkannya. Begitu juga dengan Mesya.

Suatu hari, dosen mereka memberikan tugas kelompok. Alvian dan Mesya dipasangkan dalam satu kelompok bersama dua teman lainnya, Fajar dan Nia. Tugas mereka adalah membuat presentasi tentang analisis ekonomi di pasar lokal. Mereka memutuskan untuk bertemu di perpustakaan kampus setelah kelas selesai.

"Oke, jadi kita punya waktu seminggu untuk menyelesaikan tugas ini. Kalian ada ide mau mulai dari mana?" ucap fajar

"Aku pikir kita bisa mulai dengan riset tentang pasar lokal di kota kita. Ada banyak data yang bisa kita temukan online." jawab Nia.

"Setuju. Kita bisa bagi tugas untuk mengumpulkan data. Aku bisa fokus pada analisis data keuangan." Alvian menyutujui usulan dari Nia.

"Aku bisa ambil bagian dalam pengumpulan data dari artikel dan jurnal yang relevan." ucap mesya.

"Baiklah, aku akan lihat data demografi dan tren pasar. Nia, kamu bisa fokus pada analisis kompetitor?" ucao fajar

"Siap, aku akan cari informasi tentang itu." jawab Mesya.

Mereka mulai bekerja dengan penuh semangat, masing-masing sibuk dengan bagian tugasnya. Alvian dan Mesya duduk berdampingan, berbagi buku referensi dan artikel yang mereka temukan.

"Mesya, lihat deh artikel ini. Isinya tentang tren belanja di kalangan milenial. Kayaknya relevan banget buat presentasi kita." Alvian menemukan sebuah artikel untuk tuganya

"Wah, bagus banget. Kita bisa pakai data ini untuk bagian analisis perilaku konsumen." ucap Mesya.

Mereka bekerja dengan fokus, sesekali berbagi pendapat dan ide. Mesya merasa nyaman bekerja bersama Alvian, dan begitu pula sebaliknya. Mereka merasa saling melengkapi.

Setelah beberapa jam bekerja, Fajar mengusulkan untuk istirahat sejenak.

"Gimana kalau kita istirahat dulu? Udah lama banget kita di sini." fazar mengusulkan untuk istirahat dulu ngopi bareng.

"Setuju. Kita bisa ngopi sebentar di kafe sebelah." nia menyetujui nya.

Mereka semua setuju dan beranjak menuju kafe. Di kafe, mereka melanjutkan obrolan, tapi kali ini lebih santai dan penuh canda tawa.

"Jadi, kalian berdua sering kerja bareng, ya? Aku sering lihat kalian di perpustakaan." ucap nia

"Iya, kita sering belajar bareng. Mesya ini rajin banget, jadi aku sering minta bantuannya." jawab Alvian.

"Ah, kamu bisa aja, Alvian. Kita kan saling bantu." Mesya tersipu malu dengan pujian dari Alvian.

Fajar dan Nia tersenyum, melihat kedekatan Alvian dan Mesya. Mereka merasa ada sesuatu yang spesial di antara kedua teman mereka itu.

"Eh, Mesya, kamu udah lama kenal Alvian?" tanya fazar.

"Nggak juga, baru beberapa bulan. Tapi kita langsung cocok." jawab Mesya.

"Kalian berdua kelihatan cocok banget. Serasi, gitu." nia merespon

Mesya tersipu malu, sementara Alvian hanya tersenyum. Mereka berdua tahu bahwa ada perasaan yang mulai tumbuh di hati mereka, meski belum ada yang berani mengungkapkannya.

Setelah istirahat, mereka kembali ke perpustakaan untuk melanjutkan tugas. Waktu berlalu dengan cepat, dan mereka berhasil menyelesaikan sebagian besar pekerjaan.

"Oke, kita udah banyak kemajuan hari ini. Gimana kalau kita lanjutin besok?" ucap fajar

"Setuju. Besok kita bisa lanjutkan analisis data yang udah kita kumpulin." Alvian menyetujui

"Aku bawa pulang beberapa buku referensi, nanti aku rangkum buat besok." ucap mesya.

"Aku juga akan lanjut cari informasi tentang kompetitor." ucap nia.

Mereka semua sepakat dan berpisah untuk pulang. Malam itu, Alvian tak bisa berhenti memikirkan Mesya. Dia merasa semakin yakin dengan perasaannya. Di sisi lain, Mesya juga merasakan hal yang sama. Dia mulai menyadari bahwa Alvian lebih dari sekadar teman.

