Episode : 3 — Rumah Hantu

"Bawa dua puluh Pasukan Serigala, dan lebih banyak lagi serigala pemburu, aku yakin semua akan baik-baik saja."

Qin Sheng mendengar kekeras kepalaan anaknya dengan tatapan malas. "Kupikir kau makin kepala batu setelah kenal dengannya." Kata orang, gagak adalah burung pembawa kesialan, dan Qin Sheng sedikit banyak memercayai hal itu. "Tidak bisa, dia baru seminggu ada di sini."

"Lalu kenapa?" Qin Mingzhu tak mau kalah. "Bukankah ayah tak memedulikannya? Apa ruginya kalau dia mendapat sial di jalan?"

"Kita yang rugi. Kaupikir pasukan yang mengawalmu itu tak ambil tindakan ketika dia berada dalam masalah? Kalau pun iya, kau pasti bakal memaksanya, kan?"

Qin Mingzhu menggertakkan gigi. "Apa masalahnya dengan gagak? Chen Huang hanya kebetulan lahir di Suku Gagak."

"Pembawa sial. Aku pernah berpikir kita akan bernasib sama setelah membawa Gagak itu datang ke sini," jawab Qin Sheng tegas, "banyak buktinya, kalau ada rumah didatangi seekor gagak, maka akan ada yang mati di sana."

"Kita Serigala dan takut dengan yang semacam itu?" Qin Mingzhu tersenyum miring karena berhasil mengenai keangkuhan ayahnya. "Serigala tak kenal takut."

Pundak Qin Sheng bergetar, dia bisa saja memukul hancur mejanya saat ini, tapi tak ia lakukan.

Di sebelahnya, penasihat Ming Zhe hanya memandang sambil tersenyum tipis. Seolah perdebatan mereka tak lebih dari sekadar perbantahan anak-anak.

"Gagak pun punya keluarga," berkata Ming Zhe setelah Qin Sheng tak berkata apa pun selain geraman jengkel. "Aku mengikuti anda, bersumpah setia, bukan karena kekejaman anda."

"Lakukan, terserah apa maumu!" Qin Sheng membentak. "Tapi aku bersumpah tak akan turun tangan kalau kau mendapat kesulitan di luar sana. Biar kau diculik siluman!"

Senyum Qin Mingzhu terbit. "Terima kasih, Ayah."

"Simpan rasa terima kasihmu itu!" sergah ayahnya. "Sekarang pergi!"

...----------------...

Di dalam pondoknya, Chen Huang dikejutkan dengan suara Qin Mingzhu yang cukup nyaring. Lebih terkejut lagi ketika pintu pondoknya dibuka secara mendadak.

Chen Huang melihat raut senang di wajah Tuan Muda itu. Napasnya sedikit memburu, tapi tetap saja Qin Mingzhu kelihatan girang akan sesuatu.

"Apa?" Chen Huang bertanya, masih dengan sikapnya yang dingin menyebalkan bagi sebagian orang.

"Kau akan dikawal dua puluh Pasukan Serigala bersama lima puluh serigala pemburu. Aku sendiri juga akan ikut menemani."

Chen Huang bangkit dari tempatnya duduk. "Apa kau gila?" sergahnya, "ayahmu bisa menggorok leherku karena menggunakan prajuritnya untuk melindungi satu Gagak."

"Aku sendiri yang minta dan dia menyetujui dengan senang hati."

"Aku lebih percaya kalau dia menyetujui dengan berat hati. Jujurlah."

Akan tetapi, Qin Mingzhu tak menghiraukan. "Besok, kan? Baiklah, siapkan dirimu. Pagi-pagi buta aku akan mengetuk pintu ini. Sampai jumpa."

Chen Huang memandang kepergian bocah itu sampai punggungnya lenyap di balik pintu. Dia bertanya-tanya, kenapa Serigala Muda sepertinya mau berteman dengan Gagak? Selama ini, Chen Huang selalu berpikir bahwa Suku Naga dan Serigala adalah dua suku paling angkuh dan menjengkelkan. Namun juga kuat di samping semua sifat menyebalkan itu.

Akan tetapi, dia melihat sesuatu yang lain dalam diri Qin Mingzhu. Memang kadang bocah itu memgeluarkan sifat angkuhnya, tapi tak lebih hanya sekadar bercanda.

