Di ruangannya Tyaga sangat sibuk mengurusi pekerjaannya yang sangat banyak. Sampai dia tak sadar sudah waktunya makan siang. Tyaga benar - benar tak menyangka akan sebanyak ini dia bekerja. Mengurusi semua berkas dan dokumen perusahaan. Sudah menjadi suatu kebiasaannya untuk mengecek ulang kembali setiap apa yang di kirimkan assisten nya lewat via email.
Bukan suatu alasan mengapa dia yang harus melakukannya karena Tyaga sendiri adalah seorang yang sangat teliti dan juga perfeksionis. Bahkan tak jarang dia sendiri yang menghandle kerjaannya sampai larut malam pada saat belum menikah dulu.
Teringat dengan kehidupannya dulu, seolah penuh dengan kata kerja,kerja dan kerja. Sebelum akhirnya berjumpa dengan seorang wanita berhijab justru merubahnya menjadi seorang yang tak fokus. Entah kenapa Tyaga pun tidak tau.
Sampai suatu ketika dia sadar, dia pun jatuh cinta untuk pertama kalinya. Tyaga bingung kenapa setiap kali dia bekerja, wajah wanita itu selalu hadir di benaknya dan bahkan seolah wanita itu sudah mengusik kehidupannya yang terlalu monoton hanya Itu - itu saja. Tapi setelah berjumpa dengan wanita berhijab yang bahkan namanya pun Tyaga tidak tau siapa itu, kok jadi begini? Bisa di bayangkan bukan, bagaimana anehnya.
Seorang Tyaga Lamuel Radi sebagai CEO Radi crop. tak percaya jika dirinya jatuh cinta pada wanita muslimah yang tidak dia kenali? Seorang wanita yang memiliki penampilan tertutup tak seperti kebanyakan wanita lain. Padahal dulunya Tyaga bukan seorang yang mudah jatuh cinta pada seorang wanita tapi sekarang?
Dirinya begitu mencintai wanita itu sebelum menjadi istrinya sekarang. Bucin kata orang - orang zaman sekarang. Ingin rasanya Tyaga menyatakan cintanya pada wanita itu, tapi apakah dia mau? Secara mereka berdua tak saling kenal. Tyaga takut pada saat dia menyatakan cintanya wanita itu menolaknya. Bisa - bisa dia malu sendiri.
Sampai suatu waktu mereka berdua di pertemukan jua. Itulah pertemuan pertama mereka secara langsung juga untuk kedua kalinya mereka berjumpa.
Begitu senangnya Tyaga saat itu berjumpa dengan wanita yang selama ini selalu dia rindu - rindukan. Tak pernah terbayangkan sebelumnya oleh Tyaga bertatap muka dengan wanita muslimah yang sangat menarik perhatiannya itu.
Wanita itu sangat dekat dengannya bahkan berada tepat di depannya. Pokoknya dia harus segera menyatakan perasaannya pada wanita di depannya itu sekarang juga. Jika ditolak urusan belakangan.
Namun sayang Tyaga tak menyadari bahwa dirinya hanyalah orang ketiga disana. Di antara dua insan yang ingin mengikat janji seminggu lagi. Janji suci pernikahan yang keduanya sudah lama ditunggu - tunggu.
Sungguh sangat menyakitkan hati Tyaga saat tau wanita yang dia sukai sejak pertemuan pertama ternyata wanita itu yang akan menjadi istrinya Nizar sahabatnya sendiri.
Kecewa juga sedih Tyaga rasakan. Rasa rindunya, rasa cinta yang ingin dia gapai ternyata tidak tersampaikan. Semuanya sia-sia saja. Tyaga harus segera mundur secepatnya. Bahkan untuk memulai saja dia tak ada kesempatan lagi. Karena wanita tersebut sudah jadi milik orang lain.
Tyaga tak bisa menahan gejolak amarah dalam dirinya. Ingin rasanya dia meluapkan segala emosi dalam dadanya. Sampai suatu ketika Tyaga mencoba melupakan wanita itu tapi hasilnya nihil. Berusaha melupakan tapi tetap saja tidak bisa.
Dia telah gagal dalam hal percintaan membuat dirinya semakin keras menyiksa diri dan terus menerus kerja tanpa kenal waktu. Untuk melupakan seseorang yang tidak Tyaga kenali harus membutuhkan waktu lama. Padahal hanya seorang wanita tapi bisa membuat Tyaga Lamuel Radi sekacau ini.