Keesokan harinya, mereka kembali berkumpul di perpustakaan. Semangat mereka tak berkurang, malah semakin bertambah.

"Oke, hari ini kita fokus selesaikan bagian analisis keuangan dan perilaku konsumen." Alvian membuka pembicaraan

"Aku udah rangkum data dari buku yang aku bawa pulang kemarin. Ini bisa kita pakai untuk presentasi." ucap mesya.

Mereka mulai bekerja lagi, saling mendukung dan membantu. Meski sibuk, mereka tetap menyempatkan waktu untuk berbicara tentang hal-hal lain.

"Mesya, kamu punya hobi apa selain belajar?" tanya Alvian.

"Aku suka baca novel dan menulis cerita pendek. Kamu sendiri?" tanya Mesya

"Aku suka main bola dan nonton film. Kadang aku juga suka baca, tapi lebih ke buku non-fiksi." jawab Alvian.

Mereka terus bekerja dengan semangat. Hubungan mereka semakin erat, dan perasaan cinta semakin tumbuh di hati mereka. Sementara itu, Fajar dan Nia memperhatikan perkembangan ini dengan senyum di wajah mereka.

"Kayaknya ada yang spesial antara Alvian dan Mesya, ya." ucap fazar.

"Iya, mereka kelihatan cocok banget. Aku harap mereka bisa bersama." nia menyetujui perkataan fazar

Hari-hari berikutnya, mereka semakin intens bekerja bersama. Alvian dan Mesya semakin sering berbicara, tidak hanya tentang tugas kuliah, tetapi juga tentang kehidupan pribadi mereka. Mereka mulai saling mengenal lebih dalam, dan perasaan cinta semakin tumbuh.

Suatu hari, setelah selesai bekerja, mereka semua memutuskan untuk makan malam bersama di sebuah restoran dekat kampus. Alvian dan Mesya duduk berdampingan, sementara Fajar dan Nia di seberang meja.

"Gimana menurut kalian, presentasi kita udah hampir selesai. Aku yakin kita bisa dapet nilai bagus." ucap nia

"Setuju. Tim kita solid banget." fazar dengan sangat antusias merespon kinerja tim nya.

"Iya, aku juga yakin. Kita udah kerja keras." Mesya menyutujui

"Aku senang bisa kerja bareng kalian semua. Terutama kamu, Mesya." puji Alvian.

Mesya tersenyum, merasa hangat mendengar kata-kata Alvian. Mereka semua menikmati makan malam dengan penuh kegembiraan dan keakraban.

Setelah makan malam, mereka berjalan bersama menuju kampus, menikmati malam yang cerah. Mesya dan Alvian sedikit tertinggal di belakang, berbicara lebih pribadi.

"Mesya, aku senang bisa kenal kamu lebih dekat. Kamu orang yang luar biasa." ucap Alvian.

"Aku juga, Alvian. Kamu selalu membuatku merasa nyaman." Mesya pun merasakan hal yang sama.

"Mesya, ada yang mau aku bilang..." Alvian terlihat gugup.

Mesya menatap Alvian, hatinya berdebar-debar. Sebelum Alvian melanjutkan, Fajar dan Nia memanggil mereka dari depan.

"Hei, kalian berdua, ayo cepet! Udah malam nih." fazar merusak moment Alvian untuk menyatakan cinta nya kepada Mesya.

Alvian tersenyum canggung dan mengangguk. Mereka berdua mempercepat langkah, bergabung dengan teman-temannya. Meskipun momen untuk mengungkapkan perasaannya terlewat, Alvian merasa semakin yakin bahwa dia harus mengungkapkan perasaannya pada Mesya secepat mungkin.

Beberapa hari kemudian, presentasi mereka berjalan dengan sukses. Dosen memuji kerja keras dan kerjasama tim mereka. Setelah presentasi selesai, mereka semua merayakannya dengan pergi ke kafe.

"Bagus sekali, kelompok kalian. Analisis kalian sangat mendalam dan presentasinya juga menarik. Kalian mendapatkan nilai A." ucap dosen.

"Wah, terima kasih, Pak!" fazar menjawab

"Kita berhasil, guys!" nia sangat senang dengan kinerja dia dan tim nya.

Mereka semua bersorak gembira dan merayakan kesuksesan mereka. Di kafe, mereka bersulang dengan minuman dan menikmati makanan.

