Episode : 5 — Qin Yuying

"Reputasiku di desa memang tak terlalu bagus, tapi apa-apaan itu?" Chen Huang memukul tembok pondok kecilnya ketika teringat tatapan orang-orang dalam mimpi di ruang bawah tanah. "Apa aku semenjijikkan itu sebagai Pemulung, sampai kalian menatapku seperti itu?"

Namun berapa kali pun diingat, Chen Huang tak pernah bisa merasa benci kepada mereka. Dia tahu merekalah keluarganya, orang-orang Desa Gagak yang selalu dekat dengannya. Kini, semua orang sudah mati meninggalkannya sendiri.

"Persetan dengan itu, aku akan tetap memegang janjiku!" dia menggenggam erat Jimat Hitam di dadanya.

Chen Huang keluar dari pondok. Setelah pagi tadi pergi ke Rumah Hantu, sekarang dia ingin menajamkan diri sendiri.

Chen Huang pergi ke belakang pondok, tempat hamparan tanah dengan rumput terpotong rapi dan sebuah kolam ikan kecil di ujung sana. Daripada disebut kolam, lebih pantas disebut bekas kolam karena airnya yang keruh menghijau serta tak layak dijadikan rumah ikan.

Chen Huang melepas mantelnya yang berkerah bulu dan membiarkan kain hitam tebal itu jatuh di atas tanah.

"Sihir Suku Gagak punya keunggulan dalam serangan kejut dari jarak jauh," ia menggumamkan kata-kata dari Chi Yan, sang pemimpin Pasukan Gagak, "tapi bukan berarti teknik bertarung jarak dekat tidak ada gunanya."

Chen Huang mengambil napas panjang. Gerakan pertama berupa pukulan tangan kanan ke depan, lalu disusul pukulan tangan kiri dan tendangan memutar. Gerakan kaku itu adalah ajaran Chi Yan yang lebih sering ia abaikan sehingga saat ini Chen Huang mulai merutuki kebodohannya.

"Kenapa tidak langsung ke pelajaran Simbol Magis dan booommm ...." Tiba-tiba dia teringat perkataannya kepada Chi Yan beberapa minggu lalu. Setelahnya, Chen Huang mendapat omelan keras dari lelaki itu.

Chen Huang tersenyum masam. "Diriku yang tolol, akibatnya baru terasa sekarang, sialan!"

Chen Huang benar-benar jengkel, karena baru berlatih beberapa gerakan saja dia sudah kehabisan napas dan sulit bergerak. Akhirnya sore itu dia mengakhiri latihan karena seluruh urat saraf sudah menjerit kesakitan. Orang akan tertawa bila melihat itu, sebab yang dianggap latihan oleh Chen Huang tadi tak lebih lama dari sepeminuman teh.

Ia memilih untuk isitrahat setelahnya.

Esok hari ketika sinar kemerahan baru tampak di ujung cakrawala timur, Chen Huang dikejutkan dengan kunjungan seseorang. Itu ketika Chen Huang sudah membulatkan tekad untuk melakukan latihan lebih lama dari kemarin. Ketika dia membuka pintu, seorang perempuan tiga puluhan tahun berdiri di sana.

"Ah ... aku bingung harus mengetuk atau tidak, aku khawatir akan membangunkanmu."

Hampir semua orang Suku Serigala memandangnya dengan tak bersahabat. Bukan hanya di kediaman Qin Sheng ini, melainkan juga orang-orang desa.

Namun sulit untuk mengakui, tapi beberapa orang yang bersikap ramah kepadanya hanya orang-orang di sekitar Qin Sheng. Mereka itu di antaranya adalah Ming Zhe, sang penasihat. Qin Minzhu, putra Qin Sheng. Lalu perempuan ini, Qin Yuying, sepupu Qin Minzhu. Ayah Qin Yuying adalah kakak Qin Sheng yang mati muda karena suatu wabah di masa itu.

Sebagai tambahan, Qin Yuying belum menikah sampai sekarang. Namun, dia adalah perempuan yang ramah kepada semua orang.

"Bibi," Chen Huang mengamati perempuan itu. "Ada apa?"

