“Enak banget Lo ngatain Gue setan” tak terima dirinya di katakan setan oleh sang teman. Dia ini manusia bukan setan ya meski kelakuannya kayak setan,upss.
“Gue gak terima Ga. Enak bet Lo ngatain Gue kayak gitu!”
“Sensi amat Lo. Ya udah Gue minta maaf. Lagian Lo sendiri yang bilang bukan Gue. Gak asik bercanda sama Lo, Rem. ck.” niatnya buat bercanda malah sebaliknya.
“Lo yang gak asik, Ga. Gue juga bercanda doang kali, gak usah seserius gitu” canda Remi. Ternyata dia yang menipu bilangnya dia tak terima dan langsung emosi tapi malah.
Mendengar itu Tyaga langsung melempar pulpen ke arah Remi lalu berkata “Sialan Lo Rem” ternyata dirinya juga tertipu.
Keduanya saling tertawa dengan kekonyolan mereka. Dua orang teman saling melepas beban mereka dengan tertawa dan canda. Marah dan emosi sudah biasa tapi kalau putus pertemanan jangan karena mereka saling membutuhkan satu sama lain.
“Jadi, Lo mau ikut gak?” tanya Tyaga memastikan.
“Ya, mau lah. Itung - itung jalan - jalan Gue. Siapa tau ada yang nyantol ke Gue, kan. Biar sekalian Gue ajak ke pelaminan, hhe” seperti kata pepatah dua, tiga puluh terlampaui. Jalan - jalan eh malah dapat istri ya begitulah kira - kira sebutannya, dia tidak tau.
“Yee, itu maunya Elo. Kalo ada yang mau sama Elo kalo kagak? Lo aja udah karatan gitu. Emang ada yang mau sama Lo? Gue rasa gak ada tuh” sindir Tyaga. Sepertinya dia tak puas hati dengan mengatakan Remi setan dan ini berulah lagi.
“Lo sekate - Kate kalo ngomong. Gue bukan karatan, Gue itu ‘matang’ dan ‘dewasa’ jadi pas lah untuk melamar gadis” tak terima jikalau dirinya di bilang karatan padahal umurnya sudah tiga puluh tahunan cuma dewasa saja.
Gadis? Yang bener aja. Lo mau sama gadis? Gadis mana? Emang ada yang mau seorang gadis sama Lo? Gue rasa gak ada”
“Ya adalah pasti, Ga. Lo mah jadi temen bukan ngedoain malah bilang yang gak - gak. Lo temen Gue apa bukan?” sewot Remi. Kesal rasanya Tyaga temannya seolah meremehkan dia.
Tyaga hanya bisa tertawa lalu berkata lagi “Ya, habisnya Lo yang bilang mau sama gadis - gadis. Entar Lo di bilang pedofil baru tau” sungut Tyaga.
“Ya elah, Lo mah. Gadis itu kalo di Palembang namanya cewek. Masa' gitu aja Lo kagak tau” remeh Remi.
“Haa, beneran?” tanya Tyaga penasaran. Dirinya baru tau. “Lo tau dari mana?”
“Iya lah. Gue tau dari anak marketing kemarin di kantin. Pas banget dia lagi ngomongin soal cewek”
“Oh gitu. Udah lah. Kenapa bahas yang lain. Gue mau tanya, Lo itu mau ikut kagak tapi malah ke mana - mana jadinya” mengakhiri percakapan mereka yang sudah ke mana - mana.
“Ya, mau lah, Ga. Mau banget malah. Gue pengen ikut. Sekalian healing gue, hhe.” membayangkannya saja sudah membuat dirinya tak sabar.
“Ya udah kalo gitu. Jadi, fix kita bertiga. Gue minta Lo harus persiapkan semuanya. Harus bener - bener beres semua. Jadwal dan segala macem. Jadi kan kita pergi enak nanti” jelas Tyaga.
“Sama meeting klien, Gue pengen Lo cancel atau gak Lo jadwalkan setelah kita kembali nanti. Lo suruh juga Saniah biar dia yang handle nanti saat Lo dan Gue gak ada” dia tak ingin perjalanannya ke kampung halaman sang istri ada halangannya. Membuat mereka tidak jadi berangkat. Dan Qadarullah, Karena apa yang di rencanakan tidak akan sesuai dengan yang di harapkan.
“Ok, siap. Lo terima beres aja” balas Remi. “Eh, tapi omong - omong, Lo mau ngapain ke sana? Gak mungkin kan cuman liburan?” tanya Remi penasaran. Untuk apa temannya ini pergi ke sana? Apa tujuan sebenarnya?
“Rencananya sih Gue mau ngadain pesta pernikahan Gue dan istri di sana. Karena kami menikah baru secara agama dan negara. Jadi belum ada pesta. Lo juga tau kan kita sibuk akhir - akhir ini, di tambah Gue sama istri kurang baik dulu. Jadi belum sempat bikin acaranya” terang Tyaga. “Ya, itung - itung sekalian Gue mau kenalan sama mertua. Dan ngenalin Lo sebagai wali Gue”
“Oh gitu. Iya juga sih, Lo sama istri Lo belum sama sekali ngadain pesta. Apalagi hubungan kalian kan belum kayak sekarang” berpikir sejenak lalu berkata lagi “Emang nya Lo belum tau sama mertua Lo?