"Terima kasih untuk kerja keras kalian semua. Kita tim yang hebat." puji alvian

"Iya, terima kasih semuanya. Aku senang bisa kerja bareng kalian." Mesya merespon

TUMBUHNYA PERASAAN

Minggu-minggu berlalu, dan Alvian serta Mesya semakin akrab. Mereka sering belajar bersama, mengerjakan tugas kuliah, dan berbicara tentang banyak hal. Hubungan mereka pun semakin erat. Mesya mulai merasa nyaman berbagi cerita pribadi dengan Alvian, dan begitu pula sebaliknya. Meski awalnya hanya berteman, kedekatan mereka mulai mengarah pada perasaan yang lebih dalam.

Suatu hari, setelah selesai kelas sore, mereka berdua memutuskan untuk berjalan-jalan di taman kampus. Taman itu menjadi tempat favorit mereka karena suasananya yang tenang dan asri.

"Mesya, kamu suka banget sama tempat ini, ya?" ucap Alvian

"Iya, aku suka suasana yang tenang dan pemandangan hijaunya. Rasanya damai banget di sini." jawab Mesya dengan perasaan bahagia.

"Aku juga suka. Biasanya aku ke sini kalau lagi stress atau butuh waktu sendiri." Alvian menjawab

"Tapi sekarang ada aku, jadi nggak perlu sendiri lagi." Mesya merespon dengan senyuman manis di bibirnya.

Alvian tertawa kecil mendengar ucapan Mesya. Mereka duduk di bangku taman, menikmati angin sore yang sejuk. Alvian melihat ke arah Mesya, mencoba membaca ekspresinya.

"Mesya, ada yang mau aku tanyain. Boleh, nggak?"

"Boleh, tanyain aja. Aku dengar kok." jawab Mesya.

"Kamu pernah jatuh cinta sebelumnya?" tanya Alvian.

Mesya terdiam sejenak, berpikir. Matanya menatap jauh, seakan mengingat sesuatu.

"Iya, pernah. Tapi itu udah lama. Kita putus karena beda prioritas." jawab Mesya.

"Oh, aku ngerti. Kadang prioritas bisa jadi masalah besar dalam hubungan." ucap alvian

"Kamu sendiri gimana, Alvian? Pernah jatuh cinta?" tanya Mesya.

"Pernah, tapi nggak berakhir baik juga. Kita sama-sama terlalu sibuk dan akhirnya jadi renggang."

Percakapan mereka menjadi lebih serius. Mesya merasa ada ikatan khusus dengan Alvian, seakan mereka bisa saling memahami tanpa banyak kata.

"Aku senang bisa ngobrol kayak gini sama kamu, Alvian. Rasanya nyaman." Alvian merass senang dengan kehadiran Mesya di hidupnya

"Aku juga, Mesya. Kamu bikin aku merasa lebih terbuka." mesya pun merasakan hal yang sama.

Mereka saling tersenyum, merasakan kehangatan dalam kebersamaan. Perlahan, perasaan cinta mulai tumbuh di hati mereka, meski belum ada yang berani mengungkapkan.

Keesokan harinya, setelah selesai kelas, Alvian mengajak Mesya ke sebuah café yang baru dibuka di dekat kampus. Café itu terkenal dengan suasana yang nyaman dan menu makanan yang lezat.

"Mesya, kamu mau coba café baru itu? Katanya tempatnya enak buat nongkrong."

"Boleh juga. Aku belum pernah ke sana. Yuk, kita coba." jawab Mesya.

Mereka berjalan bersama menuju café. Sesampainya di sana, mereka memesan makanan dan duduk di sudut ruangan yang nyaman. Dekorasi café yang unik dan musik yang lembut menambah suasana romantis di antara mereka.

"Tempatnya bagus juga, ya. Aku suka dekorasinya." Alvian merasakan tempat yang nyaman dan damai.

"Iya, aku juga suka. Rasanya cozy banget." jawab Mesya

Mereka mulai makan sambil berbicara tentang banyak hal, dari hobi hingga mimpi masa depan. Alvian merasa semakin tertarik dengan kepribadian Mesya yang ceria dan penuh semangat.

"Alvian, kamu punya mimpi apa setelah lulus nanti?" tanya Mesya

"Aku pengen jadi pengusaha sukses. Aku punya banyak ide bisnis yang pengen aku realisasikan." Alvian menjawab

"Wah, keren. Aku yakin kamu bisa sukses. Aku sendiri pengen kerja di perusahaan besar dulu, buat cari pengalaman." jawab Mesya

"Kamu pasti bisa, Mesya. Kamu punya potensi besar." Alvian mendukung

Perkataan Alvian membuat Mesya tersenyum lebar. Dia merasa Alvian selalu bisa memberinya semangat dan percaya diri.