"Eh ...." Qin Yuying adalah wanita ramah yang lebih sering berbasa-basi di awal percakapan, dan Chen Huang bukan orang seperti itu. "Kemarin aku baru pulang, dan aku melihatmu berlatih."

Chen Huang merasa sedikit malu, tapi dia menyembunyikannya dengan baik. "Lalu?"

"Gerakanmu berantakan."

Untuk bagian ini, Qin Yuying memang tak banyak basa-basi.

"Untuk melawan ayam hutan saja, mungkin kau bisa terluka."

'Menyebalkan, tapi sayangnya kau benar, sial!'

"Lalu?" Chen Huang mencoba menekan suaranya yang gemetar menahan emosi.

"Bagaimana kalau latihan bersama? Kita bertiga, aku, kau dan Qin Mingzhu adikku?" Senyum wanita itu secerah dan sehangat matahari terbit. "Pamanku sudah mengizinkan."

"Terpaksa ... pastinya," lanjut Chen Huang

Qin Yuying mengendikkan bahu sambil berkata ringan. "Kau belum terlalu mengenal orang itu."

"Kapan kita mulai?"

Wanita itu tampak antusias. "Kau setuju?"

"Sebelum berubah pikiran, ya!"

"Kita mulai sekarang, ayo."

Mereka berjalan bersama menyusuri lorong menuju tempat Qin Mingzhu biasa berlatih, yaitu di lapangan luas belakang kediaman utama, tempat para lelaki muda yang menjadi abdi dalam juga berlatih meningkatkan kekuatan.

"Gagak." Seseorang bergumam kepada temannya dan itu membuat darah Chen Huang sedikit mendidih.

Akan tetapi, Qin Yuying benar-benar wanita baik penuh pengertian. "Kenapa kau sekaku itu melakukan gerakan pukul dan tendang di umur segini?" Dia mendekat ke samping Chen Huang dan menekan-nekan pundak pemuda itu. "Masih empuk, kurang keras!" lalu Qin Yuying memukulnya.

Chen Huang berterima kasih. Dia bukan orang yang peka, tapi dia masih punya cukup kecerdasan untuk tahu bahwa tindakan Qin Yuying barusan adalah demi menyelamatkan harga dirinya. Hubungan baik dengan Tuan Muda dan Nona Muda, serigala-serigala itu pasti bisa lebih menghargainya.

"Sudah biasa," bisik Chen Huang ketika mereka sudah pergi cukup jauh meninggalkan para pemuda yang sedang berlatih. "Hampir setiap hari."

Qin Yuying hanya tersenyum.

Mereka sampai di hadapan Qin Mingzhu yang sudah menunggu di bawah pohon persik. Melihat kedatangan sahabatnya, dia tampak girang.

"Jadi kau benar-benar membawanya?" katanya pada Qin Yuying. "Kupikir akan jadi sedikit sulit?"

Chen Huang terhenyak tanpa sadar. Pundaknya gemetar ketika mengingat ucapan Qin Yuying tentang ayam hutan beberapa saat lalu.

"Nah, langsung saja. Kalian berdua, adu pukul!"

"Hah?"

Chen Huang bahkan belum sempat berkedip ketika satu tinjuan keras mengenai pipinya. Dia terpelanting dan jatuh terduduk.

Qin Mingzhu tampak merasa bersalah, ditariknya tangan Chen Huang untuk berdiri. "Kupikir kau akan menghindar."

"Aku masih gagak setengah jadi," semburnya ketus. Pipinya berdenyut nyeri. "Sayapku belum tumbuh untuk bisa terbang."

"Bukankah kita seumuran?"

Chen Huang sedikit menjauh darinya. "Aku dulu kurang latihan."

"Dulu," Qin Yuying mengulang. "Tidak dengan sekarang, akan kupastikan itu."

Chen Huang merasa sedikit seram. Entah kenapa senyum manis di wajah cantik itu tampak sedikit menyeramkan.

...----------------...

"Jadi, mereka semua sepakat untuk bertemu, ya?" Ming Zhe memperhatikan langit pagi yang cukup cerah. Biru bersih tanpa awan. "Seperti kembali ke masa lalu."

