Bab 2

Di pagi yang sangat cerah..

Jenna memandangi dirinya di depan cermin panjang yang memantulkan seluruh tubuh Jenna dari atas hingga ke bawah.

"Perfect.." Ucapnya setelah ia merasa penampilannya sudah cukup.

Jenna jarang sekali menguncir rambut panjangnya. Ia selalu menggerai rambut indahnya. Rambutnya yang berwarna cokelat terang akan nampak berkilauan jika terkena sinar matahari.

"Sayang, ayo sarapan setelah itu aunty akan mengantarmu ke sekolah." Ucap Diana yang melihat Jenna berjalan mendekat ke arah Diana yang berada di ruang makan.

"Tidak aunty, aku akan makan di sekolah saja nanti. Dan aunty tidak perlu mengantarku karena aku akan berangkat dengan Noura." Jawab Jenna.

"Baiklah, hati-hati sayang." Sahut Diana lalu mencium kedua pipi Jenna.

"Bye aunty.."

"Bye sayang.."

Jenna pun keluar dari dalam rumah karena Noura sudah menunggunya di luar menggunakan mobil yang dikendarai oleh supirnya.

Noura adalah sahabat Jenna sejak mereka duduk di junior high school hingga saat ini. Keluarganya yang sangat bertolak belakang dengan keluarga Jenna dalam hal materi tak mempengaruhi persahabatannya. Noura adalah anak dari pasangan Jeremy Aberforth dan Joana Aberforth. Keluarga yang cukup terpandang, karena kedua orang tua Noura adalah seorang tenaga pendidik yang bergelar profesor dan menjadi dosen di salah satu universitas ternama di negaranya.

"Aku akan pindah." Ucap Jenna dengan sangat tiba-tiba saat ia baru memasuki mobil Noura.

"What??! Pindah? Kemana?" Tanya Noura yang sangat terkejut dengan kabar itu.

"Ke London."

"Bukankah kau tak mempunyai saudara di sana? Kenapa?" Tanya Noura keheranan.

"Di sana ada kerabat aunty Diana. Dan aku akan mengikuti aunty Diana untuk tinggal di sana."

"Cubit aku Jenna. Aku rasa ini hanyalah sebuah mimpi." Ucap Noura tak percaya.

"Dasaaarr kau iniiii." Teriak Jenna lalu mencubit kedua pipi Noura.

"Oouuuchhhhh sakit sekali Jenna.." Pekik Noura sembari mengusap kedua pipinya yang memerah.

"Aku hanya mengikuti maumu saja darling." Jawab Jenna sambil terkekeh.

"Berarti ini bukan mimpi. Kau akan meninggalkanku, Jenna. Kau benar-benar akan meninggalkanku?" Tanya Noura yang kini matanya sudah berkaca-kaca.

"Hey kau sangat kaya. Kau bisa mengunjungiku kapanpun kau mau." Jawab Jenna.

"I can't.. Aku tak bisa membayangkan betapa hampanya hidupku di sekolah jika tanpamu." Ucap Noura dengan raut wajah sedihnya.

"Ooohhh baby.. kemarilah sayang." Jenna merentangkan kedua tangannya lalu Noura pun menghambur ke dalam pelukan Jenna.

"Wait, kau sudah memberitahukan hal ini kepada Noah?" Tanya Noura lalu melepaskan pelukan Jenna.

Jenna menggelengkan kepalanya. "Mungkin nanti aku akan membicarakannya saat di sekolah." Jawab Jenna.

Setelah menempuh perjalanan selama lima belas menit, Jenna dan Noura pun sampai di sekolah. Mereka memasuki halaman sekolah dan berjalan untuk menuju ke kelas.

"Wow lihatlah siapa yang baru saja datang? Kau masih saja berani kemari setelah apa yang kau lakukan padaku?" Ucap seorang perempuan berambut merah menyala.

Jenna dan Noura tidak menghiraukan ucapan tersebut. Mereka berdua terus saja berjalan namun perempuan itu mengoceh lagi dengan teriakan yang akhirnya mampu membuat Jenna dan Noura menghentikan langkahnya.

"Hey kau tuli? Aku berbicara padamu bitch!" Pekiknya.

