Episode : 2 — Serigala

“Aku melakukan ini berkat saranmu,” Qin Sheng berkata, “Semoga aku tak menyesalinya.”

Di sebelahnya, berjalan sosok tua yang tampak renta, punggungnya bongkok dan tangannya gemetaran. Dia berjalan dibantu tongkatnya, menyusuri jalan setapak yang mendaki ke arah bukit kecil, tempat tuannya menuju setiap kali ada suatu masalah. Orang tua itu bernama Ming Zhe.

Dengan suaranya yang bijak, orang itu menjawab. “Seharusnya tidak.”

“Seharusnya?” Qin Sheng mengulang dengan pandangan bingung.

Ming Zhe tersenyum. Hanya tersenyum, tak mengatakan apa pun.

“Ini sudah tiga hari kalau tidak salah, berarti pagi ini hari keempat.” Qin Sheng kembali berkata. Mereka sudah sampai di atas bukit kecil yang ditumbuhi banyak pepohonan, udara di sini sejuk sampai membuat Ming Zhe menggigil karena tubuh rentanya. “Nampaknya dia cukup akrab dengan Minzhu.”

Ming Zhe mengangguk. “Anak itu butuh teman bermain. Karena itulah saya menyarankan anda untuk mengadopsinya.”

Qin Sheng mengepalkan tangan, dia tampak tak senang. “Gagak tetaplah gagak, pembawa sial.”

Ming Zhe memandangi tuannya sambil tersenyum tipis. Sikapnya bukan seperti penasihat kepada tuannya, melainkan seperti ayah kepada anaknya yang nakal. Dia berkata bijak. “Tapi dia manusia.”

Qin Sheng tak menjawab.

...----------------...

Umur anak itu sekitar empat belas tahun, dia memiliki rambut hitam pekat pendek yang belum mampu dikuncir. Matanya pun hitam, sehitam dan segelap langit malam. Wajahnya amat tampan, sekilas pandang malah mirip perempuan. Namun, bibir dan tarikan dagunya membayangkan ketegasan dan sedikit keangkuhan.

Dia membawa makanan yang masih mengepul pada mangkuk. Didatanginya pondok kayu sederhana yang berada di sebelah taman lalu mengetuk pintunya. “Chen Huang, sarapan.”

Pintu dibuka dengan mendadak dan menampakkan sosok bocah seumuran dengan muka kusut. Rambutnya yang panjang dikuncir dengan tali kasar, dagunya membayangkan kekerasan. Yang paling mencolok adalah mata dan alisnya, sekilas pandang itu hampir mirip tatapan burung elang. “Kau hanya membawa masalah kepadaku.”

“Hah?” Qin Minzhu menelengkan kepalanya, heran. “Aku bawa sarapan.”

“Kau itu Tuan Mudanya di sini, dan hampir semua orang di kediamanmu menganggap aku budakmu,” kata Chen Huang ketus sambil merebut nampan berisi makanannya. “Bahkan para pekerja di dapur pun, memandangku dengan jijik.”

Sejenak, Qin Minzhu tercengang. Sedetik kemudian, senyumnya terbit. “Yah ... itu pekerja dapur, bukan aku.”

Chen Huang memandangnya dengan curiga. Memang dia sudah tiga hari berada di sini, desa tempat Suku Serigala berada. Namun, watak serigala mereka yang angkuh benar-benar membuatnya jengkel. Pernah pada suatu malam, dia berpikir lebih biak dimakan macan tutul daripada harus diasuh di antara kawanan serigala.

“Aku masih heran, kenapa kalian mau menyelamatkan Gagak?” tanya Chen Huang yang belum beranjak dari tempatnya. “Terakhir kali, seingatku kita malah berperang.”

Itu benar. Sepanjang pengetahuan Chen Huang, hal-hal tentang Suku Serigala hanya terkait perselisihan dan permusuhan. Walau itu baru terjadi hampir dua puluh tahun lalu. Namun kini, Suku Serigala menyelamatkan seorang Suku Gagak yang terlunta-lunta di hutan liar. Itu benar-benar sesuatu.

“Aku yang minta dan penasihat ayah menyetujui,” jawab Qin Mingzhu tanpa beban, “Waktu itu serigala kami mencium keberadaan seseorang.”

“Kuingat mereka ingin menerkamku.”

“Aku berhasil menghentikan mereka dan membawamu pulang. Kau tahu mereka hendak menerkammu? Kupikir waktu itu kau sudah pingsan.”

“Memang benar, tepat setelah rombongan serigalamu datang.”

“Maaf soal itu.” Qin Mingzhu tertawa hambar. “Makanlah cepat, setelah itu kita pergi main.”