"Jarang sekali kita bertemu satu sama lain kecuali karena permasalahan yang amat penting," Qin Sheng tampak setuju akan hal itu. Dia lelaki lima puluh tahunan dengan jenggot tipis dan rambut sebahu, penampilannya cukup gagah di umurnya saat ini.

Kakek bongok yang telah mengabdi kepada Suku Serigala dalam waktu lama itu tentunya sudah cukup bijak dan waspada. Sejak kepulangan Qin Yuying, dia sama sekali tak merasa nyaman. "Apalagi kalau bukan soal Suku Gagak?"

"Aku juga berpikir begitu." Qin Sheng mengangguk-angguk. "Kuharap Suku Naga tak melakukan tindakan bodoh."

"Sulit untuk itu mengingat beberapa waktu lalu Gagak dan Naga masih terjadi perselisihan wilayah. Walau kabar mengatakan mereka sudah berdamai, tapi tetap saja. Saya yakin sekali mereka sedang berpesta ketika mendengar hancurnya Suku Gagak."

"Bodoh dan sombong!" Qin Sheng menggebrak meja. "Apa mereka bahkan tidak berpikir sampai sana? Soal Tanduk Darah dan segala dongeng mengerikan itu?"

"Naga punya kekuatan besar untuk tidak memercayainya, semua orang tahu itu."

"Bedebah!" Qin Sheng mengamati kertas kuning yang dibawa pulang oleh keponakannya, Qin Yuying. Itu adalah surat dari Suku Naga yang ditujukan kepada suku-suku lain. Mereka meminta untuk melakukan pertemuan di Menara Putih, tempat paling suci bagi ketujuh suku Wilayah Pedalaman. "Menara Putih, ya ...."

"Sebuah kenangan pahit." Ming Zhe menghela napasnya berkali-kali.

Di sana, di Menara Putih, adalah tempat sakral yang berhasil menorehkan luka dalam benak Qin Sheng.

...----------------...

Untuk hal-hal terkait cerita, bisa mampir ke instagram @arisena_p

Terpopuler

Comments

Tanata✨

Tanata✨

Ngakak plisss😭😭✌🏻

2024-11-04

1

Tanata✨

Tanata✨

Wkwk, terkadang aku suka gemes kalau cheng huang mulai mengeluh

2024-11-04

1

Curtis

Curtis

🙌Setting luar biasa, membuatku merasa seolah-olah berada di dalam cerita.

