"Reputasiku di desa memang tak terlalu bagus, tapi apa-apaan itu?" Chen Huang memukul tembok pondok kecilnya ketika teringat tatapan orang-orang dalam mimpi di ruang bawah tanah. "Apa aku semenjijikkan itu sebagai Pemulung, sampai kalian menatapku seperti itu?"
Namun berapa kali pun diingat, Chen Huang tak pernah bisa merasa benci kepada mereka. Dia tahu merekalah keluarganya, orang-orang Desa Gagak yang selalu dekat dengannya. Kini, semua orang sudah mati meninggalkannya sendiri.
"Persetan dengan itu, aku akan tetap memegang janjiku!" dia menggenggam erat Jimat Hitam di dadanya.
Chen Huang keluar dari pondok. Setelah pagi tadi pergi ke Rumah Hantu, sekarang dia ingin menajamkan diri sendiri.
Chen Huang pergi ke belakang pondok, tempat hamparan tanah dengan rumput terpotong rapi dan sebuah kolam ikan kecil di ujung sana. Daripada disebut kolam, lebih pantas disebut bekas kolam karena airnya yang keruh menghijau serta tak layak dijadikan rumah ikan.
Chen Huang melepas mantelnya yang berkerah bulu dan membiarkan kain hitam tebal itu jatuh di atas tanah.
"Sihir Suku Gagak punya keunggulan dalam serangan kejut dari jarak jauh," ia menggumamkan kata-kata dari Chi Yan, sang pemimpin Pasukan Gagak, "tapi bukan berarti teknik bertarung jarak dekat tidak ada gunanya."
Chen Huang mengambil napas panjang. Gerakan pertama berupa pukulan tangan kanan ke depan, lalu disusul pukulan tangan kiri dan tendangan memutar. Gerakan kaku itu adalah ajaran Chi Yan yang lebih sering ia abaikan sehingga saat ini Chen Huang mulai merutuki kebodohannya.
"Kenapa tidak langsung ke pelajaran Simbol Magis dan booommm ...." Tiba-tiba dia teringat perkataannya kepada Chi Yan beberapa minggu lalu. Setelahnya, Chen Huang mendapat omelan keras dari lelaki itu.
Chen Huang tersenyum masam. "Diriku yang tolol, akibatnya baru terasa sekarang, sialan!"
Chen Huang benar-benar jengkel, karena baru berlatih beberapa gerakan saja dia sudah kehabisan napas dan sulit bergerak. Akhirnya sore itu dia mengakhiri latihan karena seluruh urat saraf sudah menjerit kesakitan. Orang akan tertawa bila melihat itu, sebab yang dianggap latihan oleh Chen Huang tadi tak lebih lama dari sepeminuman teh.
Ia memilih untuk isitrahat setelahnya.
Esok hari ketika sinar kemerahan baru tampak di ujung cakrawala timur, Chen Huang dikejutkan dengan kunjungan seseorang. Itu ketika Chen Huang sudah membulatkan tekad untuk melakukan latihan lebih lama dari kemarin. Ketika dia membuka pintu, seorang perempuan tiga puluhan tahun berdiri di sana.
"Ah ... aku bingung harus mengetuk atau tidak, aku khawatir akan membangunkanmu."
Hampir semua orang Suku Serigala memandangnya dengan tak bersahabat. Bukan hanya di kediaman Qin Sheng ini, melainkan juga orang-orang desa.
Namun sulit untuk mengakui, tapi beberapa orang yang bersikap ramah kepadanya hanya orang-orang di sekitar Qin Sheng. Mereka itu di antaranya adalah Ming Zhe, sang penasihat. Qin Minzhu, putra Qin Sheng. Lalu perempuan ini, Qin Yuying, sepupu Qin Minzhu. Ayah Qin Yuying adalah kakak Qin Sheng yang mati muda karena suatu wabah di masa itu.
Sebagai tambahan, Qin Yuying belum menikah sampai sekarang. Namun, dia adalah perempuan yang ramah kepada semua orang.
"Bibi," Chen Huang mengamati perempuan itu. "Ada apa?"
"Eh ...." Qin Yuying adalah wanita ramah yang lebih sering berbasa-basi di awal percakapan, dan Chen Huang bukan orang seperti itu. "Kemarin aku baru pulang, dan aku melihatmu berlatih."
Chen Huang merasa sedikit malu, tapi dia menyembunyikannya dengan baik. "Lalu?"
"Gerakanmu berantakan."
Untuk bagian ini, Qin Yuying memang tak banyak basa-basi.
"Untuk melawan ayam hutan saja, mungkin kau bisa terluka."
'Menyebalkan, tapi sayangnya kau benar, sial!'
"Lalu?" Chen Huang mencoba menekan suaranya yang gemetar menahan emosi.
"Bagaimana kalau latihan bersama? Kita bertiga, aku, kau dan Qin Mingzhu adikku?" Senyum wanita itu secerah dan sehangat matahari terbit. "Pamanku sudah mengizinkan."
"Terpaksa ... pastinya," lanjut Chen Huang
Qin Yuying mengendikkan bahu sambil berkata ringan. "Kau belum terlalu mengenal orang itu."
"Kapan kita mulai?"
Wanita itu tampak antusias. "Kau setuju?"
"Sebelum berubah pikiran, ya!"
