Meski Rico tidak bekerja di perusahaan ayahnya, dia juga memiliki usaha sendiri. Rico mencoba usaha di bidang cafe yang sedang digandrungi para remaja. Sejak buka dua tahun yang lalu, kini usaha yang tengah di jalaninya sudah memiliki beberapa anak cabang.
Tapi kini ia harus rela menduakan usahanya karena Rico sudah berjanji akan menggantikan ayahnya. Dan untuk memegang kendali di lapangan Rico sudah memiliki tangan kanan di setiap cabang cafenya.
Waktu sudah menunjukkan pukul 8 malam. Hana sudah menguap beberapa kali sampai matanya berair menahan rasa kantuk dan juga lelah. Bagaimana tidak! Semuanya hari ini serba mendadak.
Hana sudah tidak tahan lagi. Ia mendekati Rico dan Anton yang masih membahas masalah perusahaan.
"Pak, Tuan! Bolehkah saya ijin pulang ke kontrakan. Saya merasa sangat gerah belum mandi!"
"Ya, pulang lah." ucap Rico acuh.
"Kamu naik apa pulangnya?" tanya pak Anton.
"Pakai taxi online aja, pak." jawab Hana.
"Jangan. Saya akan menelpon sopir untuk mengantar kamu pulang." Hana ingin sekali menolak tapi pak Anton sudah keburu menelpon sopir untuk mengantarnya.
Hana pun mengiyakan. Ia berpamitan dengan Rico dan juga pak Anton. Tidak lupa dia juga berpesan agar segera menghubunginya jika terjadi sesuatu dan lain hal pada tuan Burhan.
Hana turun menggunkan lift menuju loby rumah sakit. Dia berdiri di depan biar sopir tidak kesulitan mencarinya.
*
Waktu sudah menunjukkan tengah malam, terlihat dua orang perempuan tergesa-gesa berlari di lorong rumah sakit. Dengan deraian air mata yang sudah tergenang sepanjang mereka masuk menyusuri rumah sakit.
Di kamar VVIP rumah sakit sudah berkumpul beberapa dokter dan perawat serta beberapa orang penting lainnya. Rico dan pak Anton juga nampak kesedihan di wajah mereka. Rico menyambut kedatangan ibu dan adiknya dengan mata yang berkaca-kaca. Di peluknya tubuh ibunya menumpahkan kesedihannya.
Akhirnya mereka bertiga sama-sama menangis. Pukul 10 malam pak Burhan telah meninggal dunia. Tubuhnya sudah tidak bisa lagi menahan semua penyakit yang menggerogoti tubuh rentanya.
Ternyata saat terakhir pak Burhan bicara dengan Rico, dia sudah menahan rasa sakit yang teramat sangat. Hanya saja tidak ia perlihatkan karena tidak ingin membuat Rico kuatir.
Setelah diskusi dengan Anton berakhir, Rico masuk cek kondisi ayahnya. Ternyata ayahnya sudah mengalami sesak dan kejang-kejang.
"Ibu ingin masuk nak!" ucap ibu Rico masih dengan tangisannya.
Rico membimbing ibu dan adiknya masuk untuk melihat ayahnya. Ibunya semakin keras menangis karena penyesalan yang tidak bisa menemani saat-saat terakhir. Kini ibunya hanya bisa berandai-andai namun semua terlambat.
"Ayah maafkan ibu tidak bisa menemani kamu di saat terakhir kamu." ibunya sesenggukan menangis di depan tubuh pak Burhan yang sudah tertutup kain dari ujung kaki sampai kepala.
"Ayah, Sisil juga minta maaf." Adiknya juga tak kalah sedih.
"Yang sabar ya bu, dek!" Rico menguatkan meski ia juga merasa sedih juga.
Pak Anton menyelesaikan segala urusan administrasi di rumah sakit agar subuh mereka sudah bisa pulang ke kediaman pak Burhan.
Pak Anton juga sudah memberitahu perihal kepergian pak Burhan. Hanya saja pak Anton menyuruh Hana pagi saja ke kediaman pak Burhan.
Semua orang yang bekerja di Dirgantara Company juga sudah mengetahui kabar duka ini.
Setelah kabar meninggalnya pak Burhan tersebar, banyak pesan berbela sungkawa yang dikirim oleh kolega bisnis Dirgantara Company. Begitu juga dengan karangan bunga yang penuh sampai keluar pagar rumah.
Kini jasad pak Burhan sudah di masukkan dalam mobil jenazah dan di iringi mobil yang lainnya. Di rumah juga sudah ramai para tetangga dan juga kerabat pak Burhan yang juga ingin ikut melepaskan kepergian untuk yang terakhir kalinya.
Saat kedatang dan diletakkan di ruang tengah, lantunan surat Yasin sudah terdengar dari tadi. Begitu banyak pelayat yang menyambangi kediaman pak Burhan karena beliau terkenal dengan kebaikannya. Pak Burhan orang yang dermawan dan suka membantu tanpa memandang siapa orang yang di tolongnya.