2024-07-28

2

lihat semua
Episodes
1 Episode : 1 — Gagak Terakhir
2 Episode : 2 — Serigala
3 Episode : 3 — Rumah Hantu
4 Episode : 4 — Jimat Hitam
5 Episode : 5 — Qin Yuying
6 Episode : 6 — Kegesitan Serigala
7 Episode : 7 — Menara Putih
8 Episode : 8 — Kekhawatiran
9 Episode : 9 — Cerita
10 Episode : 10 — Kabar Buruk
11 Episode : 11 — Bentangkan Sayapmu
12 Episode : 12 — Kosong
13 Episode : 13 — Kultivator
14 Episode : 14 — Bai Li
15 Episode : 15 — Ajari Aku
16 Episode : 16 — Tingkat Bumi
17 Episode : 17 — Gila
18 Episode : 18 — Latihan Bertempur
19 Episode : 19 — Kau Membuatku Hancur
20 Episode : 20 — Maaf
21 Episode : 21 — Ini Sumpahku!
22 Episode : 22 — Penguatan Tubuh
23 Episode : 23 — Bergerak ke Selatan
24 Episode : 24 — Tamu Tak Diundang
25 Episode : 25 — Matahari Ganda
26 Episode : 26 — Perbedaan Kekuatan
27 Episode : 27 — Sebuah Rahasia
28 Episode : 28 — Wilayah Tengah
29 Episode : 29 — Bulan Menangis
30 Episode : 30 — Pelukan Halimun Pagi
31 Episode : 31 — Kalau Aku Mati
32 Episode : 32 — Rencana
33 Episode : 33 — Sandiwara
34 Episode : 34 — Kekuatan Simbol Magis
35 Episode : 35 — Melanjutkan Perjalanan
36 Episode : 36 — Bendera Hitam
37 Episode : 37 — Kegelapan Milik Kita
38 Episode : 38 — Pesta
39 Episode : 39 — Serikat Dagang
40 Episode : 40 — Sejarah
41 Episode : 41 — Peningkatan Tulang
42 Episode : 42 — Simbol Magis
43 Episode : 43 — Sumpah
44 Episode : 44 — Rencana Rumit
45 Episode : 45 — Dugaan Chen Huang
46 Episode : 46 — Aku Menyerah
47 Episode : 47 — Pertandingan Kedua
48 Episode : 48 — Aku Berhasil
49 Episode : 49 — Malam Perayaan
50 Episode : 50 — Raja Malam
51 Episode : 51 — Sekte Musim Gugur
52 Episode : 52 — Hao Chen
53 Episode : 53 — Cara Belajar Sekte Musim Gugur
54 Episode : 54 — Informasi
55 Episode : 55 — Serangan
56 Episode : 56 — Kenyataan
57 Episode : 57 — Chen Huang
58 Episode : 58 — Berubah
59 Episode : 59 — Orang Jahatnya
60 Episode : 60 — Pulang
61 Episode : 61 — Akrab Sekali
62 Episode : 62 — Makam Kultivator Pertama
63 Episode : 63 — Kabut Ilusi
64 Episode : 64 — Tidur Nyenyak?
65 Episode : 65 — Song Kiu
66 Episode : 66 — Pemukiman
67 Episode : 67 — Raksasa
68 Episode : 68 — Ancaman Kedua
69 Episode : 69 — Rombongan Jubah Biru Muda
70 Episode : 70 — Gua
71 Episode : 71 — Penglihatan
72 Episode : 72 — Dapat Dua?
73 Episode : 73 — Harimau Hitam
74 Episode : 74 — Naga
75 Episode : 75 — Keluarga Xian
76 Episode : 76 — Menggerutu
77 Episode : 77 — Kepulangan Mereka
78 Episode : 78 — Diskusi
79 Episode : 79 — Pesan
80 Episode : 80 — Wu Chen
81 Episode : 81 — Tentang Naga
82 Episode : 82 — Rasa Takut
83 Episode : 83 — Dibantai
84 Episode : 84 — Surat
85 Episode : 85 — Keputusan
86 Episode : 86 — Keberangkatan
87 Episode : 87 — Desa Daun Wangi
88 Episode : 88 — Tumpah, Ujung, Harga Murah
89 Episode : 89 — Malam Hari
90 Episode : 90 — Lari
91 Episode : 91 — Kerja Sama
92 Episode : 92 — Salah Paham
93 Episode : 93 — Sekte Cabang
94 Episode : 94 — Membuktikan
95 Episode : 95 — Menyerahkan Diri
96 Episode : 96 — Berjalan Mulus
97 Episode : 97 — Opera Merah
98 Episode : 98 — Rencana Penyusupan
99 Episode : 99 — Siasat
100 Episode : 100 — Penyusup
101 Episode : 101 — Mengacau
102 Episode : 102 — Cang An
103 Episode : 103 — Tolong Jangan Pergi Lagi
104 Episode : 104 — Bersaing
105 Episode : 105 — Cinta Mereka
106 Episode : 106 — Langkah Selanjutnya
107 Episode : 107 — Janji
108 Episode : 108 — Persiapan
Episodes