Chen Huang membawa makannya ke dalam, menghabiskannya tanpa banyak suara. Setelah selesai dan keluar dari pondoknya, dia melihat Tuan Muda itu masih di sana, duduk di batu sebelah pondok.

“Nah, ayo!”

Qin Mingzhu mengambil nampan di tangan Chen Huang lalu melemparkannya kepada seorang pelayan yang kebetulan lewat.

“Tuan Muda, anda mau pergi ke mana?” teriak pelayan itu.

“Kebun apel!” Qin Mingzhu tak menghiraukan pelayan itu karena dia sudah menarik tangan Chen Huang berlarian di lorong rumahnya yang besar. Tiba di halaman, dia bertemu ayah dan penasihatnya, tapi dia hanya lewat di sebelah dua orang tua itu.

“Nah, apa yang saya bilang. Saya belum pernah melihat Tuan Muda seceria itu,” ujar Ming Zhe.

Qin Sheng hanya memandang itu, tanpa ekspresi.

Setibanya di hutan apel yang dikatakan Qin Mingzhu, dia membawa Chen Huang ke bawah salah satu pohon apel. Di sana terdapat batu besar yang bisa digunakan sebagai alas duduk, tempat itulah mereka menuju.

“Kudengar, para Gagak ahli dalam sihir gelap, benarkah?” Qin Mingzhu langsung mengutarakan rasa penasarannya. “Coba tunjukkan padaku.”

Chen Huang menghela napasnya lelah. “Hari pertama aku di sini, kau meminta tiga kali. Hari berikutnya dua kali. Berikutnya lagi lima kali. Sekarang mau berapa kali lagi? Sudah kubilang, aku belum mampu menguasai sihir gelap apa pun.”

“Kau bohong!”

“Buktikan kalau aku bohong.”

Tiba-tiba, Qin Mingzhu menarik lengan kiri Chen Huang sampai ke atas. “Nah, simbol ini tandanya.”

Di lengan atas Chen Huang, terdapat simbol segi empat yang di dalamnya ada lingkaran hitam. Lingkaran itu diisi dengan warna hitam pekat.

Chen Huang menutupkan kembali lengannya. “Anak-anak di atas umur dua belas sudah diberikan tanda itu.”

“Apa maksudnya? Bukankah itu simbol bagi para Gagak yang sudah bisa mengeluarkan sihir?”

Chen Huang menggeleng. “Itu hanya melambangkan kalau dia sudah dewasa. Bukankah aku sudah jelaskan padamu berkali-kali?”

Qin Mingzhu tampak belum puas. “Kau menyembunyikan sesuatu.”

“Terserah.”

Qin Mingzhu yang tidak puas, pergi meninggalkan Chen Huang di sana seorang diri. Dia memilih untuk memanjat salah satu pohon apel dan memakan buah-buah itu di atas pohonnya langsung.

Ditinggal sendirian, Chen Huang teringat akan kejadian beberapa hari lalu, ketika dia belum ditemukan oleh Suku Serigala.

Teringat itu, tangannya terkepal dan giginya bergemelutuk. Urat-urat nadi di dahi tanpa dapat dicegah menegang dan sampai dapat dilihat dari luar. Kemarahnnya bangkit mendadak.

'Iblis-iblis itu ... suatu hari nanti aku harus membunuhnya!'

...----------------...

Di ruangannya, Qin Sheng sedang bicara dengan Ming Zhe mengenai sebuah dongeng yang beberapa tahun ini menghantui tujuh suku di Wilayah Pedalaman.

“Benarkah orang-orang yang disebut kultivator itu ada?” Qin Sheng memandang ke luar, mengamati jauh ke arah selatan. “Ada yang bilang, puncak kekuatan mereka dapat hidup abadi?”

Ming Zhe terkekeh. “Itu berlebihan,” katanya, “saya pernah menemukan buku tentang mereka yang sekarang entah kusimpan di mana. Paling lama mereka hanya dapat hidup selama tiga ratus tahun, kalau beruntung mungkin tiga ratus lima puluh atau empat ratus.”

“Dan katanya mereka bisa jadi dewa?”

“Di mana harga diri dewa-dewa kita kalau posisi mereka dapat direbut oleh manusia? Itu konyol.”

“Aku lebih percaya omonganmu, itu lebih masuk akal.” Qin Sheng mendudukkan dirinya di sebuah kursi rotan yang sudah cukup lama berada di ruangan itu. “Wilayah Tengah sangat luas.”

“Di sana ada pemimpinnya, mereka menyebutnya kaisar.”

