Kecewa. Satu kata yang mewakili perasaan kinnas saat ini. Tidak menyangka jika hari ini akan menjadi hari terakhir nya berada di kamar dan kasur yang akan sangat ia rindukan. Kasur ini akan dibawa ibu dan ayah ke kampung halaman bersama barang-barang yang tersisa. Entah sudah berapa lama kinnas terduduk sambil menatap beberapa koper milik nya yang berisi baju dan segala perlengkapan pribadi.
Setelah seharian membereskan semua sisa barang, bahkan sampai keesokan hari nya pun kinnas tak keluar dari kamar. Harapan nya sudah benar-benar pupus ditambah lagi ia sama sekali tak bersemangat. Dua hari mengambil cuti kerja, membuat ia semakin merasa kosong karena tak bertemu dengan teman-teman nya.
Tak lama seseorang mengetuk pintu kamar kinnas. Pukul menunjukkan ke arah jam 10 pagi. masih ada waktu sampai jam 2 siang untuk mereka keluar dari rumah ini. Kinnas membuka pintu mendapati sang ibu yang berdiri tegak di hadapan nya. Entah tatapan apalagi yang saling mereka lemparkan selama dua hari berturut-turut ini. Yang jelas semua terlalu mendadak untuk dicerna.
"Ibu sama ayah udah buat keputusan.." kinnas memutar bola mata malas, apalagi kali ini. Manusia mana lagi yang bisa ia percaya untuk keputusan terbaik.
"Kami semua udah sepakat untuk menjodohkan mu dengan nak arsen"
Kinnas spontan melongo. Sudah jatuh tertimpah tangga pula. Apa memang kebanyakan orang tua mengira solusi anak nya yang tidak memiliki harapan sama sekali adalah menikah. Kinnas jelas menolak semua ini dengan terang-ternagan.
"ibu tau kalau jawaban kinnas udah pasti engga" tegas kinnas.
"karena kita gak punya uang lagi untuk bertahan hidup di kota, kamu harus tetap tinggal dan melanjutkan pekerjaan kamu kinnas"
"terus apa hubungan nya sama nikah?"
"kalau kamu nikah, kan kamu bisa tinggal sama suami dan gak perlu mikirin hidup keluarga kita yang tiba-tiba anjlok ini"
"tapi nikah bukan solusi bu, kinnas tetep gak mau!!"
Bantahan terakhir kinnas seolah menegaskan segala hal dan selesai. Sang ayah menghampiri perdebatan antara ibu dan anak tersebut. Kinnas yang masih keukeuh dengan pendirian nya, sedangkan ibu juga sama. Tak ada jalan keluar selain ayah yang menengahi.
"Arsen datang buat jemput kinnas" ujar sang ayah sambil masuk dan mulai membawa koper milik kinnas.
Gadis itu segera mencegah apa yang dilakukan ayah. Ia menolak sekeras mungkin atas keputusan yang tidak masuk akal ini dan mengancam orang tua nya jika ia akan kabur dan menghilang. Bagaimanapun kinnas bukan anak kecil yang tidak bisa menghidupi dirinya sendiri. Kinnas berlari keluar rumah, melewati lelaki yang sudah menunggu nya sejak tadi. Namun entah naluri apa lelaki itu malah ikut mengejar nya.
"kinnas tunggu!!"
Ia melihat kinnas dalam keadaan yang berantakan, bahkan gadis itu salah memakai alas kaki namun sangking kalutnya ia lari ke pinggir pasar dan hampir di tabrak mobil jika arsen tidak dengan gesit menangkap nya.
Kinnas menepis tangan arsen, ia tak sudi melihat lelaki tersebut. Ayah dan ibu punya pemikiran seperti itu juga pasti karena hasutan dari orang yang bersangkutan. Kinnas sangat yakin akan hal tersebut. Mengapa hidup nya jadi sangat menyedihkan seperti ini. Memikirkan segalanya kinnas sudah tak berdaya sampai-sampai terjongkok di pinggir jalan dan menangis.
Arsen yang melihat hal tersebut ikut berjongkok mencoba menenangi keadaan. namun nihil, kinnas semakin berteriak kencang hingga menjadi pusat perhatian. Sangking panik nya hingga arsen mau tak mau bertanya apa yang di inginkan oleh kinnas supaya ia tak bertingkah seperti ini.
Mendengar hal tersebut, kinnas menengadah dan menatap lelaki itu lekat-lekat. Namun yang terpikirkan oleh arsen malah ekspresi wajah sembab kinnas yang sangat menggemaskan. Tangan lelaki itu spontan bergerak menghapus sisa air mata yang menggantung di pipi mulus kinnas.
"pertama hiks... aku gak mau nikah!!" tegas kinnas diselingi dengan isak tangis nya.