Cinta ini sangat menyakitkan hati seorang Tyaga Lamuel Radi. Hingga akhirnya dia menyetel ulang dirinya di pengaturan awal, yang gila kerja.
Hingga suatu ketika takdir mengantarkan Tyaga dan wanita itu bertemu. Bukan hanya sekedar bertemu tapi hidup bersama. Ya, hidup bersama dalam artian menikah.
Seakan hati Tyaga berbunga-bunga kala itu. Tapi apakah dia pantas menikahi calon istri dari sahabatnya itu. Di saat sahabatnya tengah sekarat. Jika di bandingkan dia, dirinya tak terlalu banyak luka hanya leher yang gips selebihnya cuma luka lecet saja.
Tapi yang namanya takdir tetap tak bisa diubah. Apalagi sebagai manusia biasa hanya bisa menerima saja.
Bagai sebuah mimpi di siang bolong. Tyaga dan wanita itu akhirnya menikah. Membuat Tyaga, entahlah. Karena dia tau sahabat baiknya kini telah tiada.
Tyaga pikir dia adalah teman yang tidak tau diri. Bagaimana tidak, di saat Nizar sahabatnya dibawah tanah dia sendiri menikahi calon istrinya. Dia bingung haruskah Tyaga senang ataukah sedih? Semua rasanya campur aduk jadi satu. Sulit untuk dijabarkan.
Hingga kini akhirnya pernikahan Tyaga dan wanita itu –Ummi– begitu harmonis dan bahagia. Menyelami kehidupan rumah tangga yang sakinah, mawadah dan warahmah.
*
“Remi, tolong Lo pesankan tiga tiket pesawat untuk Gue” suruh Tyaga pada Remi assisten nya.
Kini keduanya kembali bekerja setelah selesai menikmati makan siang di ruangan. Bekal yang di buat sang istri sungguh terasa nikmat. Begitu sangat memanjakan lidahnya. Tyaga sangat suka dengan masakan istrinya.
Entah kenapa tiba-tiba saja Tyaga rindu pada istrinya itu. Tapi sayang istrinya sedang tidur saat di menelepon tadi. Pantas telepon sang istri tidak aktif. Mungkin karena rasa lelahnya sampai tertidur di tambah badan sang istri masih sakit karena ulahnya semalam. Membayangkan itu rasanya Tyaga jadi senyum senyum sendiri.
“Tiket? Untuk apa?” jawab Remi. Tak biasanya teman sekaligus Tuannya itu ingin memesan tiket.
“Gue mau ngasih hadiah ulang tahun untuk istri Gue” jelas Tyaga. “Gak lama lagi dia ultah. Gue mau ngasih hal yang buat dia bahagia. Dan pastinya akan membuat dia jatuh cinta sama Gue” terang Tyaga percaya diri.
“Heuh, iya iya. Yang punya istri” narsis sekali temannya ini. Tak tau apa dirinya ini jomblo. “Gue pesenin. Berapa tiket? Kemana? Kapan? Berapa hari? Biar bisa gue check list nanti supaya Lo sama istri Lo tinggal berangkat aja”
“Tiga tiket. Tujuan ke Palembang. Rencananya sih Bulan depan. Mungkin semingguan” jelas Tyaga.
“Tiga tiket? banyak amat. Yang pergi cuma Lo sama istri Lo, terus yang ketiganya siapa? Setan?” tanya Remi heran.
“Iya, Lo setannya”
“Hah?! Kok Gue? Enak aja” tak terima dirinya di katakan setan.
“Makanya punya mulut jangan sembarang bicara” heran saja pada temannya ini bisa - bisanya punya mulut asal saja. “Satu tiket itu buat Lo. Gue sengaja pesenin buat Lo. Biar Lo bisa nemenin Gue di sana. Tapi mulut Lo yang sembarangan itu bilang kalo Lo setan berarti Lo ngatain diri Lo sendiri, heran Gue”
“Oohh, bilang dari tadi. Gue kira apa” ucap Remi sambil nyengir kuda.
“Lo mau kan ikut Gue?!” tanya Tyaga ingin memastikan kalau Remi mau ikut dengannya nanti.
...Assalamualaikum readers ...
...Semoga suka dengan ceritanya ...
...Dukung terus biar semangat update ...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 58 Episodes
Comments