"Bawa dua puluh Pasukan Serigala, dan lebih banyak lagi serigala pemburu, aku yakin semua akan baik-baik saja."
Qin Sheng mendengar kekeras kepalaan anaknya dengan tatapan malas. "Kupikir kau makin kepala batu setelah kenal dengannya." Kata orang, gagak adalah burung pembawa kesialan, dan Qin Sheng sedikit banyak memercayai hal itu. "Tidak bisa, dia baru seminggu ada di sini."
"Lalu kenapa?" Qin Mingzhu tak mau kalah. "Bukankah ayah tak memedulikannya? Apa ruginya kalau dia mendapat sial di jalan?"
"Kita yang rugi. Kaupikir pasukan yang mengawalmu itu tak ambil tindakan ketika dia berada dalam masalah? Kalau pun iya, kau pasti bakal memaksanya, kan?"
Qin Mingzhu menggertakkan gigi. "Apa masalahnya dengan gagak? Chen Huang hanya kebetulan lahir di Suku Gagak."
"Pembawa sial. Aku pernah berpikir kita akan bernasib sama setelah membawa Gagak itu datang ke sini," jawab Qin Sheng tegas, "banyak buktinya, kalau ada rumah didatangi seekor gagak, maka akan ada yang mati di sana."
"Kita Serigala dan takut dengan yang semacam itu?" Qin Mingzhu tersenyum miring karena berhasil mengenai keangkuhan ayahnya. "Serigala tak kenal takut."
Pundak Qin Sheng bergetar, dia bisa saja memukul hancur mejanya saat ini, tapi tak ia lakukan.
Di sebelahnya, penasihat Ming Zhe hanya memandang sambil tersenyum tipis. Seolah perdebatan mereka tak lebih dari sekadar perbantahan anak-anak.
"Gagak pun punya keluarga," berkata Ming Zhe setelah Qin Sheng tak berkata apa pun selain geraman jengkel. "Aku mengikuti anda, bersumpah setia, bukan karena kekejaman anda."
"Lakukan, terserah apa maumu!" Qin Sheng membentak. "Tapi aku bersumpah tak akan turun tangan kalau kau mendapat kesulitan di luar sana. Biar kau diculik siluman!"
Senyum Qin Mingzhu terbit. "Terima kasih, Ayah."
"Simpan rasa terima kasihmu itu!" sergah ayahnya. "Sekarang pergi!"
...----------------...
Di dalam pondoknya, Chen Huang dikejutkan dengan suara Qin Mingzhu yang cukup nyaring. Lebih terkejut lagi ketika pintu pondoknya dibuka secara mendadak.
Chen Huang melihat raut senang di wajah Tuan Muda itu. Napasnya sedikit memburu, tapi tetap saja Qin Mingzhu kelihatan girang akan sesuatu.
"Apa?" Chen Huang bertanya, masih dengan sikapnya yang dingin menyebalkan bagi sebagian orang.
"Kau akan dikawal dua puluh Pasukan Serigala bersama lima puluh serigala pemburu. Aku sendiri juga akan ikut menemani."
Chen Huang bangkit dari tempatnya duduk. "Apa kau gila?" sergahnya, "ayahmu bisa menggorok leherku karena menggunakan prajuritnya untuk melindungi satu Gagak."
"Aku sendiri yang minta dan dia menyetujui dengan senang hati."
"Aku lebih percaya kalau dia menyetujui dengan berat hati. Jujurlah."
Akan tetapi, Qin Mingzhu tak menghiraukan. "Besok, kan? Baiklah, siapkan dirimu. Pagi-pagi buta aku akan mengetuk pintu ini. Sampai jumpa."
Chen Huang memandang kepergian bocah itu sampai punggungnya lenyap di balik pintu. Dia bertanya-tanya, kenapa Serigala Muda sepertinya mau berteman dengan Gagak? Selama ini, Chen Huang selalu berpikir bahwa Suku Naga dan Serigala adalah dua suku paling angkuh dan menjengkelkan. Namun juga kuat di samping semua sifat menyebalkan itu.
Akan tetapi, dia melihat sesuatu yang lain dalam diri Qin Mingzhu. Memang kadang bocah itu memgeluarkan sifat angkuhnya, tapi tak lebih hanya sekadar bercanda.
"Bagaimanapun, dia tetap Serigala. Bahkan para pelayan pun, melihatku dengan tatapan muak. Menjengkelkan!"
Chen Huang menutup pintu dengan suasana hati yang tak terlalu baik.
Esok harinya, Qin Mingzhu menepati janji. Bahkan sebelum cahaya matahari tampak, dia sudah mengetuk pintu pondok Chen Huang dengan terlalu keras.
"Tidakkah kaupikir ini masih terlalu gelap?" tanya Chen Huang yang baru saja selesai membasuh tubuh dengan air dingin. "Jangan bilang kau ...."
"Mereka sudah menunggu." Qin Mingzhu menunjuk seorang prajurit dari Pasukan Serigala dengan dagunya. Pemuda bertubuh tinggi yang memandangnya dingin. "Prajurit yang lain sudah menunggu di halaman depan."
'Sialan! Yang punya urusan ini aku atau kau?' Namun, mulutnya berkata. "Tunggu sebentar lagi." Chen Huang menutup pintu lalu segera bersiap. Pakaian hitam yang diberi oleh ayah Qin Mingzhu secara terpaksa, serta jubah hitam berkerah bulu yang dulu milik tawanan Suku Gagak. Karena beberapa tahun lalu kedua suku sudah berdamai, maka semua tawanan Gagak sudah dilepas.