"Kita mulai sekarang, ayo."
Mereka berjalan bersama menyusuri lorong menuju tempat Qin Mingzhu biasa berlatih, yaitu di lapangan luas belakang kediaman utama, tempat para lelaki muda yang menjadi abdi dalam juga berlatih meningkatkan kekuatan.
"Gagak." Seseorang bergumam kepada temannya dan itu membuat darah Chen Huang sedikit mendidih.
Akan tetapi, Qin Yuying benar-benar wanita baik penuh pengertian. "Kenapa kau sekaku itu melakukan gerakan pukul dan tendang di umur segini?" Dia mendekat ke samping Chen Huang dan menekan-nekan pundak pemuda itu. "Masih empuk, kurang keras!" lalu Qin Yuying memukulnya.
Chen Huang berterima kasih. Dia bukan orang yang peka, tapi dia masih punya cukup kecerdasan untuk tahu bahwa tindakan Qin Yuying barusan adalah demi menyelamatkan harga dirinya. Hubungan baik dengan Tuan Muda dan Nona Muda, serigala-serigala itu pasti bisa lebih menghargainya.
"Sudah biasa," bisik Chen Huang ketika mereka sudah pergi cukup jauh meninggalkan para pemuda yang sedang berlatih. "Hampir setiap hari."
Qin Yuying hanya tersenyum.
Mereka sampai di hadapan Qin Mingzhu yang sudah menunggu di bawah pohon persik. Melihat kedatangan sahabatnya, dia tampak girang.
"Jadi kau benar-benar membawanya?" katanya pada Qin Yuying. "Kupikir akan jadi sedikit sulit?"
Chen Huang terhenyak tanpa sadar. Pundaknya gemetar ketika mengingat ucapan Qin Yuying tentang ayam hutan beberapa saat lalu.
"Nah, langsung saja. Kalian berdua, adu pukul!"
"Hah?"
Chen Huang bahkan belum sempat berkedip ketika satu tinjuan keras mengenai pipinya. Dia terpelanting dan jatuh terduduk.
Qin Mingzhu tampak merasa bersalah, ditariknya tangan Chen Huang untuk berdiri. "Kupikir kau akan menghindar."
"Aku masih gagak setengah jadi," semburnya ketus. Pipinya berdenyut nyeri. "Sayapku belum tumbuh untuk bisa terbang."
"Bukankah kita seumuran?"
Chen Huang sedikit menjauh darinya. "Aku dulu kurang latihan."
"Dulu," Qin Yuying mengulang. "Tidak dengan sekarang, akan kupastikan itu."
Chen Huang merasa sedikit seram. Entah kenapa senyum manis di wajah cantik itu tampak sedikit menyeramkan.
...----------------...
"Jadi, mereka semua sepakat untuk bertemu, ya?" Ming Zhe memperhatikan langit pagi yang cukup cerah. Biru bersih tanpa awan. "Seperti kembali ke masa lalu."
"Jarang sekali kita bertemu satu sama lain kecuali karena permasalahan yang amat penting," Qin Sheng tampak setuju akan hal itu. Dia lelaki lima puluh tahunan dengan jenggot tipis dan rambut sebahu, penampilannya cukup gagah di umurnya saat ini.
Kakek bongok yang telah mengabdi kepada Suku Serigala dalam waktu lama itu tentunya sudah cukup bijak dan waspada. Sejak kepulangan Qin Yuying, dia sama sekali tak merasa nyaman. "Apalagi kalau bukan soal Suku Gagak?"
"Aku juga berpikir begitu." Qin Sheng mengangguk-angguk. "Kuharap Suku Naga tak melakukan tindakan bodoh."
"Sulit untuk itu mengingat beberapa waktu lalu Gagak dan Naga masih terjadi perselisihan wilayah. Walau kabar mengatakan mereka sudah berdamai, tapi tetap saja. Saya yakin sekali mereka sedang berpesta ketika mendengar hancurnya Suku Gagak."
"Bodoh dan sombong!" Qin Sheng menggebrak meja. "Apa mereka bahkan tidak berpikir sampai sana? Soal Tanduk Darah dan segala dongeng mengerikan itu?"
"Naga punya kekuatan besar untuk tidak memercayainya, semua orang tahu itu."
"Bedebah!" Qin Sheng mengamati kertas kuning yang dibawa pulang oleh keponakannya, Qin Yuying. Itu adalah surat dari Suku Naga yang ditujukan kepada suku-suku lain. Mereka meminta untuk melakukan pertemuan di Menara Putih, tempat paling suci bagi ketujuh suku Wilayah Pedalaman. "Menara Putih, ya ...."
"Sebuah kenangan pahit." Ming Zhe menghela napasnya berkali-kali.
Di sana, di Menara Putih, adalah tempat sakral yang berhasil menorehkan luka dalam benak Qin Sheng.
...----------------...
Untuk hal-hal terkait cerita, bisa mampir ke instagram @arisena_p
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 108 Episodes
Comments
Tanata✨
Ngakak plisss😭😭✌🏻
2024-11-04
1
Tanata✨
Wkwk, terkadang aku suka gemes kalau cheng huang mulai mengeluh
2024-11-04
1
Curtis
🙌Setting luar biasa, membuatku merasa seolah-olah berada di dalam cerita.
2024-07-28
2