Suami Yang Dulu Pengganti Sekarang Sudah Menjadi Sah
Dua tahun kemudian...
Dua tahun berlalu begitu cepat. Hubungan keduanya amat dekat hingga mereka berdua seakan tak terpisahkan. Menjadikan mereka layaknya sebuah surat dan perangko yang begitu erat.
Banyak hal yang mereka lalui bersama. Mengetahui sifat dan karakter dari diri masing-masing. Membawa kedua insan ini saling berbagi dan melengkapi dalam kekurangan yang ada.
Cinta yang kini hadir begitu sangat terasa dalam rumah tangga mereka. Berawal dari sebuah musibah berubah menjadi pernikahan yang tak terduga dengan calon yang berbeda pula.
Rumah tangga yang di awal terasa dingin dan sunyi kini telah berubah menjadi pernikahan yang manis juga hangat. Seolah tak percaya jika akan datang cinta di antara dua insan yang dulu bukanlah siapa - siapa kini sudah menjadi sepasang suami istri sah tanpa status Pengganti dari mereka.
Menerima takdir bahwa semua ada hikmahnya tersendiri. Berpikir jika pernikahan adalah hal yang sangat sakral. Mempunyai tanggung jawab yang besar dan tentunya bersaksi di hadapan Allah membuat setiap orang tau akan konsekuensinya. Yaitu setia.
Setia bisa di lakukan tapi terkadang menyakitkan. Bahkan tak jarang komunikasi di bangun tapi tak ada sama sekali obrolan. Hingga akhirnya Miss comunication dan mendua. Mencari pelarian dengan dalih ingin mendapatkan kenyamanan yang tak ada di diri pasangan. Ck, sungguh menyebalkan sekali.
*
*
Adzan subuh telah berkumandang dari masjid yang berada di ujung jalan membangunkan dirinya untuk segera bangun. Seolah ada alarm tersendiri bagi Tyaga meski mata sangat enggan untuk membuka.
Dia terus memaksa diri untuk bangun jika tidak tubuh akan tidur berlanjut. Tak lupa pula membangunkan sang istri yang juga terlelap di sampingnya.
Senyum terlukis di wajahnya. Tampak begitu senang setelah mengingat apa yang mereka berdua lakukan semalam. Sungguh bahagia sekali rasanya.
“Sayang ku bangun, sudah subuh” bisiknya pelan ke telinga sang istri.
Terus saja dirinya membangunkan sang istri yang masih betah dalam mimpinya. Hingga suara deheman kecil terdengar dari istrinya.
“Sayang ku bangun” kecupan manis tersemat di kening sang istri.
“Udah subuh, ya?” tanya Ummi yang setengah sadar karena dirinya masih mengumpulkan nyawanya. Di balas deheman sang suami.
“Ayo bangun. Sebelum waktunya habis” jelas Tyaga. “Aku mandi duluan, soalnya mau ke masjid. Mumpung masih ada waktu” sambungnya. Ummi hanya membalas anggukkan kepala dengan mata lengket.
Jujur saja dirinya masih ngantuk berat dan mata masih sangat susah untuk terbuka. Bagaimana tidak mereka berdua melakukan adegan suami istri hingga tengah malam. Di tambah badan masih lelah dan sakit semua membuat Ummi seperti baru saja memejamkan matanya. Dan ini harus bangun lagi untuk melaksanakan shalat.
Bukannya tidak ikhlas namun hanya mengungkapkan rasa kantuknya yang amat terasa.
Selepas mandi besarnya Tyaga keluar dari kamar mandi dengan handuk yang melilit tubuhnya. Matanya tak sengaja menangkap sang istri yang tengah menyandarkan kepalanya di bed board dengan mata terpejam. Dirinya memaklumi karena sang istri butuh banyak istirahat. Tapi dia harus membangunkan sang istri untuk segera melaksanakan shalat. Jika tidak subuh akan meninggalkan mereka tanpa catatan.
“Sayang ku, kok tidur lagi?” tanya Tyaga yang berlalu ke walk in closed. Dia harus segera bersiap agar subuh masih sempat di laksanakan. “Buruan bangun. Entar waktunya habis” tegas namun lembut.
“Hah?, he'em” Ummi hanya membalas anggukkan kepala dengan mata sepetnya. Ya mau bagaimana lagi, susah sekali rasanya untuk tidak tertidur.
“Ya udah kalo gitu. Aku ke masjid dulu takut keburu sholat” terang Tyaga. “Kamu buruan bangun sayang. Jangan tidur lagi, ingat itu.” tambahnya sebelum pergi meninggalkan sang istri di kamar. Dia bergegas menuju masjid sebelum orang jama'ah benar - benar meninggalkan masjid.
“Astaghfirullah” tersadar akan dirinya yang semakin menjadi untuk tidur, membuat Ummi memaksakan diri untuk beranjak dari pembaringan hingga menghilang dari balik kamar mandi.
Selepas mandi besar dan berwudhu, segera ia membentangkan sajadah untuk segera melaksanakan dua rakaat sholat Sunnah sebelum melakukan sholat subuh nya.
Tak lupa berzikir dan berdo'a meminta kepada Allah agar membuat pernikahan ia dan sang suami – Tyaga – sakinah mawadah warahmah serta selalu dalam lindungan Allah Subhanahu Wata'ala.
Berniat ingin tidur kembali selepas sholat tapi dia ingat akan kewajibannya sebagai seorang istri untuk menyiapkan makan pagi untuk suaminya. Karena pagi ini dia ingat lagi sang suami – Tyaga – akan ada pertemuan dengan kliennya.