Jasad pak Burhan sudah di mandikan dan siap untuk di pakaikan kain kafan. Setelah selesai, jasad pak Burhan di sholatkan agar setelahnya di antar ke tempat istirahat terakhirnya.
Kini iringan mobil menuju pemakaman keluarga sudah sampai. Di sana juga sudah banyak yang menunggu. Kini proses pemakaman sudah selesai, jasad pak Burhan sudah tertutup tanah dengan sempurna. Para petinggi agama sedang membacakan bacaan khusus untuk orang meninggal dunia.
Setelah selesai pak Anton tidak lupa mewakili keluarga pak Burhan meminta maaf atas nama almarhum dan mengatakan jika beliau memiliki hutang meskipun seribu rupiah agar segera melaporkan untuk di bayar atau di ikhlaskan.
Meski selesai namun suasana pemakaman masih banyak yang bertahan. Terutama keluarga besar pak Burhan. Sedangkan Hana sudah pulang dengan kariawan lainnya karena menurutnya bukan waktunya untuk mencari perhatian atau jadi perhatian. Suasana masih berduka.
Gurat kesedihan nampak jelas di wajah Rico, bu Mutia, dan Sisil. Para kerabatnya hanya bisa memberikan kata-kata sabar dan mengikhlaskan kepergian pak Burhan agar tenang disisi Nya.
Hampir satu jam mereka bertahan di pemakaman hingga mereka memutuskan untuk pulang.
Malamnya akan di lanjutkan dengan tahlilan untuk mendoakan almarhum pak Burhan. Kegiatan akan dilaksanakan selama tujuh hari kedepan. Selain mengundang ulama, mereka juga mengundang anak-anak panti yang menjadi asuhan keluarga Dirgantara.
Selama berduka, Rico seolah lupa akan Hana. Untungnya Hana bisa memaklumi dan tidak pak Anton juga memberikan pengertian untuknya.
*
Kini sudah sepuluh hari berlalu, meski masih merasa sedih dan berduka tapi masing-masing dari mereka tidak bisa berlarut-larut dalam kesedihan.
Sisil mulai menjalani kuliahnya. Rico hari ini akan menggantikan jabatan ayahnya sebagai presdir dari Dirgantara Company. Perusahaan yang di rintis ayahnya sejak masih sendiri hingga berkembang pesat seperti sekarang.
Hari ini akan di adakan sambutan presdir baru yang akan di laksanakan pukul 10 pagi. Semua kariawan menyambut antusias apalagi para wanita di perusahaan mereka menganggap dengan kehadiran Rico yang kadar ketampanannya sudah tidak di ragukan lagi bagaikan mendapat angin segar.
Semua divisi dan juga kariawan sudah berkumpul. Sembari menunggu kedatang presdir baru, banyak kariawan wanita yang sudah membicarakan presdir baru mereka.
Orang yang di tunggu-tunggu akhirnya tiba, dengan gayanya yang maskulin berjalan kearah podium yang sudah di sediakan Rico berjalan di ikuti oleh Anton.
Untuk pembukaan tentu saja Anton yang terlebih dulu yang merangkap sebagai moderator.
"Waktu dan tempat di persilahkan untuk presdir baru kita untuk memperkenalkan diri!" ucap Anton kemudian di berjalan kebelakang Rico.
Rico maju melihat satu persatu wajah kariawan hingga ia menangkap salah satu wajah yang hampir ia lupakan status dan keberadaannya. Tak berapa lama ia kembali fokus pada tujuannya, mungkin nanti ia akan mengurus urusan pribadinya.
"Selamat pagi semuanya!" sapa Rico dan di jawab oleh semua kariawan yang berkumpul.
"Pertama-tama saya mengucapkan beribu terima kasih atas kesetiaan kalian pada perusahaan dan juga pada almarhum ayah saya pak Burhan Dirgantara. Berkat dukungan kalian lah perusahaan ini berkembang dan semakin maju. Di sini saya Rico Dirgantara Putra akan menggantikan almarhum ayah saya. Mohon bimbingan dan kerja samanya dalam memajukan perusahaan ini. Sekian dan terima kasih."
Rico turun dari podium dan di gantikan oleh Anton lagi. Hari ini di khususkan ramah tamah antara kariawan dengan presdir baru. Makanan pun tak lupa di sajikan. Dan acara akan berlangsung sampai jam makan siang.
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 126 Episodes
Comments
Kenzi Kenzi
bukan budek,.... bu dan dek
2024-05-02
0
Wes Paham
wasik iki critane
tapak tilas wong jawa tengah AA
2021-06-14
0
ayyona
mau malam minggu ke salon dulu
jangan jemu terima jempol ku 😍😘
2020-09-26
0