Tok tok
H e n i n g ~
Tidak ada balasan. Lidya tidak menyerah, Dia mencoba lagi.
Tok tok tok
Hening sesaat lalu sebuah suara terdengar.
"Masuk."
Dengan perlahan Lidya membuka pintu tersebut. Terlihat sosok dua pria yang tengah menatapnya saat ini. Pria dengan rambut coklat pucat dengan beberapa kertas ditangannya tengah berdiri didepannya. Satu lagi adalah pria dengan wajah rupawan yang tengah menatapnya tajam sedang duduk tepat menghadap kearahnya.
Lidya tidak memasang ekspresi apa-apa, hanya raut tenang andalannya. Sedangkan pelayan yang dibawanya sedang gemetar tidak berani mengangkat wajahnya.
Hening cukup lama
Tidak ada yang ingin membuka suaranya. Semuanya diam dan hanya saling menatap tanpa banyak pergerakan seolah hukum mengatakan Kau gerak, kau kalah. Oliver bahkan sampai keringat dingin berada disituasi ini. Ada apa dengan mereka.. Batinnya.
Kenapa aku terjebak diantara orang-orang berwajah dingin ini?!!
Sepertinya salah satu pria berniat mengalah. Dia terbatuk pelan menghilangkan suasana canggung ini.
"Ehem.. Ada apa nona datang kemari? Apakah ada sesuatu yang nona butuhkan?" Tanyanya dengan senyum ramah.
Lidya diam sejenak lalu menjawab "Tidak ada. Saya hanya sedikit merindukan ayah saya. Sudah lama rasanya tidak bertemu beliau semenjak saya sakit, mungkin pekerjaannya sebanyak itu hingga tidak bisa meluangkan waktunya untuk menjenguk putrinya yang sedang sakit. Namun saya bisa memakluminya." Ucap Lidya diikuti sebuah senyuman.
Sesaat, Alverd terbatuk mendengar sindiran yang dilayangkan padanya. Hendrick sebagai asistennya juga ikut berdehem pelan menyadari hal tersebut. Terlebih melihat senyum Lidya yang entah kenapa sangat tidak nyaman untuk dilihat. Seperti senyuman yang penuh akan paksaan dan terlihat mengerikan.
"Uhuk seperti yang nona ucapkan, tuan duke memang memiliki banyak kesibukan akhir-akhir ini karena itu ia belum bisa menemui nona. Namun tuan duke selama ini telah memantau perkembangan nona melalui tabib dan pelayan, jadi meski ditengah kesibukan pun tuan duke tetap memperhatikan nona." Jelasnya
Lidya memasang raut berfikir "Sepertinya ayah dan tuan Hendrick sangat mempercayai pelayan disini ya.. hingga perkembangan putrinya benar-benar diserahkan pada orang lain."
Lagi-lagi senyum aneh makin terlihat di wajah Lidya yang membuat mereka bingung sekaligus heran "Kalau begitu tidak ada yang bisa saya lakukan disini, Keperluan saya sudah selesai. karena itu saya permisi... Terimakasih dan maaf mengganggu waktu sibuk anda, Duke." Lidya tanpa pamit langsung melenggang pergi meninggalkan ruangan itu. Oliver sendiri buru-buru menunduk hormat lalu mengikuti nonanya.
Oliver membatin 'Apa dia bodoh!? Setelah menyindir duke habis-habisan gadis bodoh ini pergi begitu saja tanpa memberikan salam! Benar-benar tidak tau sopan santun!' Makinya dalam hati.
Lidya sendiri masih memasang raut tenang yang tanpa orang sadari senyum miring terbit dibibirnya 'Umpan berhasil dilempar!'
.
.
Disisi duke
Sepeninggalan Lidya, ruangan terasa jauh lebih hening. Hendrick merasa aura yang dipancarkan duke saat ini cukup menyeramkan. DIa menelan ludahnya kasar "Tuan----"
"Hendrick."
Hendrick tersentak "Y--ya tuan?"
"Menurutmu apa yang terjadi pada anak itu?" tanya Alverd seraya mengatupkan kedua tangannya dan menyanga dagunya.