Membuat Ummi melanjutkan kakinya ke dapur dan mengurungkan niatnya untuk tidur kembali. Meskipun mata masih sangat ngantuk. Tapi Ummi paksakan dirinya untuk membuat sarapan pagi agar sang suami tidak melewatkan sarapannya.
Menyalakan lampu sebagai penerang meski dia sendiri tapi kalau gelap ya sama saja dia takut juga. Walau seolah berani yang namanya takut ya tetap saja takut.
Melihat apa saja yang ada di kulkas. Mengambil bahan - bahan apa saja yang akan di masak. Berkutat di dapur dengan cepat dan semuanya sudah jadi siap dia sajikan di meja. Tak lupa juga dia membuatkan sandwich yang selalu dia buat untuk sang suami.
Tak ketinggalan pempek yang selalu menemani setiap hari. Hanya cukonya saja yang tidak bersanding karena ini masih pagi membuat Ummi tidak ingin sang suami nanti sakit perut karena pagi - pagi sudah ngirup cuko.
Dia juga tidak lupa membuatkan bekal untuk suaminya nanti. Semuanya sudah tersedia, tinggal menunggu sang suaminya pulang dari masjid. Sebelum itu dia akan beres - beres dapur terlebih dulu agar tak ada yang berantakan dan terlihat rapi juga bersih. Hitung - hitung membantu meringankan kerja Bi Tuti.
“Assalamu'alaykum”
“Wa'alaykumussalam” sambut Ummi saat suaminya pulang. Sambil menyalami punggung tangan sang suami.
“Sayang ku udah sholatnya?” tanya Tyaga melihat sang istri yang menyambutnya. Ummi hanya membalas anggukkan dan deheman.
“Alhamdulillah” sambil memberi kecupan manis di kening Ummi. “Kamu ngapain di sini, sayang ku?” tanya Tyaga penasaran. “Kamu masak?”
“He'em. Aku udah buatin kamu sarapan. Entar kamu cobain. Enak, gak nya. Biar aku semakin belajar dan bisa membuat kamu puas sama masakan yang aku buat.” ujar Ummi yang begitu semangat belajar membuat makanan untuk Tyaga–suaminya.
“Aku akan makan apapun yang kamu buat untuk aku. Apapun itu aku akan suka karena kamu yang membuatnya dengan penuh cinta.” ungkap Tyaga. Jujur saja dia tetap akan terima jikalau makanan ataupun masakan sang istri tak enak sekalipun karena dia tau apa yang Ummi masak adalah bentuk usaha untuk menyenangkan dirinya. Itu sudah cukup baginya.
“Aku gak papa, kalo ada masakan aku yang gak enak. Ke depannya nanti aku akan lebih giat lagi belajar” dia tak ingin sang suami nantinya akan terima saja meski apa yang dia sajikan tidak sesuai selera suaminya.
“Selalu kayak gitu deh bilangnya. Jangan bilang gitu sayang ku. Aku suka apapun yang kamu masak. Itu membuat aku bahagia. Jadi berhenti merendah diri, oke” bantah Tyaga yang tidak ingin sang istri merendah.
“He'm, oke suami ku” balas Ummi manut.
“Ya udah aku ke kamar dulu mau ganti baju, setelah itu kita sarapan” mengambil langkahnya menuju kamar. Sambil mengikuti langkah sang suami, Ummi akan menyiapkan baju untuk suaminya.
“Aku siapin dulu baju kamu” berjalan ke walk in closed mengambil kemeja juga jas untuk di pakai suaminya hari ini.
“Boleh aku pake in dasinya?” tanya Ummi setelah Tyaga bersiap.
Mengulurkan tangannya memberi dasi pada sang istri untuk segera di pakaikan ke lehernya.
Satu kecupan manis di bibir sang istri yang sedari tadi menggodanya. “Udah ah, entar gak jadi berangkat lagi”
“Gak papa biar bisa sama kamu terus di kamar” lagi kecupan demi kecupan kembali tersematkan dibibir Ummi tentunya membuat empunya merona.
“Udah ah, ayo kita sarapan. Entar kesiangan” ingin dia bersembunyi saking malunya. Padahal bukan sekali dua kali mereka berciuman seperti ini tapi entah kenapa membuat Ummi masih malu-malu dan salah tingkah.
Tyaga yang melihat istrinya dalam mode seperti itu tersenyum geli, ingin rasanya ia segera mengulang kembali yang semalam tapi dia ingat jika tubuh sang istri masih butuh istirahat meski dia tau sang istri menahan rasa sakit akibat permainannya.
“Baiklah sayang ku. Ayo kita sarapan. Aku gak sabar pengen nyobain apa yang dimasak istri ku pagi ini. Hmm pasti rasanya enak” puji Tyaga sambil membayangkan.
“Bisa aja kamu ngerayunya” dengan tangan bergandengan mengikuti langkah sang suami menuruni tangga untuk ke dapur.
Beberapa menit berlalu sarapan pagi usai. Tyaga pun telah pergi dan meninggalkan Ummi yang kembali membereskan semua bekas mereka sarapan. Walau ada Bi Tuti tapi dirinya masih segan. Biarlah dirinya saja yang membersihkan agar tidak selalu merepotkan orang tua.
###
...Assalamualaikum readers ...
...Ini novel lanjutan dari cerita Suami Pengganti Dari Istri Sahabatku......
...Semoga suka walaupun masih banyak kekurangan....
...Mohon dukungannya semoga novel ini bisa lanjut 🙏...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 58 Episodes
Comments