"Kau bodoh atau apa Viola? Aku tidak melakukan apapun terhadapmu. Kau jatuh kemarin karena ulahmu sendiri. Aku hanya melindungi diriku dari ancaman yang berbahaya." Jawab Jenna yang mulai tersulut emosinya.

"Kau bilang karena ulahku? Jelas-jelas kau yang memulainya dan mengakibatkan aku jatuh di tangga hingga kakiku terkilir!" Jawab Viola dengan nada tinggi hingga akhirnya semua mata tertuju kepada mereka.

"Kau amnesia? Apa perlu ku ingatkan? Kau menghina ibuku Viola!" Teriak Jenna.

"Aku tidak menghinanya! Aku hanya membicarakan fakta bahwa ibumu gila dan mati bunuh diri! Dan kau tidak pantas bersama Noah karena kegilaan ibumu itu akan menurun padamu!" Sahut Viola dengan nada mengejeknya.

"Dasar bajingan bermulut kotor!!" Jenna pun sudah tidak bisa menahan emosinya lagi. Ia menarik rambut panjang Viola dan menyeretnya hingga ke sebuah bak sampah yang sangat besar.

"Jenna hentikan kau akan mendapatkan masalah nanti." Ucap Noura yang masih setia berjalan di samping Jenna.

"Shut up Nou. Aku akan memberikannya pelajaran." Jawab Jenna yang sudah tidak bisa di nasehati lagi.

"Ahhhh lepaskan dasar gila!!!!" Pekik Viola yang rambutnya masih ditarik hingga mau tak mau tubuhnya terus bergerak mengikuti kemana langkah Jenna membawanya.

"Kau itu seperti sampah dan kau lebih cocok tinggal di dalam sana." Ucap Jenna.

BRUUUGGHH

Jenna mendorong tubuh Viola hingga ia terjerembab ke dalam bak sampah. Viola berteriak dan terus saja mengumpat.

"AKAN KU PASTIKAN KAU KELUAR DARI SEKOLAH INI DASAR PEREMPUAN GILAAA!!!" Teriak Viola dengan sangat marah.

"I dont care! Toh aku memang akan meninggalkan sekolah ini!" Jawab Jenna dengan terkekeh.

Jenna pun melambaikan tangannya kepada Viola sebagai bentuk salam perpisahan lalu menarik tangan Noura untuk segera meninggalkan tempat itu. Tak lupa Jenna mengacungkan jari tengahnya kepada Viola tanpa menolehnya.

"Jenna, ku akui aku sangat takut berada dalam masalah jika di sekolah. Tapi yang tadi itu astagaaa.. kau sangat kereeeeennnn..!" Pekik Noura sambil tertawa.

"Aku memang selalu keren dan mempesona. Apa kau lupa?" Sahut Jenna tersenyum bangga.

"Ya.. kau memang sahabatku yang paling keren dan mempesonaaahh." Jawab Noura lalu keduanya tertawa sambil berjalan untuk kembali ke kelasnya.

Di saat jam istirahat ia dipanggil kepala sekolah. Jenna sudah tahu hal ini pasti akan terjadi. Ia tidak terlalu khawatir karena ia sudah siap menerima konsekuensinya.

"Perlu ku temani, Jen?" Tanya Noura dengan tatapan khawatirnya.

"Tak perlu. Aku bisa mengatasinya sendiri. Aku tidak mau kau terbawa masalahku, jadi kau tunggu saja di kelas. Okey?" Pinta Jenna kepada sahabatnya.

"Baiklah..."

Jenna pun akhirnya berjalan menuju ruangan kepala sekolah. Di sana sudah ada Diana, Viola, beserta ayah Viola.

TOK TOK TOK

Jenna mengetuk pintu ruangan kepala sekolah yang sebenarnya sudah sedikit terbuka.

"Masuk.." Ucap kepala sekolah tersebut yang bernama Erick. "Duduklah Jenna." Lanjut Erick.

Lalu Jenna pun duduk di kursi sebelah Diana. Diana yang masih bingung hanya menatap Jenna seakan-akan bertanya ada apa mengenai hal ini. Jenna hanya menggenggam tangan Diana agar ia sedikit tenang. Kepala sekolah pun berbincang mengenai apa yang terjadi dengan Jenna dan Viola pagi tadi. Jenna bahkan tidak menyangkal perbuatannya. Ia pun menceritakan kronologis kejadian menurut versinya.