“Itu tak lebih hanya pemimpin suatu wilayah, kan?”

Ming Zhe mengangguk. “Tapi wilayah yang amat besar.”

Qin Sheng merenung, kembali melihat ke arah selatan. “Andai saja para kultivator itu menyerbu ke sini, kira-kira apakah kita mampu bertahan?”

Kali ini, bahkan Ming Zhe pun merasakan keraguan. “Saya tak berani menjawab.”

“Kenapa para kultivator itu, dapat mengeluarkan pukulan-pukulan hebat seperti kita? Bukankah mereka hanya manusia biasa tanpa Simbol Magis?”

“Qi, mereka mengumpulkan Qi, itu yang pernah saya baca.”

“Qi?” Qin Sheng memandang Ming Zhe dengan penasaran. “Maksudmu, aliran yang mengalir di setiap makhkuk hidup?”

Ming Zhe mengangguk.

“Mereka mengumpulkannya dan menggunakannya dalam pertarungan? Tak masuk akal.”

“Tapi kalau mereka benar-benar ada, begitulah kenyataannya,” jawab Ming Zhe tenang. Dia mengusap-ngusap hidung sebelum melanjutkan. “Tapi, itu tak begitu penting sekarang. Yang mengkhawatirkan adalah, kehancuran Suku Gagak. Saya sudah mengonfirmasi bahwa tak ada satu pun suku di Wilayah Pedalaman yang menyerbu Suku Gagak.”

“Bagaimana kau bisa tahu?” Qin Sheng tampak benar-benar terkejut.

Ming Zhe menjawab. “Saya mengirim selusin pasukan Suku Serigala pengawal saya. Tak ada satu pun dari mereka menemukan tanda-tanda pertempuran. Kalau itu memang bisa disebut pertempuran, kenapa hanya ada mayat Suku Gagak?”

“Kau serius? Tak ada tanda-tanda pedang bercabang dari Suku Naga?”

Ming Zhe menggeleng. “Gagak memang sering berselisih dengan Naga. Tapi mereka sudah berdamai beberapa bulan ini. Bagaimanapun, Suku Gagak amat kecil, hanya berjumlah ratusan orang, mereka sudah mengambil tindakan bijak dengan perdamaian itu.”

“Suku Gagak selalu dikucilkan,” gumam Qin Sheng. Kemudian lelaki itu menghampiri rak buku yang ada di sana, mengambil salah satu gulungan. “Tapi, ketika Wilayah Pedalaman masih dipimpin satu raja pada Zaman Permulaan, ada salah satu orang bijak berkata ....” Qin Sheng lalu membaca satu baris tulisan di gulungan tersebut. “Sayap-sayap gagak membentang melindungi umat manusia. Apa maksudnya?”

“Hanya ada satu penjelasan yang masuk akal,” jawab Ming Zhe dengan pandangan serius.

“Jelaskan.”

“Apa musuh Wilayah Pedalaman pada Zaman Permulaan?”

Wajah Qin Sheng pucat seketika. “Tanduk Darah?”

“Kita semua sudah tahu.”

...----------------...

Untuk hal-hal terkait cerita, bisa mampir ke instagram @arisena_p

Terpopuler

Comments

Tanata✨

Tanata✨

Beberapa istilah masih aku kurang paham, cuma untuk pembawaan cerita masih cukup aman sejauh ini, aku cukup menikmatinya, hanya saja konfliknya belum terlalu kerasa.

Mungkin setelah baca beberapa bab berikut nya aku bisa menemukan hal yang lebih menarik.

