Hari berikutnya dimulai seperti biasa untuk Maya. Namun, ada rasa tidak nyaman yang mengganggu setiap langkahnya. Meskipun Aldo telah berjanji untuk lebih terbuka, Maya merasa bahwa ada yang belum sepenuhnya jelas.
Setelah sarapan, Maya berangkat ke kantor dengan pikiran yang penuh kekhawatiran. Sesampainya di sana, dia mencoba fokus pada pekerjaannya, tetapi bayangan pesan mencurigakan di ponsel Aldo terus menghantui pikirannya.
Tengah hari, ketika Maya sedang mengerjakan laporan, ponselnya bergetar. Itu pesan dari Tania.
*“Maya, aku ada informasi baru. Temanku tahu bahwa Nia sering berkunjung ke tempat yang sama dengan Aldo beberapa bulan lalu. Mungkin kamu perlu tahu ini.”
Maya merasa jantungnya berdegup kencang. Dia membalas pesan Tania, meminta lebih banyak detail. Tania memberitahunya bahwa Nia sering muncul di acara yang sama dengan Aldo, yang membuat Maya merasa semakin tidak nyaman.
Selama istirahat makan siang, Maya memutuskan untuk menelepon Aldo. Suara Aldo terdengar ceria di ujung telepon. “Halo, Sayang! Apa kabar?”
“Halo, Aldo. Aku baru dapat informasi tambahan tentang Nia,” Maya memulai dengan nada hati-hati. “Kamu ingat nggak kalau dia sering muncul di acara yang sama dengan kamu beberapa bulan lalu?”
“Apa? Aku nggak tahu.” Aldo terdengar kaget. “Mungkin itu kebetulan aja.”
“Mungkin. Tapi, aku masih merasa perlu tahu lebih banyak. Apakah ada sesuatu yang kamu sembunyikan?” Maya menanyakan dengan nada serius.
“Aku nggak menyembunyikan apa pun, Maya. Nia hanya bagian dari masa lalu aku. Aku tahu itu tampak aneh, tapi aku nggak ada hubungan lebih dengan dia sekarang,” Aldo menjelaskan dengan sabar.
“Aku harap begitu,” Maya menjawab dengan nada yang tidak sepenuhnya yakin.
“Aku mengerti. Kalau ada apa-apa, bicarakan dengan aku, oke? Aku mau kita terus jujur satu sama lain,” Aldo meminta dengan tulus.
“Ya,” Maya menjawab.
Setelah percakapan tersebut, Maya merasa sedikit lega tetapi juga lebih cemas. Dia terus bekerja sepanjang hari, tetapi pikirannya tetap terganggu oleh pesan-pesan Tania dan pernyataan Aldo.
Sore harinya, Maya menerima email yang membuatnya terkejut. Itu adalah pesan dari seseorang yang mengaku mengenal Nia dan Aldo. Dalam email tersebut, dikatakan bahwa Nia tampaknya masih memiliki perasaan terhadap Aldo dan pernah mengungkapkan hal itu kepada teman-teman dekatnya.
Maya merasa bingung. Dia tidak tahu apakah ini hanya gosip atau ada kebenarannya. Untuk mencari kepastian, dia memutuskan untuk berbicara dengan Aldo lagi.
Setelah pulang dari kantor, Maya menghubungi Aldo dan meminta untuk bertemu di kafe yang sama seperti sebelumnya. Aldo setuju untuk bertemu dan mereka sepakat untuk berbicara di sana.
Di kafe, Maya menunggu sambil memandang keluar jendela. Ketika Aldo tiba, dia langsung bisa melihat ekspresi cemas di wajah Maya.
“Ada apa, Maya? Kamu tampak khawatir,” Aldo bertanya sambil duduk di meja.
“Malam ini, aku dapat email yang agak mengejutkan. Isinya tentang Nia dan hubungannya dengan kamu. Aku perlu tahu lebih banyak tentang ini,” Maya mengatakan sambil menatap Aldo.
“Email? Dari siapa?” tanya Aldo dengan nada cemas.
“Dari seseorang yang mengaku tahu tentang Nia dan kamu. Katanya, Nia masih memiliki perasaan sama kamu” Maya menjelaskan.
Aldo mengerutkan keningnya. “Aku nggak tahu siapa yang mengirim email itu, tapi aku bisa pastikan, Nia nggak lagi memiliki perasaan seperti itu. Kami sudah lama sekali berpisah dan tidak ada perasaan yang tersisa.”
Maya menghela napas. “Aku hanya ingin memastikan bahwa nggak ada yang disembunyikan dari aku. Aku merasa kita harus berbicara tentang ini supaya aku bisa merasa lebih tenang.”
“Aku mengerti. Aku berjanji nggak ada yang aku sembunyikan dari kamu,” Aldo berkata dengan penuh keyakinan. “Kalau kamu mau, aku bisa minta klarifikasi langsung dari Nia tentang situasi ini.”
“Bagaimana kalau kita lakukan itu?” Maya menyarankan, merasa lebih tenang dengan ide tersebut.
“Baiklah. Aku akan menghubungi Nia dan minta klarifikasi. Aku akan pastikan semuanya jelas,” Aldo setuju.