"Bagaimanapun, dia tetap Serigala. Bahkan para pelayan pun, melihatku dengan tatapan muak. Menjengkelkan!"

Chen Huang menutup pintu dengan suasana hati yang tak terlalu baik.

Esok harinya, Qin Mingzhu menepati janji. Bahkan sebelum cahaya matahari tampak, dia sudah mengetuk pintu pondok Chen Huang dengan terlalu keras.

"Tidakkah kaupikir ini masih terlalu gelap?" tanya Chen Huang yang baru saja selesai membasuh tubuh dengan air dingin. "Jangan bilang kau ...."

"Mereka sudah menunggu." Qin Mingzhu menunjuk seorang prajurit dari Pasukan Serigala dengan dagunya. Pemuda bertubuh tinggi yang memandangnya dingin. "Prajurit yang lain sudah menunggu di halaman depan."

'Sialan! Yang punya urusan ini aku atau kau?' Namun, mulutnya berkata. "Tunggu sebentar lagi." Chen Huang menutup pintu lalu segera bersiap. Pakaian hitam yang diberi oleh ayah Qin Mingzhu secara terpaksa, serta jubah hitam berkerah bulu yang dulu milik tawanan Suku Gagak. Karena beberapa tahun lalu kedua suku sudah berdamai, maka semua tawanan Gagak sudah dilepas.

Namun tetap saja, kedua suku sukar untuk benar-benar damai.

Ketika mereka melewati prajurit Serigala yang mengantar Qin Mingzhu, Chen Huang dapat mendengar dengus muak darinya.

Chen Huang diberi kuda poni yang sesuai dengan ukuran tubuhnya. Kuda itu sedikit lebih kecil dibanding milik Qin Mingzhu. Mereka melakukan perjalanan menuju utara, ke tempat Suku Gagak berada.

"Kau pernah bilang, kau seorang pemulung. Apa maksudnya itu?" tanya Qin Mingzhu di tengah-tengah perjalanan.

Chen Huang tak langsung menjawab. Bukan tanpa alasan, tapi dia hanya mempersiapkan hati untuk diejek habis-habisan. "Aku bersama temanku dulu, kadang pergi ke luar desa untuk mengambil harta-harta di antara para mayat."

Qin Mingzhu tampak terkejut. "Mayat siapa?"

"Banyak orang. Desersi, pengelana yang dimakan singa, atau orang-orang malang lain." Chen Huang melirik ke belakang, beberapa prajurit menahan kekehannya. "Aku dan kawanku, sebagai Gagak memunguti harta-harta mereka."

Suara kekehan para prajurit makin keras.

"Pemulung, katanya."

Chen Huang mencoba mengacuhkan itu.

Akan tetapi, tanggapan Qin Sheng jauh berbeda. Bukannya mengejek atau tersenyum meremehkan, tapi dia malah tersenyum lebar, tampak tertarik. "Hebat kau, tak takut melihat mayat. Apa kali ini kau akan melakukan hal yang sama?"

Chen Huang menggeleng.

"Lalu?"

"Rumah Hantu," jawabnya, "Itulah tujuanku."

"Hantu?" Qin Mingzhu mengulang. "Kaubilang hantu?"

...----------------...

Rumah Hantu adalah tempat para penatua berkumpul untuk membicarakan segala hal sakral di Desa Gagak. Tempat itu jarang digunakan kecuali untuk ritual, pernikahan, atau membahas tentang keresahan yang dirasakan akhir-akhir ini. Sebelum pembantaian tentu saja.

Bangunan itu dibuat dari kayu bercat hitam pekat, hanya memiliki satu lantai. Di sebelah bangunan itu berdiri menara kayu yang sampai sekarang Chen Huang masih meragukan kegunaannya. Itu hanya seperti tiang kayu tegak yang tak bertugas apa-apa.

Di sana-sini, hanya menyisakan tulang dan daging terkoyak. Lebih banyak tulang sisa makanan burung gagak atau hewan-hewan liar. Qin Mingzhu sudah muntah dua kali. Terpaksa bocah itu dikelilingi Pasukan Serigala dalam formasi rapat. Memang hidung masih dapat mencium, tapi setidaknya mata tetap aman.

