Kinnas masuk kedalam rumah dengan hati-hati. beberapa orang yang tidak terlalu asing menatap seolah menyambut kepulangan nya. Salah satu dari mereka, seseorang perempuan baya yang kinnas tebak seumuran dengan ibunya menghampiri kinnas dan menyapa layak nya sudah akrab. Kinnas cukup terheran lantaran karena ia tidak mengenal keluarga tersebut.
"duh kinnas udah dewasa makin cantik ya" ujar perempuan paruh baya tersebut dan langsung disambut oleh kinnas dengan sopan untuk menyalim satu persatu tamu orang tua nya.
Setelah itu ia beralih pada ayah yang ternyata sudah menatap nya lebih dulu, lalu disusul dengan ibu nya yang datang dari arah dapur sambil membawa nampan berisi makanan ringan. kinnas segera duduk di samping ayah. Di sebelah ayah ada lelaki yang kemarin menjemput kinnas. Entahlah, tiba-tiba perasaan gadis itu tidak enak.
"ayah kok gak jemput kinnas?" kinnas berbisik pada ayah nya, namun yang menjawab malah sang ibu. tidak diragukan lagi salah satu kelebihan sang ibu memiliki pendengaran sangat tajam.
"ayah kan lagi ada tamu, kamu masuk gih bersih-bersih terus istirahat" ujar ibu.
Kinnas hanya mengangguk sambil sedikit menunduk dan tersenyum kepada tamu nya ayah lalu pergi menghambur masuk ke kamar. Sesampai nya di kamar pun ia masih penasaran. Sangat jarang tamu ayah datang sekeluarga begitu. Biasanya pun yang hanya pasutri atau bapak-bapak seorang diri. Tapi bisa jadi ayah punya teman bisnis baru.
Pikiran kinnas hanya sebatas itu. Selebih nya ia tak ambil pusing dan langsung melakukan night routine yaitu bersih-bersih lalu istirahat. Di tempat tidur, ia melihat ke langit-langit kamar. Mengapa rasanya ia seperti akan merindukan kamar tercinta nya ini. Entah perasaan apa yang ia rasakan saat ini, tapi pasti akan terjadi sesuatu. Kinnas selalu mengandalkan naluri nya yang kuat terhadap situasi.
Memikirkan banyak hal membuat nya terlelap tanpa menyadari jika sang ibu masuk dan melihat keadaan nya dengan tatapan sendu. Ia melihat anak perempuan nya dengan segala beban yang di pikul. Ibu mana yang tidak menyadari keadaan anak nya. Bahkan dari ekspresi kinnas sudah memancarkan kelelahan. Sama hal nya seperti kinnas, ibu nya pun tidak ingin mengungkit dan memaksa kinnas. Biar lah ia memutuskan apa yang terbaik bagi nya. Sebagai orang tua, ibu nya hanya bisa mendukung dan memberi arahan.
Setelah puas melihat sang anak gadis yag terlelap, ia keluar perlahan setelah memberi satu kecupan di kening kinnas lalu tersenyum. Doa ibu selalu menyertai kinnas. Ibu nya lalu menutup pintu kamar dengan perlahan, agar kinnas tidak terganggu oleh suara apapun.
Matahari terbit, kinnas mempunyai kebiasaan terbangun di jam 6 pagi tanpa perlu menggunakan alarm. Bahkan di hari libur pun biasanya dia seperti itu. Gadis itu turun dari tempat tidur dan berjalan keluar kamar. Namun saat tepat berada di depan pintu seperti ada yang aneh dengan rumah nya. Ia tak melihat satu pun barang. Apa perasaan nya saja atau mungkin karena efek baru bangun tidur dan belum sadar utuh. Tapi memang rumah nya terlihat kosong.
Ia berjalan menuju dapur mendapati sang ayah dan ibu yang sudah terduduk lemas tak berdaya. Melihat hal itu membuat ia sadar dan langsung menghampiri kedua orang tuanya.
"yah, bu, ada apa ini?" kinnas langsung pada intinya, ia duduk diantara kedua orang yang sedang memegang pelipis masing-masing. Tampaknya ada hal serius yang terjadi.
Ayah melihat kinnas dengan tatapan yang sendu. Ia tak berani berbicara kepada anak tunggalnya tersebut, tapi tak ada jalan lain selain kinnas harus mengetahui segala kebenaran apa yang sedang terjadi dan menimpah mereka saat ini. Bagaimanapun kinnas juga sudah dewasa dan tetap bagian dari mereka.