Wajar sih jika kinnas tidak menolak perjodohan konyol di istuasi seperti ini. Bahkan arsen juga tidak begitu mengambil pusing apa yang dikatakan oleh kedua orang tua mereka, kalaupun harus menikah pasti akan butuh waktu. Arsen sendiri pun mengerti akan hal itu.
"yang kedua, aku gak mau tinggal sama orang lain, takut hiks"
Kalau yang ini sulit. Masalah nya arsen sudah berjanji lebih dulu akan menolong ayah dan ibu kinnas untuk membawa anak mereka agar tinggal di rumah keluarga nya sementara menunggu semua kembali dan pulih. Arsen menarik nafas mencoba menjelaskan sesuatu pada gadis di hadapan nya. Tapi sebelum itu ia melempar satu pertanyaan.
"memang nya apa alasan kamu gak mau?"
Satu pertanyaan yang sukses membuat kinnas berhenti sejenak lalu spontan menatap lelaki dihadapannya. Ia seperti mengabsen setiap sudut wajah arsen.
"karena aku takut sama kamu yanh kayak om om huwaa" tangis nya malah semakin pecah.
Seumur hidup, tidak ada yang pernah mengatakan arsen seperti 'om-om' baru ini ia mendengar dan sedikit merasa kesal. Alhasil ia tidak peduli lagi, mau kinnas menerima nya atau tidak ia segera menggendong kinnas layak nya sebuah karung dan membawa gadis yang meronta-ronta itu untuk kembali kerumah. Tak peduli jika orang-orang melihat keadaan mereka. Siapa suru ngatain mirip om-om, walaupun memang sudah pantas. Batin arsen kesal.
Mereka akhirnya kembali. Keputusan pun sudah ditentukan agar perjodohan dibatalkan tapi dengan syarat kinnas jadi tinggal di rumah keluarga arsen. Mama arsen sendiri yang meminta, alasannya karena ia sangat menyukai kinnas sejak mereka dulu masih tetanggaan di kampung halaman. Bahkan dulu kinnas sering diajak liburan dengan keluarga arsen. Tapi mana mungkin kinnas mengingat hal itu karena pada waktu itu kinnas masih berumur 4 tahun.
Sebelum datang kerumah arsen, mereka mengantar orang tua kinnas terlebih dahulu ke statiun. Kinnas sangat sedih, bagaimana bisa ia menjalani keseharian tanpa ayah dan ibu. Siapa yang mengantar jemput kerja, siapa yang membuat sarapan pagi. Membayangkan hal itu betapa tersiksa nya ia nanti di kemudian hari. Arsen menyentil pelan kening kinnas yang tampak berkerut karena terlihat sedang memikirkan sesuatu. Meski tidak sakit, kinnas tetap berdecak dan mengadu kesakitan.
"nethink mulu kenapa sih" sindir arsen yang duduk di sebelah kinnas.
Kinnas menghela nafas. Dalam hati nya mendumel, mengapa om-om satu ini terus mengikuti dan duduk di dekatnya, padahal begitu banyak kursi di statiun ini. Tapi jika diperhatikan, apa arsen sudah merasa dekat dan akrab dengan kinnas hanya karena ia merespon apa yang arsen katakan? jangan harap!
Ekspresi kinnas kini persis seperti karakter antagonis yang ada di sinetron. Ia mendumel dan beberapa kali memasang tampang kesal seperti melotot sendiri atau sekedar menggigit bibir nya. Memperhatikan hal itu membuat arsen terkekeh pelan. Kinnas tak menyadari jika ada yang memperhatikan nya saat ini.
Waktu menunjukkan pukul 3 sore, tak terasa ia akan segera berpisah dengan orang tua nya. Lagi-lagi kinnas menangis di pelukan sang ibu yang menggeleng kepala heran. Apa memang anak nya se-dramatis ini. Tapi ibu nya sendiri pun bahkan tidak pernah terpikir untuk hidup terpisah dengan kinnas. Bagaimanapun keputusan mereka sudah tepat. Toh keluarga arsen juga bukan keluarga orang lain. Ayah ibu kinnas juga sudah menganggap arsen sebagai anak sendiri. Lebih tepat lagi sebagai calon menantu idaman.
Setelah berhasil menenangkan anak gadis nya, mereka pigi dan berpesan agar kinnas tidak menyusahkan keluarga arsen dan tidak membuat keributan, kinnas juga sesekali diizinkan untuk mengunjungi mereka di kampunh jika ada cuti besar seperti hari perayaan. Pada akhirnya pun gadis itu mengangguk dan berpisah dengan kedua orang tua nya. bayangkan betapa ia akan sangat merindukan ayah dan ibu.
...─• •─...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 27 Episodes
Comments
Wawanda Tri
semangat bwat kinnas..
2024-02-13
0
moon lovers
kasihan kinnas /Cry/
2024-02-13
1
Pink Panther
cicilan 5 like+rate 5👍
likeback ke Who is He ya, dah UP😄💕
2021-03-30
0