Maya merasa sedikit lebih baik setelah percakapan ini. Mereka melanjutkan makan malam dengan berbicara tentang hal-hal ringan, mencoba untuk mengalihkan perhatian dari masalah yang ada.
Ketika malam tiba dan Aldo pergi, Maya kembali ke apartemennya dengan perasaan campur aduk. Dia berharap bahwa klarifikasi dari Nia akan menghapus semua keraguannya dan memberi mereka kesempatan untuk memperbaiki hubungan mereka.
Keesokan harinya, Maya merasa sedikit lebih baik setelah percakapan dengan Aldo malam sebelumnya. Namun, rasa cemasnya belum sepenuhnya hilang, dan dia terus memikirkan klarifikasi yang dia butuhkan.
Di kantor, Maya berusaha fokus pada pekerjaannya, tetapi pikirannya selalu kembali pada ponselnya. Setiap kali ponselnya berbunyi, hatinya berdegup kencang, berharap ada kabar baik.
Tiba-tiba, ponselnya bergetar. Itu pesan dari Aldo.
“Maya, aku udah berbicara dengan Nia. Dia mengatakan nggak ada perasaan lama dan bersedia bertemu denganmu jika kamu mau.
Maya merasa lega membaca pesan itu. Dia langsung membalas dan menyetujui pertemuan dengan Nia. Aldo kemudian mengonfirmasi bahwa dia akan mengatur waktu yang tepat untuk pertemuan tersebut.
Setelah bekerja, Maya pulang ke apartemennya dan bersiap-siap untuk bertemu Nia. Dia memilih pakaian sederhana namun elegan, berusaha untuk tetap tenang meski cemas.
Ketika tiba di kafe tempat mereka akan bertemu, Maya duduk di meja yang telah dipesan. Kafe itu memiliki suasana hangat dengan pencahayaan lembut, yang membuat Maya merasa sedikit lebih nyaman.
Tak lama kemudian, Nia datang mengenakan gaun biru dan terlihat percaya diri. Maya berdiri untuk menyapanya.
“Hai, Nia. Terima kasih sudah datang,” kata Maya dengan senyum.
“Hai, Maya. Sama-sama,” jawab Nia sambil duduk. “Kamu bilang ada yang ingin dibicarain?”
“Ya, benar. Aku baru-baru ini dengar beberapa informasi yang membuatku merasa cemas, dan aku ingin memastikan semuanya jelas,” ujar Maya.
Nia mengangguk. “Aku paham. Aku akan jelasin apa pun yang kamu butuhkan.”
Maya mulai bertanya, “Aldo bilang kalian sudah nggak memiliki hubungan lagi dan dia meyakinkan bahwa tidak ada perasaan lama. Tapi aku mendengar dari beberapa orang bahwa mungkin ada perasaan yang belum sepenuhnya hilang.”
Nia tampak berpikir sejenak sebelum menjawab, “Benar, Aldo dan aku punya masa lalu bersama. Namun, aku sudah move on. Kami hanya berteman sekarang, dan aku tidak memiliki perasaan lebih dari itu. Mungkin ada kesalahpahaman di luar sana.”
“Terima kasih atas penjelasannya,” kata Maya. “Aku hanya ingin memastikan nggak ada yang disembunyikan. Aku percaya Aldo, tapi aku perlu mendengar semuanya langsung darimu juga.”
Nia tersenyum lembut. “Aku mengerti. Aku harap ini membantu kamu merasa lebih tenang. Aku tidak ingin menjadi masalah dalam hubungan kalian.”
Maya merasa lebih tenang setelah pertemuan itu. “Ya, aku merasa lebih baik sekarang. Terima kasih sudah meluangkan waktu untuk berbicara denganku.”
Setelah pertemuan, Maya dan Nia berpisah dengan salam hangat. Maya merasa lega karena mendapatkan klarifikasi. Dia pulang ke apartemennya dengan harapan semua keraguan bisa segera hilang.
Ketika Maya tiba di rumah, ponselnya bergetar lagi. Kali ini, itu adalah pesan dari Aldo.
*“Bagaimana pertemuannya? Apakah semuanya udah jelas?”*
Maya membalas, “Ya, Nia udah menjelaskan semuanya. Aku merasa lebih tenang sekarang. Terima kasih sudah mengatur pertemuan ini.”
"Senang mendengarnya. Aku segera pulang, dan kita bisa bicara lebih banyak kalau kamu mau.”
Maya memutuskan untuk bersantai malam itu dan menenangkan pikirannya. Saat Aldo tiba, mereka menghabiskan waktu berbicara tentang pertemuan Maya dengan Nia dan bagaimana mereka bisa mengatasi ketegangan yang ada.
Maya merasa mereka telah membuat kemajuan yang berarti. Meskipun masih ada beberapa hal yang harus diatasi, dia merasa lebih yakin bahwa mereka bisa menghadapi tantangan bersama.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 45 Episodes
Comments
Acap Amir
Gak bisa berhenti baca ceritanya, thor kesempatan ketemu penulis kayak kamu gak banyak loh.
2024-07-26
1