Malam sudah begitu larut saat Galuh di antar pulang oleh Jovan. Karena setelah pulang dari restoran, Jovan mengajak Galuh ke apartemennya. Memang benar, Galuh adalah orang yang bisa membangun mood untuk Jovan.
Canda receh Galuh sungguh menghibur untuk Jovan yang tengah patah hati. Galuh juga mengetahui lelaki berumur itu kenapa galau. Jelas Galuh tau, karena jovan sudah menceritakan padanya tentang perselingkuhan Bella dengan Andi.
“Dari mana aja lu dek?” Tanya Maya yang sengaja menunggunya di ruang tamu.
“Habis kencan sama bos lu,” jawab Galuh santai.
“Galuh!! jaga etika kamu saat berbicara dengan orang yang lebih tua!” bentak lelaki setengah baya dari arah ruang keluarga.
“Iya pa, Maaf deh kak. Bosmu itu yang ngajak Galuh ke restoran mantannya, setelah itu dia ngajak Galuh ke apartemennya. Orang itu nyuruh Galuh dengerin ceritanya sampai kelar dulu, baru di kasi pulang,” jawab jujur Galuh.
“Haduuuhhhh Jovan itu terlalu lemah. Padahal udah kakak peringatin dia pas mau tunangan sama Bella.” Maya malah menyalahkan Jovan.
“Ya udah sih, dia sama kakak itu sama. Sama-sama buta,” ucap Galuh sebelum meninggalkan kakaknya di ruang tamu.
“Galuh, jangan ulangi lagi! Gak baik kamu pulang malam seperti ini,” tutur Prayan papa dari Galuh dan Maya.
“Iya pa, maaf,” Galuh menunduk merasa bersalah.
“Sekali lagi melakukan ini, bapak nikahkan kamu dengan anaknya om Pras!” seru Prayan pada putrinya.
“Papa, selalu saja itu yang jadi ancaman papa. Kak Maya yang sudah tua juga gak kawin-kawin, kenapa bukan dia aja yang papa jodohin sama anaknya om Pras!” Galuh sedikit meninggikan suaranya.
“Kak Maya gak nakal seperti kamu, Galuh!” tak ingin mendengar lebih lanjut, Galuh meninggalkan papanya di ruang tengah menuju ke kamarnya.
“Kawin-kawin aja terus ancamannya! Sekali-sekali apa bilang, sini nak PRnya di bantu ngerjain!” teriak Galuh mengungkapkan apa yang di pikirkan.
“Ngapain papa ngajarin kamu ngerjain PR? Memangnya yang sekolah itu Papa!” jawab Prayan.
Papa dan anak ini memang memiliki sifat yang sama. Yaitu keras kepala, dan tak mau mengalah, tapi jika salah satu tidak ada. Sudah pasti saling mencari satu sama lain.
Beginilah cara Prayan menyayangi Galuh, putri yang mirip seperti putranya. Apalagi alasannya jika bukan karena Galuh tomboy dan sukar untuk di atur.
“Sudah tau jawaban begitu, harusnya tau dan sadar kalau pernikahan itu Galuh yang jalanin. Ngapain papa yang ribet? Kayak ayam mau bertelor aja, bingung nyari pasangan!” jawab Galuh membalikkan omongan sang papa.
“Kayak ada yang mau saja sama anak keras kepala sepertimu. Sudah jangan membantah, papa mau yang terbaik buat kamu!” masih dengan teriakan karena mereka berdua berada di ruangan yang berbeda.
“Kalau gak mau di bantah ya jangan ngomong sembarangan!” masih saja Galuh menjawab.
“Galuh, sudah sayang. Papamu sudah capek dari tadi nyariin kamu keliling kota,” tutur Mia dengan lembut dari balik pintu yang tertutup rapat.
“Ngapain capek-capekin diri sih? Papa memangnya tinggal di jaman batu? Sampai gak mengenal Hp! Percuma papa beliin Galuh hp mahal-mahal kalau cuma menghubungi saja gak punya pikiran!” teriak Galuh sebelum membuka pintu kamarnya.
“Iya juga ya,” jawab Mia polos.
“Maafin Galuh,” gadis yang baru saja menjawab setiap perkataannya kini sudah memeluknya.
“Jangan pergi gak ada kabar, papa cemas.” usap lembut punggung Galuh membuat Prayan menjadi tenang.
“Ya papa jangan kaya orang kere juga. Inget, kita itu gak idup kekurangan pa. Kita ada ponsel jadi hubungi lewat hp kalau merasa cemas,” Galuh melepaskan pelukannya dan menyeka air mata sang papa.
“Iya nak, papa terlalu khawatir tadi. Jadi gak bisa mikir tentang hp, karena mikirin kamu jauh lebih penting dari hp,” jawab Prayan.