"Kau hebat bisa bertahan di sana," gumam Qin Mingzhu melihat Chen Huang berjalan di barisan paling depan, melihat ke kanan-kiri tanpa ekspresi. "Kalau dipikir-pikir, kenapa hanya ada mayat Suku Gagak, ini bekas pertempuran atau bencana?"

Namun, benarkah Chen Huang melihat itu semua tanpa ekspresi?

Hanya luarnya saja, karena di dalam lubuk hati paling dalam, Chen Huang sedang menangis.

'Aku akan ingat ini.'

Dia mendatangi bangunan besar yang disebut Rumah Hantu. "Tak ada yang diperbolehkan masuk ke dalam kecuali anggota desa kami. Maaf," katanya kepada prajurit yang memimpin rombongan.

"Selesaikan dengan cepat!" kata prajurit itu ketus.

Chen Huang turun dari kuda, membuka pintu perlahan lalu menutupnya kembali.

Beruntung Qin Sheng sama sekali tak memedulikannya, sehingga dia hanya berkata ingin pergi ke Desa Gagak tanpa menjelaskan rinciannya. Memang ditolak, tapi Qin Mingzhu berhasil mengatasinya. Dia harus berterima kasih soal itu.

"Ada yang harus kulakukan, sesuatu yang harus kulakukan," katanya kepada Qin Mingzhu kemarin. "Tak peduli kalian para serigala mengijinkan atau tidak, aku akan tetap pergi."

Dan inilah hasilnya.

"Katanya dia belum mendapat pemilik. Hanya orang yang pantas yang boleh mendapatkannya," guman Chen Huang sambil terus berjalan ke dalam. Tiba di ujung ruang, dia menekan sebuah tombol rahasia berupa batu kasar di bawah meja kayu. Sebuah lubang tercipta di sampingnya, lubang kecil selebar satu tubuh orang dewasa. "Dan kupikir, akulah orang yang pantas."

Chen Huang memasuki lubang kecil tersebut.

...----------------...

Untuk hal-hal terkait cerita, bisa mampir ke instagram @arisena_p

Terpopuler

Comments

Tanata✨

Tanata✨

tadinya aku mengira rumah hantu itu sebuah wahana setan setanan, tapi kayaknya ini beneran rumah yang isinya hantu real😅🤣

2024-11-04

1

Tanata✨

Tanata✨

mengeluarkan

2024-11-04

0

Filanina

Filanina

Chen Huang bakal mewarisi sesuatu kayaknya.