"Aku ingin dia dikeluarkan dari sini, tuan Erick. Anak itu benar-benar berbahaya jika terus berada di lingkungan sekolah ini." Ucap ayah Viola.

"Hah pantas saja anakmu bermulut sampah. Ternyata memang benar buah jatuh tidak jauh dari pohonnya." Sahut Diana dengan mengejek.

"Apa yang kau bilang? Kau berani merendahkanku? Kau tak tahu siapa aku?!" Teriak George merasa tidak terima dengan perkataan Diana.

"Kau saja berani merendahkan kami, lalu apakah kami tidak berhak melakukan hal yang sama?" Jawab Diana dengan sangat emosi.

George tidak menjawab dan ia malah mengancam Erick. "Jika kau tidak mengeluarkannya, maka aku akan mencabut semua bantuan yang aku berikan untuk sekolah ini!"

Erick yang mendengar hal itu pun terkejut. Ia tidak menyangka George akan melakukan hal itu. Ia pun tidak bisa berbuat apa-apa karena ini menyangkut bantuan yang rutin diberikan George dengan biaya yang tidak sedikit.

"Tuan Erick, tak perlu repot-repot mengeluarkan Jenna dari sekolah buruk ini. Aku sendiri yang akan memindahkannya dari sini!" Pekik Diana dengan sangat marah.

Jenna sama sekali tidak mengatakan apapun. Ia cukup terkejut dengan sikap yang diambil oleh Diana. Diana membela Jenna habis-habisan hingga membuat Jenna merasa terharu.

"Ayo Jenna! Kita pergi dari sini, sekolah ini benar-benar tidak layak untukmu. Permisi!" Ucap Diana lalu menarik tangan Jenna dan keluar dari ruangan tersebut.

Jenna pun keluar mengikuti langkah Diana di belakangnya.

"Aunty sorry.." Ucap Jenna di tengah-tengah langkahnya.

Diana menghentikan langkahnya lalu menoleh ke belakang dan menatap mata Jenna.

"Kau tidak salah Jenna. Kau memang harus melakukan hal itu yaa meskipun agak sedikit brutal. Tapi aunty mendukungmu. Manusia bermulut sampah yang gampang sekali menghina orang lain memang harus diperlakukan seperti sampah juga." Sahut Diana sembari menangkup wajah Jenna.

"I love you aunty.." Ucap Jenna dengan suara yang tercekat dan hampir menangis.

"I love you too honey. Ayo lebih baik sekarang ambil tas mu lalu kita pulang dan packing untuk persiapan kita berangkat ke London." Ucap Diana yang dijawab dengan anggukan oleh Jenna.

Jenna dan Diana pun berjalan menuju kelas dan membawa tasnya. Noura yang melihat hal itu pun menghampiri Jenna.

"Jenna kau mau kemana?" Tanya Noura.

"Aku sudah keluar dari sekolah ini Nou. Kau jaga diri baik-baik, jika ada yang mengganggumu kau hajar saja." Jawab Jenna.

"Kau dikeluarkan?" Tanya Noura.

"Lebih jelasnya akan ku ceritakan nanti, okey?" Ucap Jenna dan berlalu meninggalkan Noura.

Saat Diana dan Jenna berada di tempat parkiran, Noah kekasih Jenna pun menghampiri Jenna dan Diana.

"Jenna kau mau kemana? Apa kau sakit?" Tanya Noah.

"Tidak. Aku akan pulang, dan akan ku jelaskan nanti saja di telpon." Ucap Jena.

"No, aku akan ikut pulang denganmu." Ucap Noah.

Diana hanya memperhatikannya tanpa berkomentar apapun lalu masuk ke dalam dan diikuti oleh Jenna. Mereka pun pulang bersamaan dengan Noah yang mengikuti mereka di belakangnya menggunakan ducatinya.

TBC...

Jangan lupa tinggalin jejak setelah baca yaa. Follow like komen and vote❤

Follow ig author @arashka05

Terpopuler

Comments

Sleepyhead

Sleepyhead

Yeah kalian berdua terlalu mempesona

2024-08-18

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!