“Halah, papa mana pernah mau mikir sampai segitu. Sudah lah, Galuh mau istirahat pa. Dari tadi dengerin bosnya kak Maya curhat bikin otak Galuh penuh.” pamit Galuh sebelum meninggalkan papanya.
Galuh memasuki kamar dan segera membersihkan badan capeknya. Berendam sebentar menggunakan air hangat. Merileksasi tubuhnya yang terasa sangat lelah karena beberapa masalah temannya.
Setelah mandi dan di rasa segar, Galuh keluar kamar manadi. Betapa kagetnya dia mendapati Maya sudah tiduran memainkan ponsel miliknya di tempat tidurnya.
“Kak Maya, bisa permisi gak sih masuk kamar orang!” seru Galuh merasa jengkel.
“Udah berkali-kali tadi, tapi elunya gak denger to. Sudah lah, ini dari Jovan.” Maya mengantarkan gaun yang sangat mencolok dan terlihat seksi pada Galuh.
“Buat apaan ini?” Tanya Galuh memegang gaun merah dengan gantungan kecil sebagai penyanggahnya.
“Besok ikut menghadiri pesta. Tenang, sama kakak juga ikut kok,” Maya meninggalkan Galuh masih dalam keadaan kebingungan.
Kapan nie orang datangnya? Dan ini buat gue? Emang dasar om pedo ya, ah bodo amat!
Galuh mengenakan baju piyamanya sebelum mengarungi mimpi.
Galuh tak habis pikir dengan apa yang di pikirkan oleh Jovan. Bagaimana bisa dia meminta dirinya mengenakan baju kurang bahan itu! Dalam tidurnya, Galuh rupanya merasa sangat resah. Bagaimana tidak resah? Permintaan Jovan itu di luar nalar seorang Galuh.
Pagi menyapa semesta, termasuk Galuh yang memang tak nyenyak dalam tidurnya. Mengenakan seragam olah raga, Galuh gabung dengan keluarga yang lain di meja makan. Menikmati sarapan rutin setiap pagi, Galuh terlihat sangat lemas.
“Adek kenapa?” Tanya Mia mengamati putri bungsunya.
“Galuh laper aja ma,” jawab Galuh beralasan.
“Ya sudah makan banyak-banyak nasi gorengnya,” Mia menambah porsi sarapan Galuh.
“Semangat, kagak. Ngantuk iya yang ada ma,” cibir Galuh.
“Nurut dikit kenapa sih kamu itu, Galuh!” bentak Prayan yang sudah tak bisa mentolerir lagi apa yang di ucapkan oleh Galuh.
Entah dari mana juga si Galuh itu selalu berani mengungkapkan apa yang menjadi pemikirannya. Galuh kadang lupa, jika dirinya sedang berkomunikasi dengan orang tuanya. Sebenarnya, ini juga kesalahan ada pada Mia dan Prayan yang memberikan pendidikan yang sedikit berbeda dengan Maya.
Setelah sarapan, Galuh berpamitan untuk berangkat ke sekolah. Jarak yang termasuk dekat dari rumah, sehingga Galuh memutuskan untuk berjalan menuju sekolah. Bersama Bima salah satu siswa yang bisa di bilang paling bauandel di sekolahan.
“Ada PR, lu udah ngerjain?” Tanya Bima menyodorkan buku PR pada Galuh.
“Belum, tapi bentar di sekolahan gue kerjain. Tumben lu udah ngerjain, ada apa ini?” selidik Galuh pada si bandel Bima.
“Emak gua ngamuk semalem, jadi dari pada gua dengerin kata-kata kasarnya ya mending gua kerjain PR sambil dengerin lagunya EXO,” jawab Bima santai.
“Sabar brow, besok kita makan bareng anak-anak. Oh iya, pak Arif kemaren datengin gue. Dia nanya ke gua, apa gua ketua mafia sampek kalian-kalian itu bisa tunduk sama gue,” terang Galuh kejadian kemarin pada Bima.
“Sumpah, tu orang belum pernah kena karma kayaknya. Kepo banget orangnya,” gemes Bima mendengar cerita Galuh.
“Kira-kira karma apa yang cocok buat orang kaya dia?” Tanya Galuh yang juga tak tahan menahan tawanya.
“Guru suka kepo matinya dengan berbusa dan hatinya berbau gosong,” jawab Bima jenaka.
Kedua orang itu memasuki area sekolah dengan gelak tawa yang masih tersisa karena candaan receh yang menemani mereka di perjalanan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 272 Episodes
Comments
Ani
Keren gtu lo
2021-02-14
0
Arni Khayanti
cakeeeeeepppp ceritanya suka
2021-02-14
0
Mechan
keren
2020-09-06
2