2024-11-04

2

SLTN

SLTN

/Smile/keren

2024-09-06

2

lihat semua
Episodes
1 Episode : 1 — Gagak Terakhir
2 Episode : 2 — Serigala
3 Episode : 3 — Rumah Hantu
4 Episode : 4 — Jimat Hitam
5 Episode : 5 — Qin Yuying
6 Episode : 6 — Kegesitan Serigala
7 Episode : 7 — Menara Putih
8 Episode : 8 — Kekhawatiran
9 Episode : 9 — Cerita
10 Episode : 10 — Kabar Buruk
11 Episode : 11 — Bentangkan Sayapmu
12 Episode : 12 — Kosong
13 Episode : 13 — Kultivator
14 Episode : 14 — Bai Li
15 Episode : 15 — Ajari Aku
16 Episode : 16 — Tingkat Bumi
17 Episode : 17 — Gila
18 Episode : 18 — Latihan Bertempur
19 Episode : 19 — Kau Membuatku Hancur
20 Episode : 20 — Maaf
21 Episode : 21 — Ini Sumpahku!
22 Episode : 22 — Penguatan Tubuh
23 Episode : 23 — Bergerak ke Selatan
24 Episode : 24 — Tamu Tak Diundang
25 Episode : 25 — Matahari Ganda
26 Episode : 26 — Perbedaan Kekuatan
27 Episode : 27 — Sebuah Rahasia
28 Episode : 28 — Wilayah Tengah
29 Episode : 29 — Bulan Menangis
30 Episode : 30 — Pelukan Halimun Pagi
31 Episode : 31 — Kalau Aku Mati
32 Episode : 32 — Rencana
33 Episode : 33 — Sandiwara
34 Episode : 34 — Kekuatan Simbol Magis
35 Episode : 35 — Melanjutkan Perjalanan
36 Episode : 36 — Bendera Hitam
37 Episode : 37 — Kegelapan Milik Kita
38 Episode : 38 — Pesta
39 Episode : 39 — Serikat Dagang
40 Episode : 40 — Sejarah
41 Episode : 41 — Peningkatan Tulang
42 Episode : 42 — Simbol Magis
43 Episode : 43 — Sumpah
44 Episode : 44 — Rencana Rumit
45 Episode : 45 — Dugaan Chen Huang
46 Episode : 46 — Aku Menyerah
47 Episode : 47 — Pertandingan Kedua
48 Episode : 48 — Aku Berhasil
49 Episode : 49 — Malam Perayaan
50 Episode : 50 — Raja Malam
51 Episode : 51 — Sekte Musim Gugur
52 Episode : 52 — Hao Chen
53 Episode : 53 — Cara Belajar Sekte Musim Gugur
54 Episode : 54 — Informasi
55 Episode : 55 — Serangan
56 Episode : 56 — Kenyataan
57 Episode : 57 — Chen Huang
58 Episode : 58 — Berubah
59 Episode : 59 — Orang Jahatnya
60 Episode : 60 — Pulang
61 Episode : 61 — Akrab Sekali
62 Episode : 62 — Makam Kultivator Pertama
63 Episode : 63 — Kabut Ilusi
64 Episode : 64 — Tidur Nyenyak?
65 Episode : 65 — Song Kiu
66 Episode : 66 — Pemukiman
67 Episode : 67 — Raksasa
68 Episode : 68 — Ancaman Kedua
69 Episode : 69 — Rombongan Jubah Biru Muda
70 Episode : 70 — Gua
71 Episode : 71 — Penglihatan
72 Episode : 72 — Dapat Dua?
73 Episode : 73 — Harimau Hitam
74 Episode : 74 — Naga
75 Episode : 75 — Keluarga Xian
76 Episode : 76 — Menggerutu
77 Episode : 77 — Kepulangan Mereka
78 Episode : 78 — Diskusi
79 Episode : 79 — Pesan
80 Episode : 80 — Wu Chen
81 Episode : 81 — Tentang Naga
82 Episode : 82 — Rasa Takut
83 Episode : 83 — Dibantai
84 Episode : 84 — Surat
85 Episode : 85 — Keputusan
86 Episode : 86 — Keberangkatan
87 Episode : 87 — Desa Daun Wangi
88 Episode : 88 — Tumpah, Ujung, Harga Murah
89 Episode : 89 — Malam Hari
90 Episode : 90 — Lari
91 Episode : 91 — Kerja Sama
92 Episode : 92 — Salah Paham
93 Episode : 93 — Sekte Cabang
94 Episode : 94 — Membuktikan
95 Episode : 95 — Menyerahkan Diri
96 Episode : 96 — Berjalan Mulus
97 Episode : 97 — Opera Merah
98 Episode : 98 — Rencana Penyusupan
99 Episode : 99 — Siasat
100 Episode : 100 — Penyusup
101 Episode : 101 — Mengacau
102 Episode : 102 — Cang An
103 Episode : 103 — Tolong Jangan Pergi Lagi
104 Episode : 104 — Bersaing
105 Episode : 105 — Cinta Mereka
106 Episode : 106 — Langkah Selanjutnya
107 Episode : 107 — Janji
108 Episode : 108 — Persiapan
Episodes

