Maya terbangun keesokan paginya dengan perasaan campur aduk. Malam sebelumnya, meskipun Aldo sudah berjanji untuk tidak menyembunyikan apa pun, pesan yang ia baca tetap menghantui pikirannya. Apakah dia benar-benar bisa mempercayai kata-kata Aldo?
Dia berdiri dari tempat tidur dan menuju dapur untuk membuat sarapan. Sambil menyiapkan kopi dan roti panggang, pikirannya masih terjebak pada pertanyaan yang sama. Sejak pagi, Maya merasa cemas dan tidak bisa fokus pada pekerjaan yang menantinya.
Kebisingan pintu depan menarik perhatiannya. Maya membuka pintu dan mendapati sahabatnya, Tania, berdiri di depan dengan wajah ceria.
“Hai, Maya! Pagi yang indah, kan?” Tania masuk dengan energik.
“Hai, Tania. Iya, pagi yang cerah,” jawab Maya sambil tersenyum lemah.
“Apa yang terjadi? Kamu kelihatan nggak enak,” Tania duduk di kursi dapur dan mulai mengobrol.
Maya menghela napas dan duduk di seberang Tania. “Aku cuma ngerasa sedikit cemas. Ada masalah dengan Aldo.”
Tania menaikkan alisnya. “Masalah apa? Ada sesuatu yang kamu ingin cerita?”
Maya mulai bercerita tentang pesan mencurigakan dari Nia dan bagaimana Aldo mengklaim bahwa mereka hanya teman. Tania mendengarkan dengan seksama, wajahnya menunjukkan ekspresi serius.
“Jadi, kamu merasa ada yang nggak beres?” tanya Tania setelah Maya selesai bercerita.
“Ya, aku rasa begitu. Aku percaya Aldo, tapi kenapa dia enggak memberitahuku tentang Nia sebelumnya?” Maya menatap cangkir kopinya dengan penuh kecemasan.
“Kadang-kadang, orang berusaha menyembunyikan hal-hal kecil karena takut membuat kita marah. Tapi kamu harus cari tahu lebih lanjut,” saran Tania.
“Bagaimana caranya? Aku tidak ingin tampak seperti penguntit,” Maya merintih.
Tania berpikir sejenak. “Mungkin kamu bisa cari tahu lebih banyak tentang Nia. Coba periksa aja media sosialnya atau tanya langsung ke Aldo dengan cara yang nggak mencurigakan.”
“Ya, itu ide yang bagus,” kata Maya, merasa sedikit lebih tenang.
Setelah Tania pergi, Maya memutuskan untuk memeriksa media sosial Nia. Dia menemukan profil Nia di Instagram dan melihat beberapa foto. Nia tampaknya adalah seseorang yang sukses dan ceria, tetapi tidak ada yang menunjukkan indikasi negatif.
Maya melanjutkan pencariannya dengan hati-hati. Di sela-sela kerja, dia terus memeriksa profil Nia dan menemukan bahwa Nia sering berfoto bersama teman-teman lama Aldo. Maya merasa sedikit lega karena tampaknya mereka benar-benar hanya teman.
Namun, rasa cemasnya belum sepenuhnya hilang. Dia memutuskan untuk berbicara dengan Aldo malam itu, mungkin dengan cara yang lebih santai. Dia harus tahu lebih banyak tentang hubungan mereka tanpa menimbulkan kecurigaan.
Saat malam tiba, Maya dan Aldo bertemu untuk makan malam di restoran yang mereka sukai. Aldo memesan makanan dengan senyuman ceria, mencoba untuk membuat suasana tetap ringan.
“Bagaimana harimu?” tanya Aldo, mencurahkan perhatian penuh pada Maya.
“Biasa saja. Aku cek media sosial Nia tadi. Dia kelihatannya oke, cuma... ada beberapa foto lama,” jawab Maya sambil memeriksa menu.
“Aku bilang kan, dia teman lama. Kami memang sering berkomunikasi, tapi tidak lebih dari itu,” Aldo menjelaskan.
Maya mengangguk, merasa agak lebih tenang. “Aku percaya sama kamu, Aldo. Aku cuma butuh sedikit waktu untuk bisa sepenuhnya yakin.”
“Aku paham,” Aldo tersenyum. “Aku akan melakukan yang terbaik untuk membuatmu merasa nyaman.”
Setelah makan malam, mereka pulang ke apartemen Maya. Maya berusaha untuk tidak membawa topik tentang Nia terlalu jauh dan hanya menikmati waktu bersama Aldo.
Namun, sebelum Aldo pergi, Maya memutuskan untuk mengungkapkan sesuatu yang mungkin bisa membantu mengatasi keraguannya.
“Aldo, ada satu hal lagi yang aku pikirin. Aku ingin kita selalu terbuka satu sama lain. Aku tahu mungkin ada hal-hal kecil yang kamu sembunyikan, tapi aku ingin kita bisa berbicara tentang semuanya,” kata Maya dengan tulus.
Aldo mengangguk dan meraih tangan Maya. “Aku janji, Maya. Aku akan selalu jujur sama kamu.”
Maya merasa sedikit lebih tenang, meskipun dia tahu bahwa jalan untuk sepenuhnya merasa yakin mungkin masih panjang. Dia berharap bahwa kejujuran dan komunikasi yang terbuka akan membantu mereka mengatasi segala keraguan.
Keesokan paginya, Maya bangun dengan perasaan sedikit lebih baik. Dia memutuskan untuk memulai hari dengan aktivitas yang menyegarkan pikirannya. Setelah sarapan, dia melakukan rutinitas pagi berjalan-jalan di taman dekat apartemen.
