Sepanjang perjalanan dari rumah sakit ke apartemen Rico, tidak ada satu pun antara mereka berdua yang melakukan percakapan. Rico konsentrasi menyopir mobilnya sedangkan Hana berperang batin di dalam sana.
Hana bingung harus bersikap seperti apa nantinya.
Hampir satu jam perjalanan akhirnya mereka tiba di basemen gedung apartemen Rico. Rico sudah memarkirkan mobilnya namun ia masih belum berniat keluar.
"Tanyakan apa yang kamu ingin tanyakan?" Rico memecahkan keheningan antara mereka.
Merasa mendapatkan ijin Hana tidak menyianyiakan kesempatan itu.
"Apa kita tinggal bersama? Apa yang harus aku lakukan pada mu? Bagaimana dengan pekerjaan ku? Apa aku harus melayani mu?" tanya Hana bertubi-tubi.
Rico yang di berondong pertanyaan hanya bisa ternganga mendengarnya.
"Apakah itu yang mengganggu pikiran mu dari tadi?" tebak Rico
Hana menganggukan kepalanya membenarkan pertanyaan Rico.
"Kita akan tinggal bersama. Kau tidak perlu melayaniku. Urus saja dirimu sendiri. Kau, silahkan bekerja seperti biasa!"
Hana mengelus dadanya "Syukurlah."
"Selama tinggal bersama kita akan tidur terpisah. Dan satu lagi jangan pernah ikut campur semua urusanku, begitu juga sebaliknya. Jangan banyak bicara. Dan juga ..!" Rico menjeda bicaranya, nampak berpikir sesuatu yang akan ia sampaikan.
"Dan juga apa, tuan?" Hana nampak penasaran dengan ucapan terakhir Rico.
"Aku ingin pernikahan ini kita jalani selama enam bulan saja!" ucap Rico.
Hana terkejut mendengar penuturan Rico yang secara tidak langsung mengajukan pernikahan kontrak dengannya. Kenapa tidak saling mencoba meski pun awalnya tidak dilandasi rasa cinta pikir Hana.
"Kenapa, pak?"
"Kamu tau, kita tidak saling kenal. Aku juga tidak mencintaimu. Kita menikah hanya karena ingin menyelamatkan ayah ku saja. Aku tidak bisa jika harus bertahan lama menjalani hubungan ini. Kamu tidak usah kuatir selama kita tinggal bersama aku tidak akan pernah menyentuh mu. Aku juga akan memberikan nafkah untuk mu, kecuali nafkah batin. Selama di kantor kita juga harus jaga jarak." tutur Rico panjang lebar.
Hana tak habis pikir dengan jalan pikiran Rico. Tapi dari pada ribet apa salahnya mengikuti saja kehendaknya. Toh mereka menikah tujuan awalnya kan memang cuma ingin menyelamatkan pak Burhan.
"Baiklah. Tidak masalah. Saya hanya memiliki satu permintaan jika kita, pernikahan kita berakhir nanti, tolong jangan pecat saya."
"Saya janji tidak akan memecat kamu! Sekarang ayo naik, saya mau istirahat." Rico lebih dulu keluar dan di ikuti Hana dari belakang.
"Tuan bagaimana dengan pakaian saya?" Hana baru menyadari kalau mereka kesini tadi ia lupa mampir ke kontrakannya.
"Nanti sore kita ambil." memencet lift menuju lantai 15.
*
Sementara di rumah sakit pak Burhan masih belum sadarkan diri. Pak Anton kuatir akan kesehatan pak Burhan. Karena menurutnya pak Burhan kali ini benar-benar drop.
Hampir dua jam pak Burhan baru sadarkan diri. Ia mengerjapkan matanya menyesuaikan cahaya lampu yang masuk keretina matanya.
"Tuan, anda sudah sadar." Anton segera menekan tombol di samping tempat tidur pak Burhan.
Tidak lama dokter dan beberapa perawat masuk dan memeriksa pak Burhan. Nampak di wajah dokter menyiratkan kesedihan. Operasi memang berjalan lancar, hanya saja pak Burhan sudah mengalami komplikasi. Jantungnya memang bisa di selamatkan tapi sebenarnya bukan hanya itu saja, hati dan juga ginjal pak Burhan juga bermasalah.
Melihat raut wajah dokter pak Burhan mengerti. "Saya pasrah saja dokter." ucapnya lemah "Anton, tolong panggilkan Rico?"
"Baik tuan!" Anton keluar melakukan panggilan. Pada dering ketiga panggilan baru tersambung.
"Ya!" jawab Rico.
"Tuan besar ingin bicara dengan anda dan nona Hana!"