2024-08-05

1

lihat semua
Episodes
1 Episode : 1 — Gagak Terakhir
2 Episode : 2 — Serigala
3 Episode : 3 — Rumah Hantu
4 Episode : 4 — Jimat Hitam
5 Episode : 5 — Qin Yuying
6 Episode : 6 — Kegesitan Serigala
7 Episode : 7 — Menara Putih
8 Episode : 8 — Kekhawatiran
9 Episode : 9 — Cerita
10 Episode : 10 — Kabar Buruk
11 Episode : 11 — Bentangkan Sayapmu
12 Episode : 12 — Kosong
13 Episode : 13 — Kultivator
14 Episode : 14 — Bai Li
15 Episode : 15 — Ajari Aku
16 Episode : 16 — Tingkat Bumi
17 Episode : 17 — Gila
18 Episode : 18 — Latihan Bertempur
19 Episode : 19 — Kau Membuatku Hancur
20 Episode : 20 — Maaf
21 Episode : 21 — Ini Sumpahku!
22 Episode : 22 — Penguatan Tubuh
23 Episode : 23 — Bergerak ke Selatan
24 Episode : 24 — Tamu Tak Diundang
25 Episode : 25 — Matahari Ganda
26 Episode : 26 — Perbedaan Kekuatan
27 Episode : 27 — Sebuah Rahasia
28 Episode : 28 — Wilayah Tengah
29 Episode : 29 — Bulan Menangis
30 Episode : 30 — Pelukan Halimun Pagi
31 Episode : 31 — Kalau Aku Mati
32 Episode : 32 — Rencana
33 Episode : 33 — Sandiwara
34 Episode : 34 — Kekuatan Simbol Magis
35 Episode : 35 — Melanjutkan Perjalanan
36 Episode : 36 — Bendera Hitam
37 Episode : 37 — Kegelapan Milik Kita
38 Episode : 38 — Pesta
39 Episode : 39 — Serikat Dagang
40 Episode : 40 — Sejarah
41 Episode : 41 — Peningkatan Tulang
42 Episode : 42 — Simbol Magis
43 Episode : 43 — Sumpah
44 Episode : 44 — Rencana Rumit
45 Episode : 45 — Dugaan Chen Huang
46 Episode : 46 — Aku Menyerah
47 Episode : 47 — Pertandingan Kedua
48 Episode : 48 — Aku Berhasil
49 Episode : 49 — Malam Perayaan
50 Episode : 50 — Raja Malam
51 Episode : 51 — Sekte Musim Gugur
52 Episode : 52 — Hao Chen
53 Episode : 53 — Cara Belajar Sekte Musim Gugur
54 Episode : 54 — Informasi
55 Episode : 55 — Serangan
56 Episode : 56 — Kenyataan
57 Episode : 57 — Chen Huang
58 Episode : 58 — Berubah
59 Episode : 59 — Orang Jahatnya
60 Episode : 60 — Pulang
61 Episode : 61 — Akrab Sekali
62 Episode : 62 — Makam Kultivator Pertama
63 Episode : 63 — Kabut Ilusi
64 Episode : 64 — Tidur Nyenyak?
65 Episode : 65 — Song Kiu
66 Episode : 66 — Pemukiman
67 Episode : 67 — Raksasa
68 Episode : 68 — Ancaman Kedua
69 Episode : 69 — Rombongan Jubah Biru Muda
70 Episode : 70 — Gua
71 Episode : 71 — Penglihatan
72 Episode : 72 — Dapat Dua?
73 Episode : 73 — Harimau Hitam
74 Episode : 74 — Naga
75 Episode : 75 — Keluarga Xian
76 Episode : 76 — Menggerutu
77 Episode : 77 — Kepulangan Mereka
78 Episode : 78 — Diskusi
79 Episode : 79 — Pesan
80 Episode : 80 — Wu Chen
81 Episode : 81 — Tentang Naga
82 Episode : 82 — Rasa Takut
83 Episode : 83 — Dibantai
84 Episode : 84 — Surat
85 Episode : 85 — Keputusan
86 Episode : 86 — Keberangkatan
87 Episode : 87 — Desa Daun Wangi
88 Episode : 88 — Tumpah, Ujung, Harga Murah
89 Episode : 89 — Malam Hari
90 Episode : 90 — Lari
91 Episode : 91 — Kerja Sama
92 Episode : 92 — Salah Paham
93 Episode : 93 — Sekte Cabang
94 Episode : 94 — Membuktikan
95 Episode : 95 — Menyerahkan Diri
96 Episode : 96 — Berjalan Mulus
97 Episode : 97 — Opera Merah
98 Episode : 98 — Rencana Penyusupan
99 Episode : 99 — Siasat
100 Episode : 100 — Penyusup
101 Episode : 101 — Mengacau
102 Episode : 102 — Cang An
103 Episode : 103 — Tolong Jangan Pergi Lagi
104 Episode : 104 — Bersaing
105 Episode : 105 — Cinta Mereka
106 Episode : 106 — Langkah Selanjutnya
107 Episode : 107 — Janji
108 Episode : 108 — Persiapan
Episodes