"nak, ayah gak tau harus mulai darimana.." ayahnya mulai membuka suara. Perlahan ia menyusun kata per kata di dalam pikirannya untuk menjelaskan pada kinnas.
"seminggu yang lalu tiba-tiba perusahaan ayah drop drastis karena kesalahan sistem dan kebocoran data. Pemasukan semua kandas dan hanya ada pengeluaran yang mendadak tercantum pada hutang perusahaan. Ayah udah berusaha semaksimal mungkin untuk mencari jalan keluar tapi tetap nihil. Perusahaan tetap disebut bangkrut dan segala aset disita, bahkan rumah sama mobil kita juga ikut disita.." penjelasan ayah nya terhenti, membuat kinnas sukses terdiam di tempatnya.
Sudah tidak diragukan perasaan anehnya yang semalaman ia rasakan benar terjadi. Berkat nalurinya yang hebat ia tidak terlalu terkejut sampai histeris. Namun tetap saja rasanya ia masih tak menyangka hal ini terjadi. Lalu bagaimana dengan nasib keluarganya?
"Maafin ayah dan ibu ya nak" ibu nya memeluk kinnas yang masih diam di tempat dan tak berkutik sama sekali. Bayangkan saja, bangun tidur langsung mendapat kabar yang tidak menyenangkan. Bagaikan jarum yang jatuh ke tumpukan jerami, dan kinnas tidak tahu persis dimana jarum itu terjatuh.
Sekali lagi keluarga kecil itu memandangi kesekeliling tiap sudut rumah yang mereka bangun dari nol. Banyak kenangan yang mereka ciptakan di tiap langkah dan sudut rumah ini. Memulai saat kinnas menginjak SMP, saat itu mereka baru memutuskan untuk pindah ke kota. Pada awalnya pun rumah ini ada sepetak bangunan yang terus berkembang bersama usaha ayahnya yang tidak menghianati hasil. Namun sayang, karena roda akan selalu berputar maka tak selamanya mereka trus berada di masa sukses.
Mereka di beri waktu untuk packing barang pribadi selama dua hari. Ayah dan ibu memutuskan untuk kembali ke rumah lama mereka di kampung. Memulai dari awal kembali dengan sisa-sisa tanah sawah yang mereka punya. Nantinya ibu akan kembali berkebun dan membuka usaha kecil-kecilan.
Sedangkan kinnas yang tiba-tiba teringat akan tabungan untuk melanjutkan S2 nya seolah masih menyimpan harapan untuk keluarga kecilnya. Ia memiliki rencana akan simpanannya yang ternyata selama ini tidak sia-sia. Biarlah ia menunda pendidikannya untuk sementara asalkan keluarganya aman. Jadi ayah dan ibu tidak perlu repot-repot untuk kembali ke kampung halaman.
Gadis itu segera berlari menghampiri orang tua nya yang berada di ruang tamu. Langkahnya menjadi perlahan ketika melihat kembali kedatangan tamu ayah tadi malam. Mata nya kini tertuju pada seorang lelaki yang kerap membantunya saat kejadian beberapa hari silam. Ia terhenti begitu tepat berada di sebelah ayahnya dan mengajak sang ayah untuk mengobrol di tempat lain.
Ayah mengikuti langkah kinnas. Saat sampai di halaman belakang kinnas langsung mengajukan pertanyaan tanpa basa-basi terlebih dahulu.
"ayah inget gak kinnas punya tabungan S2 yang disimpan ibu?" Ayah nya justru tak merespon apapun padahal ini adalah secercah harapan untuk keluarga mereka.
"kinnas maaf.." tiba-tiba ibunya menyahut entah darimana.
"tabungan kamu yang ibu simpan juga habis kepake buat keperluan kita"
Kinnas tidak bisa berkata-kata lagi. Harapan terakhir yang ia punya dari hasil jerih payah nya pun sudah kandas. Padahal mengingat ia mengumpulkan uang tersebut dari hasil kerja kerasnya sendiri saat ia baru memulai kuliah, saat itu kinnas benar-benar giat mencari kerja part time kesana kemari dan sampai pada akhirnya ia bekerja tamat dan memulai karir yang jelas, uang itupun masih terkumpul dan lebih banyak lagi. Uang yang bisa dibilang tidak sedikit dari waktu dan pengorbanan yang kinnas habiskan selama hampir beberapa tahun hidupnya, kandas begitu saja?
...─• •─...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 27 Episodes
Comments
Wawanda Tri
/Frown/
2024-02-13
0
Eva
mantap...
2020-08-20
2