"Baiklah. Kami akan segera kesana!" telpon langsung di matikan. Rico bergegas kekamarnya mencari pakaiannya. Setelahnya Rico mengambil kunci motor.
"Ayo kita ke rumah sakit!" ajaknya pada Hana.
Hana yang baru saja akan duduk langsung berdiri mendengar perintah Rico. Dia masih belum sempat mengagumi akan kemewahan apartemen Rico harus kembali lagi ke rumah sakit. Hana yakin pasti pak Burhan sedang dalam keadaan tidak baik-baik saja.
Rico memutuskan memakai motor saja agar lebih cepat sampai. Ia yakin pasti ada yang tidak beres dengan ayahnya. Sebelum ke rumah sakit ia juga mengabarkan pada ibunya. Dan sialnya ibu dan adiknya baru mendapatkan tiket nanti malam.
Hanya butuh waktu tiga puluh menit mereka sudah sampai. Rico memarkirkan motornya. Rico berjalan cepat ingin segera sampai ke kamar ayahnya. Entah kenapa perasaannya menjadi tidak enak.
Rico membuka pintu kamar rawat ayahnya dan melihat ada dokter yang sedang berdiskusi dengan Anton. Rico berjalan menghampiri untuk meminta penjelasan keadaan ayahnya. Dokter pun menjelaskan sama seperti yang ia jelaskan pada Anton.
"Kita hanya bisa berharap mukjizat tuan untuk kesembuhan pak Burhan." ucap sang dokter.
"Ri-co!" panggil ayahnya terbata-bata dan dengan suara yang lemah.
Rico datang menghampiri memegang tangan Ayahnya "Ya Ayah, Rico disini!"
Meskipun Rico bukan anak yang penurut tapi ia selalu bisa di andalkan ayahnya jika keadaan yang darurat.
"Mana Hana?" pak Burhan tidak melihat keberadaan Hana.
"Mungkin dia masih di belakang ayah. Tadi Rico lari supaya cepat sampai!" jelas Rico
"Nak! Mungkin ayah tidak bisa bertahan lama lagi." uhukk uhukk pak Burhan terbatuk.
"Ayah tidak usah banyak bicara dulu, ya!" Rico kuatir dengan kesehatan ayahnya yang semakin memburuk.
"Ayah tidak apa-apa nak. Rico! Jaga ibu dan adik kamu. Hanya kamu yang bisa mereka andalkan selain ayah. Ayah juga berharap kamu bahagia bersama Hana, dia gadis yang baik nak. Ayah yakin itu. Mungkin kamu masih belum mencintainya tapi cobalah menjalaninya bersama-sama!" pak Burhan menasehati Rico karena pak Burhan yakin Rico masih belum bisa menerima kehadiran Hana. Tapi itu wajar karena mereka bersama juga masih belum 24 jam.
"Ayah tidak usah kuatir dengan ibu dan Sisil. Aku pasti akan menjaga mereka, Yah. Dan untuk masalah Hana, Ayah tidak usah terlalu memikirkannya. Aku akan mencobanya, Yah!" Rico berucap mencoba menghibur ayahnya. Rico tahu akan kekuatiran ayahnya. "Dan juga perusahaan, Rico akan mengganti jabatan ayah di kantor besok."
Pak Burhan tersenyum bahagia mendengar penuturan Rico. Pak Burhan mengangkat tangannya yang terbebas dari selang infus lalu menepuk pelan tangan Rico "Ayah bangga dengan mu nak."
Rico menggenggam tangan Ayahnya "Ayah istirahat saja dulu. Ibu dan Sisil mungkin tengah malam baru akan tiba di sini Yah." Rico menarik selimut dan menyelimuti ayahnya. "Sekarang tidurlah."
Pak Burhan memejamkan matanya dan Rico keluar dengan menutup pintu dengan pelan.
"Tuan!" panggil Hana. Hana sudah lama datang tapi ia tak berani masuk karena ingin memberikan waktu untuk anak dan ayah saling bicara seperti nasehat pak Anton tadi.
"Hmmmm!" jawabnya.
Rico duduk di bangku depan ruangan pak Burhan. Dia duduk dekat dengan pak Anton karena ada beberapa hal yang ingin ia diskusikan masalah perusahaan.
Anton salah satu tangan kanan pak Burhan dalam perusahaan. Jadi Rico pikir pak Anton pasti lebih tau banyak dari pada dirinya masalah perusahaan.
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 126 Episodes
Comments
Wes Paham
tetep lanjot moco nyong pengen ngerti kepiye ceritane gawe penasaran hhhh
tapak tilas wong jawa tengah AA
2021-06-14
0
Thororo
Thor aku mampir ya.
2020-08-16
0
Annelise
mampir yuk ke novel aku love me please,handsome lecture! aku kasih jempol nich!
2020-08-15
0