Updated 108 Episodes

1
Episode : 1 — Gagak Terakhir
2
Episode : 2 — Serigala
3
Episode : 3 — Rumah Hantu
4
Episode : 4 — Jimat Hitam
5
Episode : 5 — Qin Yuying
6
Episode : 6 — Kegesitan Serigala
7
Episode : 7 — Menara Putih
8
Episode : 8 — Kekhawatiran
9
Episode : 9 — Cerita
10
Episode : 10 — Kabar Buruk
11
Episode : 11 — Bentangkan Sayapmu
12
Episode : 12 — Kosong
13
Episode : 13 — Kultivator
14
Episode : 14 — Bai Li
15
Episode : 15 — Ajari Aku
16
Episode : 16 — Tingkat Bumi
17
Episode : 17 — Gila
18
Episode : 18 — Latihan Bertempur
19
Episode : 19 — Kau Membuatku Hancur
20
Episode : 20 — Maaf
21
Episode : 21 — Ini Sumpahku!
22
Episode : 22 — Penguatan Tubuh
23
Episode : 23 — Bergerak ke Selatan
24
Episode : 24 — Tamu Tak Diundang
25
Episode : 25 — Matahari Ganda
26
Episode : 26 — Perbedaan Kekuatan
27
Episode : 27 — Sebuah Rahasia
28
Episode : 28 — Wilayah Tengah
29
Episode : 29 — Bulan Menangis
30
Episode : 30 — Pelukan Halimun Pagi
31
Episode : 31 — Kalau Aku Mati
32
Episode : 32 — Rencana
33
Episode : 33 — Sandiwara
34
Episode : 34 — Kekuatan Simbol Magis
35
Episode : 35 — Melanjutkan Perjalanan
36
Episode : 36 — Bendera Hitam
37
Episode : 37 — Kegelapan Milik Kita
38
Episode : 38 — Pesta
39
Episode : 39 — Serikat Dagang
40
Episode : 40 — Sejarah
41
Episode : 41 — Peningkatan Tulang
42
Episode : 42 — Simbol Magis
43
Episode : 43 — Sumpah
44
Episode : 44 — Rencana Rumit
45
Episode : 45 — Dugaan Chen Huang
46
Episode : 46 — Aku Menyerah
47
Episode : 47 — Pertandingan Kedua
48
Episode : 48 — Aku Berhasil
49
Episode : 49 — Malam Perayaan
50
Episode : 50 — Raja Malam
51
Episode : 51 — Sekte Musim Gugur
52
Episode : 52 — Hao Chen
53
Episode : 53 — Cara Belajar Sekte Musim Gugur
54
Episode : 54 — Informasi
55
Episode : 55 — Serangan
56
Episode : 56 — Kenyataan
57
Episode : 57 — Chen Huang
58
Episode : 58 — Berubah
59
Episode : 59 — Orang Jahatnya
60
Episode : 60 — Pulang
61
Episode : 61 — Akrab Sekali
62
Episode : 62 — Makam Kultivator Pertama
63
Episode : 63 — Kabut Ilusi
64
Episode : 64 — Tidur Nyenyak?
65
Episode : 65 — Song Kiu
66
Episode : 66 — Pemukiman
67
Episode : 67 — Raksasa
68
Episode : 68 — Ancaman Kedua
69
Episode : 69 — Rombongan Jubah Biru Muda
70
Episode : 70 — Gua
71
Episode : 71 — Penglihatan
72
Episode : 72 — Dapat Dua?
73
Episode : 73 — Harimau Hitam
74
Episode : 74 — Naga
75
Episode : 75 — Keluarga Xian
76
Episode : 76 — Menggerutu
77
Episode : 77 — Kepulangan Mereka
78
Episode : 78 — Diskusi
79
Episode : 79 — Pesan
80
Episode : 80 — Wu Chen
81
Episode : 81 — Tentang Naga
82
Episode : 82 — Rasa Takut
83
Episode : 83 — Dibantai
84
Episode : 84 — Surat
85
Episode : 85 — Keputusan
86
Episode : 86 — Keberangkatan
87
Episode : 87 — Desa Daun Wangi
88
Episode : 88 — Tumpah, Ujung, Harga Murah
89
Episode : 89 — Malam Hari
90
Episode : 90 — Lari
91
Episode : 91 — Kerja Sama
92
Episode : 92 — Salah Paham
93
Episode : 93 — Sekte Cabang
94
Episode : 94 — Membuktikan
95
Episode : 95 — Menyerahkan Diri
96
Episode : 96 — Berjalan Mulus
97
Episode : 97 — Opera Merah
98
Episode : 98 — Rencana Penyusupan
99
Episode : 99 — Siasat
100
Episode : 100 — Penyusup
101
Episode : 101 — Mengacau
102
Episode : 102 — Cang An
103
Episode : 103 — Tolong Jangan Pergi Lagi
104
Episode : 104 — Bersaing
105
Episode : 105 — Cinta Mereka
106
Episode : 106 — Langkah Selanjutnya
107
Episode : 107 — Janji
108
Episode : 108 — Persiapan

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!