Seiring berjalannya waktu, mereka semakin sering menghabiskan waktu bersama. Suatu hari, Alvian mendapat ide untuk mengajak Mesya pergi ke pantai pada akhir pekan. Dia ingin membuat momen spesial yang bisa diingat selamanya.

"Mesya, kamu ada rencana akhir pekan ini?"

"Belum ada, kenapa?" jawab Mesya

"Aku pengen ngajak kamu ke pantai. Gimana, mau?"

"Wah, seru banget. Aku mau! Udah lama nggak ke pantai." Mesya sangat antusias dengan ajakan Alvian.

Akhir pekan tiba, dan mereka pun berangkat menuju pantai dengan mobil Alvian. Perjalanan mereka penuh dengan canda tawa dan cerita seru. Sesampainya di pantai, mereka segera bermain air dan menikmati keindahan alam.

"Pantainya indah banget. Aku suka banget!" ucap Mesya.

"Aku senang kamu suka, Mesya. Hari ini harus jadi hari yang nggak terlupakan." jawab Alvian

Mereka berjalan-jalan di tepi pantai, bermain pasir, dan menikmati matahari terbenam bersama. Momen itu begitu indah, membuat perasaan cinta di antara mereka semakin kuat.

Di saat senja mulai beranjak malam, mereka duduk di atas karpet piknik yang mereka bawa, menatap langit yang mulai dihiasi bintang-bintang.

"Mesya, ada satu hal yang pengen aku bilang ke kamu." Alvian mencoba mengutarakan hal yang sudah lama ia pendam.

"Apa itu, Alvian?" jawab Mesya.

"Aku suka sama kamu. Aku suka cara kamu tertawa, cara kamu berbicara, dan segala hal tentang kamu." Alvian memberanikan diri untuk bicara

Mesya terdiam, hatinya berdebar kencang. Dia menatap Alvian dengan mata yang berbinar.

"Aku juga suka sama kamu, Alvian. Sejak kita sering bersama, aku merasa ada yang spesial antara kita." jawab Mesya

Perasaan mereka akhirnya terungkap. Alvian meraih tangan Mesya dan menggenggamnya erat. Mereka saling menatap, merasakan kehangatan yang menyelimuti hati mereka.

"Mesya, maukah kamu jadi pacarku?" Alvian berkata dengan penuh keyakinan

"Aku mau, Alvian." jawab Mesya dengan senyum yang selalu meneduhkan hati alvian

Mereka tersenyum bahagia, merasakan kebahagiaan yang meluap di hati. Malam itu menjadi malam yang paling indah dalam hidup mereka, malam di mana mereka menyadari bahwa cinta telah tumbuh di antara mereka.

Hari-hari berikutnya, hubungan Alvian dan Mesya semakin erat. Mereka semakin sering menghabiskan waktu bersama, baik di kampus maupun di luar. Alvian selalu berusaha membuat Mesya merasa istimewa, dan Mesya selalu memberikan dukungan dan semangat untuk Alvian.

Suatu hari, mereka memutuskan untuk pergi ke taman hiburan. Mesya sangat antusias karena dia memang suka dengan suasana taman hiburan yang penuh warna dan keceriaan.

"Kamu semangat banget, ya, Mesya." ucap Alvian

"Iya, aku suka banget sama taman hiburan. Rasanya menyenangkan." jawab Mesya

Mereka mencoba berbagai wahana, dari yang seru hingga yang menegangkan. Di salah satu wahana, Mesya merasa sedikit takut, tetapi Alvian terus memberinya dukungan.

"Alvian, aku takut nih."mesya ketakutan dengan wahana yang mereka coba.

"Tenang aja, Mesya. Aku di sini kok. Aku nggak akan biarin kamu sendirian." Alvian mencoba menenangkan Mesya

Mesya sedikit tenang dengan jawaban Alvian.

"Hari ini seru banget, Alvian. Terima kasih udah ajak aku ke sini." ucap Mesya dengan senyum yang selalu membuat hati Alvian meleleh.

"Aku juga senang kamu suka, Mesya. Aku pengen kamu selalu bahagia." jawab Alvian

Mereka saling tersenyum, merasakan kebahagiaan yang begitu tulus. Mesya merasa sangat beruntung bisa bersama Alvian, dan begitu pula sebaliknya. Cinta mereka semakin hari semakin kuat, membuat mereka yakin bahwa mereka memang ditakdirkan untuk bersama.

"Cinta yang tulus tidak memerlukan banyak kata, cukup dengan kehadiran dan perhatian yang nyata." kira kira itulah quote episode ini ....

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!