Updated 108 Episodes

1
Episode : 1 — Gagak Terakhir
2
Episode : 2 — Serigala
3
Episode : 3 — Rumah Hantu
4
Episode : 4 — Jimat Hitam
5
Episode : 5 — Qin Yuying
6
Episode : 6 — Kegesitan Serigala
7
Episode : 7 — Menara Putih
8
Episode : 8 — Kekhawatiran
9
Episode : 9 — Cerita
10
Episode : 10 — Kabar Buruk
11
Episode : 11 — Bentangkan Sayapmu
12
Episode : 12 — Kosong
13
Episode : 13 — Kultivator
14
Episode : 14 — Bai Li
15
Episode : 15 — Ajari Aku
16
Episode : 16 — Tingkat Bumi
17
Episode : 17 — Gila
18
Episode : 18 — Latihan Bertempur
19
Episode : 19 — Kau Membuatku Hancur
20
Episode : 20 — Maaf
21
Episode : 21 — Ini Sumpahku!
22
Episode : 22 — Penguatan Tubuh
23
Episode : 23 — Bergerak ke Selatan
24
Episode : 24 — Tamu Tak Diundang
25
Episode : 25 — Matahari Ganda
26
Episode : 26 — Perbedaan Kekuatan
27
Episode : 27 — Sebuah Rahasia
28
Episode : 28 — Wilayah Tengah
29
Episode : 29 — Bulan Menangis
30
Episode : 30 — Pelukan Halimun Pagi
31
Episode : 31 — Kalau Aku Mati
32
Episode : 32 — Rencana
33
Episode : 33 — Sandiwara
34
Episode : 34 — Kekuatan Simbol Magis
35
Episode : 35 — Melanjutkan Perjalanan
36
Episode : 36 — Bendera Hitam
37
Episode : 37 — Kegelapan Milik Kita
38
Episode : 38 — Pesta
39
Episode : 39 — Serikat Dagang
40
Episode : 40 — Sejarah
41
Episode : 41 — Peningkatan Tulang
42
Episode : 42 — Simbol Magis
43
Episode : 43 — Sumpah
44
Episode : 44 — Rencana Rumit
45
Episode : 45 — Dugaan Chen Huang
46
Episode : 46 — Aku Menyerah
47
Episode : 47 — Pertandingan Kedua
48
Episode : 48 — Aku Berhasil
49
Episode : 49 — Malam Perayaan
50
Episode : 50 — Raja Malam
51
Episode : 51 — Sekte Musim Gugur
52
Episode : 52 — Hao Chen
53
Episode : 53 — Cara Belajar Sekte Musim Gugur
54
Episode : 54 — Informasi
55
Episode : 55 — Serangan
56
Episode : 56 — Kenyataan
57
Episode : 57 — Chen Huang
58
Episode : 58 — Berubah
59
Episode : 59 — Orang Jahatnya
60
Episode : 60 — Pulang
61
Episode : 61 — Akrab Sekali
62
Episode : 62 — Makam Kultivator Pertama
63
Episode : 63 — Kabut Ilusi
64
Episode : 64 — Tidur Nyenyak?
65
Episode : 65 — Song Kiu
66
Episode : 66 — Pemukiman
67
Episode : 67 — Raksasa
68
Episode : 68 — Ancaman Kedua
69
Episode : 69 — Rombongan Jubah Biru Muda
70
Episode : 70 — Gua
71
Episode : 71 — Penglihatan
72
Episode : 72 — Dapat Dua?
73
Episode : 73 — Harimau Hitam
74
Episode : 74 — Naga
75
Episode : 75 — Keluarga Xian
76
Episode : 76 — Menggerutu
77
Episode : 77 — Kepulangan Mereka
78
Episode : 78 — Diskusi
79
Episode : 79 — Pesan
80
Episode : 80 — Wu Chen
81
Episode : 81 — Tentang Naga
82
Episode : 82 — Rasa Takut
83
Episode : 83 — Dibantai
84
Episode : 84 — Surat
85
Episode : 85 — Keputusan
86
Episode : 86 — Keberangkatan
87
Episode : 87 — Desa Daun Wangi
88
Episode : 88 — Tumpah, Ujung, Harga Murah
89
Episode : 89 — Malam Hari
90
Episode : 90 — Lari
91
Episode : 91 — Kerja Sama
92
Episode : 92 — Salah Paham
93
Episode : 93 — Sekte Cabang
94
Episode : 94 — Membuktikan
95
Episode : 95 — Menyerahkan Diri
96
Episode : 96 — Berjalan Mulus
97
Episode : 97 — Opera Merah
98
Episode : 98 — Rencana Penyusupan
99
Episode : 99 — Siasat
100
Episode : 100 — Penyusup
101
Episode : 101 — Mengacau
102
Episode : 102 — Cang An
103
Episode : 103 — Tolong Jangan Pergi Lagi
104
Episode : 104 — Bersaing
105
Episode : 105 — Cinta Mereka
106
Episode : 106 — Langkah Selanjutnya
107
Episode : 107 — Janji
108
Episode : 108 — Persiapan

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!