Namun tetap saja, kedua suku sukar untuk benar-benar damai.
Ketika mereka melewati prajurit Serigala yang mengantar Qin Mingzhu, Chen Huang dapat mendengar dengus muak darinya.
Chen Huang diberi kuda poni yang sesuai dengan ukuran tubuhnya. Kuda itu sedikit lebih kecil dibanding milik Qin Mingzhu. Mereka melakukan perjalanan menuju utara, ke tempat Suku Gagak berada.
"Kau pernah bilang, kau seorang pemulung. Apa maksudnya itu?" tanya Qin Mingzhu di tengah-tengah perjalanan.
Chen Huang tak langsung menjawab. Bukan tanpa alasan, tapi dia hanya mempersiapkan hati untuk diejek habis-habisan. "Aku bersama temanku dulu, kadang pergi ke luar desa untuk mengambil harta-harta di antara para mayat."
Qin Mingzhu tampak terkejut. "Mayat siapa?"
"Banyak orang. Desersi, pengelana yang dimakan singa, atau orang-orang malang lain." Chen Huang melirik ke belakang, beberapa prajurit menahan kekehannya. "Aku dan kawanku, sebagai Gagak memunguti harta-harta mereka."
Suara kekehan para prajurit makin keras.
"Pemulung, katanya."
Chen Huang mencoba mengacuhkan itu.
Akan tetapi, tanggapan Qin Sheng jauh berbeda. Bukannya mengejek atau tersenyum meremehkan, tapi dia malah tersenyum lebar, tampak tertarik. "Hebat kau, tak takut melihat mayat. Apa kali ini kau akan melakukan hal yang sama?"
Chen Huang menggeleng.
"Lalu?"
"Rumah Hantu," jawabnya, "Itulah tujuanku."
"Hantu?" Qin Mingzhu mengulang. "Kaubilang hantu?"
...----------------...
Rumah Hantu adalah tempat para penatua berkumpul untuk membicarakan segala hal sakral di Desa Gagak. Tempat itu jarang digunakan kecuali untuk ritual, pernikahan, atau membahas tentang keresahan yang dirasakan akhir-akhir ini. Sebelum pembantaian tentu saja.
Bangunan itu dibuat dari kayu bercat hitam pekat, hanya memiliki satu lantai. Di sebelah bangunan itu berdiri menara kayu yang sampai sekarang Chen Huang masih meragukan kegunaannya. Itu hanya seperti tiang kayu tegak yang tak bertugas apa-apa.
Di sana-sini, hanya menyisakan tulang dan daging terkoyak. Lebih banyak tulang sisa makanan burung gagak atau hewan-hewan liar. Qin Mingzhu sudah muntah dua kali. Terpaksa bocah itu dikelilingi Pasukan Serigala dalam formasi rapat. Memang hidung masih dapat mencium, tapi setidaknya mata tetap aman.
"Kau hebat bisa bertahan di sana," gumam Qin Mingzhu melihat Chen Huang berjalan di barisan paling depan, melihat ke kanan-kiri tanpa ekspresi. "Kalau dipikir-pikir, kenapa hanya ada mayat Suku Gagak, ini bekas pertempuran atau bencana?"
Namun, benarkah Chen Huang melihat itu semua tanpa ekspresi?
Hanya luarnya saja, karena di dalam lubuk hati paling dalam, Chen Huang sedang menangis.
'Aku akan ingat ini.'
Dia mendatangi bangunan besar yang disebut Rumah Hantu. "Tak ada yang diperbolehkan masuk ke dalam kecuali anggota desa kami. Maaf," katanya kepada prajurit yang memimpin rombongan.
"Selesaikan dengan cepat!" kata prajurit itu ketus.
Chen Huang turun dari kuda, membuka pintu perlahan lalu menutupnya kembali.
Beruntung Qin Sheng sama sekali tak memedulikannya, sehingga dia hanya berkata ingin pergi ke Desa Gagak tanpa menjelaskan rinciannya. Memang ditolak, tapi Qin Mingzhu berhasil mengatasinya. Dia harus berterima kasih soal itu.
"Ada yang harus kulakukan, sesuatu yang harus kulakukan," katanya kepada Qin Mingzhu kemarin. "Tak peduli kalian para serigala mengijinkan atau tidak, aku akan tetap pergi."
Dan inilah hasilnya.
"Katanya dia belum mendapat pemilik. Hanya orang yang pantas yang boleh mendapatkannya," guman Chen Huang sambil terus berjalan ke dalam. Tiba di ujung ruang, dia menekan sebuah tombol rahasia berupa batu kasar di bawah meja kayu. Sebuah lubang tercipta di sampingnya, lubang kecil selebar satu tubuh orang dewasa. "Dan kupikir, akulah orang yang pantas."
Chen Huang memasuki lubang kecil tersebut.
...----------------...
Untuk hal-hal terkait cerita, bisa mampir ke instagram @arisena_p
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 108 Episodes
Comments
Tanata✨
tadinya aku mengira rumah hantu itu sebuah wahana setan setanan, tapi kayaknya ini beneran rumah yang isinya hantu real😅🤣
2024-11-04
1
Tanata✨
mengeluarkan
2024-11-04
0
Filanina
Chen Huang bakal mewarisi sesuatu kayaknya.
2024-08-05
1