“Nah itu Lo tau. Maka dari itu Gue minta ke Lo buat pesenin tiket biar bisa kasih dia kejutan. ” pinta Tyaga.
“Udah, lewat video call. Tapi kan gak enak aja masa' ngobrol sama mertua lewat video doang. Gak sopan banget. Gue tuh pengen nya ketemu langsung. Kenalan gitu biar mertua tau Gue itu suaminya Ummi bukan Nizar, gitu” jelas Tyaga menambahkan.
Jika di kata Tyaga dan mertuanya tidak berkomunikasi itu tidaklah benar. Karena mereka selama ini berkomunikasi dengan baik. Walaupun hanya sebatas via video saja. Setiap Ummi–sang istri– rindu akan orang tua, sang istri pasti menghubungi orang tuanya di kampung dan dia akan ikut serta dalam obrolan mereka. Karenanya Tyaga ingin mengenal bagaimana orang tua dari Ummi istrinya itu.
Meskipun masih ada rasa canggung tapi Tyaga senang setelah mengenal orang tua, adik dan kakaknya Ummi. Tyaga merasa punya keluarga sendiri walau hanya mertua tapi Tyaga cukup bahagia dan bersyukur karena masih ada mertua yang baik dan mau menganggap mereka seperti orang tua sendiri bukan orang lain.
“Oh jadi mereka taunya yang nikah Ummi sama Nizar bukan Lo, gitu?” tanya Remi. Remi baru tau selama ini dia hanya tau kalau Tyaga suami Ummi bukan Nizar.
Tyaga berdehem lalu berkata “Ya, itu dulu sekarang mereka sudah tau siapa Gue bagi Ummi. Gue juga sudah cerita ke mereka apa yang terjadi sama Nizar dan Alhamdulillah mereka tau. Mereka juga mengerti kenapa bisa Gue yang gantiin Nizar menikah dengan Ummi” sedih sih tapi Tyaga tau diri kalau dia adalah pengganti Nizar sahabatnya untuk Ummi calon istrinya. Walaupun sekarang sudah Sah bukan pengganti lagi.
“Oh. Alhamdulillah kalo gitu, seneng Gue dengernya. Usaha Lo gak sia - sia untuk bisa mendapatkan pengakuan sebagai seorang menantu oleh mertua Lo. Salut Gue” bersyukur ternyata Tyaga–temannya– ini bisa dapat restu dari sang mertua. Remi tau kalo Tyaga dan Ummi tidak berhubungan baik.
Di awal mereka menikah saja Ummi selalu ketus bahkan Ummi seperti tidak menganggap keberadaan Tyaga. Remi yang tau temannya seperti itu merasa iba tapi dia tidak ingin ikut campur urusan rumah tangga temannya. Takutnya dia akan mengganggu karena Remi berpikir dia bukan siapa - siapa dia adalah teman yang tidak punya hak untuk ikut campur. Biarlah mereka saja yang menyelesaikan.
Kenapa Remi tau? Karena Tyaga selalu cerita padanya. Ya meski Tyaga tidak selalu menceritakan dan hanya sekedar menceritakannya saja tanpa sengaja itupun tidak semuanya. Tyaga tidak mau mengungkapkan permasalahan rumah tangganya pada orang lain.
Remi tau Tyaga adalah orang yang bisa menutupi masalahnya sendiri. Seperti diketahuinya kalau Tyaga memang menyukai Ummi sejak pertemuan pertama mereka tapi dia mengalah demi Nizar. Itu dulu sebelum hubungan mereka seperti sekarang.
Tapi itu tidaklah masalah bagi Remi. Sebagai teman dia hanya memberi saran saja. Terserah Tyaga ingin menerima atau tidak, yang pasti Remi sudah membantu ala kadarnya.
Mendengar jawaban Remi, Tyaga hanya tersenyum. Dia bersyukur punya teman seperti Remi yang bisa di andalkan serta dibutuhkan di saat dirinya ada masalah.
“Lo tenang aja. Serahkan semua ke Gue. Insya Allah beres semua”
Tyaga hanya membalas deheman. “Bagus, seminggu lagi tiket itu harus sudah ada di meja Gue, paham” tegas Tyaga.
“Ok sip. Tanggal berapa Lo akan kasih ini ke istri Lo?”
“Tanggal 22 nanti. Gue juga akan bikin kejutan yang meriah buat istri. Dan Gue minta Lo bantuin Gue untuk ngeprank dia biar ada sedikit dramanya” pinta Tyaga sedikit menyunggingkan seulas senyum misterius. Sepertinya dia punya sesuatu untuk sang istri kira - kira apa ya?
“22 Jan? Gak lama lagi” berpikir sejenak kemudian berkata lagi “Gue pastiin semuanya bakalan siap sebelum hari-h”
...Dukung terus biar semangat update 🥰...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 58 Episodes
Comments