Updated 108 Episodes

1
Episode : 1 — Gagak Terakhir
2
Episode : 2 — Serigala
3
Episode : 3 — Rumah Hantu
4
Episode : 4 — Jimat Hitam
5
Episode : 5 — Qin Yuying
6
Episode : 6 — Kegesitan Serigala
7
Episode : 7 — Menara Putih
8
Episode : 8 — Kekhawatiran
9
Episode : 9 — Cerita
10
Episode : 10 — Kabar Buruk
11
Episode : 11 — Bentangkan Sayapmu
12
Episode : 12 — Kosong
13
Episode : 13 — Kultivator
14
Episode : 14 — Bai Li
15
Episode : 15 — Ajari Aku
16
Episode : 16 — Tingkat Bumi
17
Episode : 17 — Gila
18
Episode : 18 — Latihan Bertempur
19
Episode : 19 — Kau Membuatku Hancur
20
Episode : 20 — Maaf
21
Episode : 21 — Ini Sumpahku!
22
Episode : 22 — Penguatan Tubuh
23
Episode : 23 — Bergerak ke Selatan
24
Episode : 24 — Tamu Tak Diundang
25
Episode : 25 — Matahari Ganda
26
Episode : 26 — Perbedaan Kekuatan
27
Episode : 27 — Sebuah Rahasia
28
Episode : 28 — Wilayah Tengah
29
Episode : 29 — Bulan Menangis
30
Episode : 30 — Pelukan Halimun Pagi
31
Episode : 31 — Kalau Aku Mati
32
Episode : 32 — Rencana
33
Episode : 33 — Sandiwara
34
Episode : 34 — Kekuatan Simbol Magis
35
Episode : 35 — Melanjutkan Perjalanan
36
Episode : 36 — Bendera Hitam
37
Episode : 37 — Kegelapan Milik Kita
38
Episode : 38 — Pesta
39
Episode : 39 — Serikat Dagang
40
Episode : 40 — Sejarah
41
Episode : 41 — Peningkatan Tulang
42
Episode : 42 — Simbol Magis
43
Episode : 43 — Sumpah
44
Episode : 44 — Rencana Rumit
45
Episode : 45 — Dugaan Chen Huang
46
Episode : 46 — Aku Menyerah
47
Episode : 47 — Pertandingan Kedua
48
Episode : 48 — Aku Berhasil
49
Episode : 49 — Malam Perayaan
50
Episode : 50 — Raja Malam
51
Episode : 51 — Sekte Musim Gugur
52
Episode : 52 — Hao Chen
53
Episode : 53 — Cara Belajar Sekte Musim Gugur
54
Episode : 54 — Informasi
55
Episode : 55 — Serangan
56
Episode : 56 — Kenyataan
57
Episode : 57 — Chen Huang
58
Episode : 58 — Berubah
59
Episode : 59 — Orang Jahatnya
60
Episode : 60 — Pulang
61
Episode : 61 — Akrab Sekali
62
Episode : 62 — Makam Kultivator Pertama
63
Episode : 63 — Kabut Ilusi
64
Episode : 64 — Tidur Nyenyak?
65
Episode : 65 — Song Kiu
66
Episode : 66 — Pemukiman
67
Episode : 67 — Raksasa
68
Episode : 68 — Ancaman Kedua
69
Episode : 69 — Rombongan Jubah Biru Muda
70
Episode : 70 — Gua
71
Episode : 71 — Penglihatan
72
Episode : 72 — Dapat Dua?
73
Episode : 73 — Harimau Hitam
74
Episode : 74 — Naga
75
Episode : 75 — Keluarga Xian
76
Episode : 76 — Menggerutu
77
Episode : 77 — Kepulangan Mereka
78
Episode : 78 — Diskusi
79
Episode : 79 — Pesan
80
Episode : 80 — Wu Chen
81
Episode : 81 — Tentang Naga
82
Episode : 82 — Rasa Takut
83
Episode : 83 — Dibantai
84
Episode : 84 — Surat
85
Episode : 85 — Keputusan
86
Episode : 86 — Keberangkatan
87
Episode : 87 — Desa Daun Wangi
88
Episode : 88 — Tumpah, Ujung, Harga Murah
89
Episode : 89 — Malam Hari
90
Episode : 90 — Lari
91
Episode : 91 — Kerja Sama
92
Episode : 92 — Salah Paham
93
Episode : 93 — Sekte Cabang
94
Episode : 94 — Membuktikan
95
Episode : 95 — Menyerahkan Diri
96
Episode : 96 — Berjalan Mulus
97
Episode : 97 — Opera Merah
98
Episode : 98 — Rencana Penyusupan
99
Episode : 99 — Siasat
100
Episode : 100 — Penyusup
101
Episode : 101 — Mengacau
102
Episode : 102 — Cang An
103
Episode : 103 — Tolong Jangan Pergi Lagi
104
Episode : 104 — Bersaing
105
Episode : 105 — Cinta Mereka
106
Episode : 106 — Langkah Selanjutnya
107
Episode : 107 — Janji
108
Episode : 108 — Persiapan

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!