Selama berjalan, Maya memikirkan apa yang bisa dia lakukan untuk merasa lebih tenang. Pikiran tentang Nia masih membayang di benaknya, tetapi dia berusaha untuk tetap fokus pada hal-hal positif.
Sesampainya di taman, Maya duduk di bangku, menikmati udara segar. Tiba-tiba, ponselnya bergetar. Itu adalah pesan dari Tania.
*“Maya, aku baru dapat info. Nia ternyata punya sejarah lama dengan Aldo yang mungkin kamu perlu tahu. Aku nggak mau menakut-nakuti, tapi aku rasa kamu harus hati-hati.”*
Maya terkejut dan merasa jantungnya berdegup kencang. Dia membalas pesan Tania dan meminta lebih banyak detail. Tania segera membalas dengan informasi tambahan tentang bagaimana Nia dan Aldo pernah memiliki hubungan yang lebih dekat dari sekadar teman termasuk beberapa kali bertemu secara pribadi setelah mereka berpisah.
Maya merasa bingung dan cemas. Dia tidak tahu apakah ini bisa dianggap sebagai pengkhianatan atau hanya bagian dari masa lalu Aldo yang telah berlalu. Keinginan untuk mencari kebenaran semakin besar, dan dia memutuskan untuk melakukan penyelidikan lebih lanjut.
Setelah beberapa jam di taman, Maya kembali ke apartemennya dan bersiap untuk pergi ke kantor. Sepanjang hari di kantor, dia merasa tertekan. Setiap kali ponselnya berbunyi, dia berharap ada kabar baik atau klarifikasi dari Aldo, tetapi tidak ada.
Ketika pulang kerja, Maya memutuskan untuk mengunjungi kafe tempat mereka makan siang beberapa hari lalu. Mungkin dia bisa melihat apakah ada informasi lebih lanjut atau sekadar mengalihkan pikirannya dari kecemasan.
Di kafe, Maya duduk di meja yang sama dan memesan kopi. Dia melihat-lihat sekitar, berharap ada petunjuk tambahan tentang Nia atau hubungannya dengan Aldo.
Saat dia sedang menikmati kopinya, seorang pelayan mendekatinya. “Selamat sore. Ada yang bisa saya bantu?”
“Selamat sore. Sebenarnya, aku cuma mau tanya. Apa kalian pernah melihat seorang wanita bernama Nia di sini?” tanya Maya dengan hati-hati.
Pelayan itu memikirkan sejenak, lalu mengangguk. “Oh, ya. Nia sering datang ke sini, tapi itu sudah beberapa bulan yang lalu. Dia datang bersama teman-temannya, kadang-kadang dengan seorang pria.”
Maya merasa sedikit lega mendengar informasi ini. Setidaknya dia tahu bahwa Nia bukan pelanggan tetap atau seseorang yang terlalu sering muncul.
Setelah meninggalkan kafe, Maya merasa sedikit lebih tenang. Namun, rasa cemasnya kembali muncul ketika dia melihat pesan dari Aldo di ponselnya.
“Kamu di mana? Aku ingin ngobrol malam ini.”
Maya membalas pesan tersebut dan memberi tahu Aldo bahwa dia sudah di rumah. Mereka sepakat untuk bertemu di apartemen Maya sekitar pukul 8 malam.
Ketika Aldo tiba, dia membawa sebuket bunga sebagai kejutan. “Untuk kamu, agar hari-harimu lebih cerah,” katanya sambil tersenyum.
Maya menerima bunga itu dengan senyum tipis. “Terima kasih, Aldo. Ayo masuk.”
Setelah mereka duduk di ruang tamu, Aldo segera merasakan bahwa Maya tampak tidak seperti biasanya. “Ada yang salah, Maya? Kamu tampak cemas.”
Maya menghela napas dalam-dalam. “Ada beberapa hal yang perlu kita bicarakan, Aldo. Aku baru tahu dari teman bahwa Nia dan kamu punya sejarah yang lebih dari sekadar teman. Kenapa kamu nggak memberitahuku sebelumnya?”
Aldo terlihat terkejut dan bingung. “Nia? Itu benar, dia pernah jadi bagian dari masa lalu. . Tapi itu udah lama sekali jauh sebelum kita menikah tahun lalu. Aku nggak memberitahu kamu karena aku nggak ingin buat kamu khawatir.”
“Kenapa nggak? Aku berhak tahu tentang masa lalu seseorang yang masih berhubungan denganmu sekarang,” ujar Maya, suaranya sedikit meninggi.
“Aku nggak mau kamu merasa cemburu atau tidak nyaman. Nia sudah bagian dari masa lalu, dan aku nggak ingin itu mengganggu hubungan kita,” Aldo menjelaskan dengan nada lembut.
Maya mengangguk, tapi perasaannya masih belum sepenuhnya tenang. “Aku hanya ingin kita bisa saling terbuka dan jujur satu sama lain. Itu yang penting bagi aku.”
“Aku paham,” Aldo menjawab dengan serius. “Aku janji akan lebih terbuka dari sekarang.”
Maya merasa sedikit lega mendengar janji Aldo, tapi dia tahu bahwa kepercayaan harus dibangun dan dipertahankan. Mereka menghabiskan waktu bersama dengan berbicara tentang masa depan mereka, berusaha untuk memperbaiki suasana hati Maya.
Saat Aldo pergi, Maya berdiri di jendela, memandang ke luar dengan pikiran yang penuh dengan pertanyaan. Dia berharap bahwa dengan komunikasi dan kejujuran, mereka bisa mengatasi semua tantangan yang ada.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 45 Episodes
Comments
anggita
Maya.. Aldo,,, 💐
2024-07-29
1