Hendrick diam "Saya..." ucapnya seolah ragu hingga memilih untuk tidak mengatakan apapun lagi
Alverd terkekeh sinis "Lihat, kau juga tidak tau apa yang terjadi pada nya. Begitu pula aku." Alverd menyandarkan punggungnya, dengan nafas berat berkata "Kau juga melihat bukan cara anak itu tersenyum dan menatapku?"
Hendrick menunduk. Benar, bagaimana mungkin ia tidak menyadarinya, selain sikap Gricella yang tiba-tiba berubah, hal mencolok lainnya ialah senyuman dan tatapan yang dilayangkan Gricella pada duke. Biasanya setiap bertemu atau bertatapan, putri angkat dari tuannya itu akan melayangkan tatapan berbinar dengan senyum cerianya, namun kini?
Hendrick menghela nafas berat "Saya menyadarinya tuan."
Alverd memejamkan matanya lalu bersandar "Sebenarnya apa yang terjadi pada anak itu.." Gumamnya seraya memijat pelipisnya pelan.
"Sepertinya ayah dan tuan Hendrick sangat mempercayai pelayan disini ya.. hingga perkembangan putrinya benar-benar diserahkan pada orang lain."
Alverd mengernyit heran.
Pelayan?
Seketika matanya terbuka lebar "Anak itu sempat menyinggung para pelayan bukan?"
Hendrick setikit mengkerut "Benar, tuan. Dan saya mengingat raut wajah nona yang berubah setelah saya mengucap kata pelayan."
Mendengarnya membuat Alverd seketika bangun "Hendrick!"
Hendrick sedikit terlonjak namun dengan sigap memasang posisi siaga "Saya, tuan."
"Awasi pelayan disamping anak itu dan seluruh kediaman ini. Para prajurit dan kesatria tidak luput dari pengawasanmu. Ini bukan tugas umum untuk semua kesatria, tapi ini tugas rahasia yang hanya dilakukan oleh mu." Ucap duke dengan tatapan tajamnya.
Hendrick mengangguk yakin "laksanakan, tuan."
Duke mengangguk "Kupercayakan padamu. Nasib putriku ada ditanganmu, jangan sampai kau melewatkan suatu hal yang penting. Semua yang kau tangkap dalam pengawasanmu laporkan padaku. Entah itu hal yang sekecil apapun."
"Baik!"
...-oOo-...
Kembali pada Lidya
'Bagaimana mengatakannya ya.. Apa kukatakan saja? Bagaimana kalau dia marah? Harus kuakui anak ini sangat menyeramkan saat marah. Sikapnya benar-benar berubah, karena itu aku harus berhati-hati sekarang.'
'Tapi bukankah dia seharusnya masih terlalu menyayangi duke? Seharusnya begitu. Kalau memang seperti itu tidak masalah aku mengatakan ini'
Setelah Oliver memantapkan diri dia lalu mulai bicara "N--nona a--apa kau bodoh?!" Makinya gugup. Dia memejamkan matanya merutuki suaranya yang terdengar gemetar.
Segera langkah Lidya berhenti, Lidya menoleh dengan raut menyeramkan "Kau bilang apa?" Tanyanya dingin.
Oliver menelan ludahnya kasar "M--maksud saya tentu saja anda terlalu bodoh! Duke akan sangat membenci anda jika anda melawan seperti tadi."
Lidya mendekati pelayannya yang semakin gemetaran "Lalu apa hubungannya dengan kau mengataiku bodoh?"
'Karena kau memang bodoh, dasar nona tidak berguna.' Namun perkataannya hanya bisa ditelan mentah-mentah "Bukankah anda s--sangat menyayangi duke dan ingin mendapatkan perhatiannya?"
Lidya diam kemudian tatapannya menajam "Apa yang kau tau? Tau apa kau tentangku?"
Oliver mengangkat dagunya mencoba menyombongkan diri "Saya tentu saja tau semua tentang anda, tentang anda yang selalu bertingkah manis di depan duke untuk menarik perhatiannya, anda yang selalu mengikuti duke keluar masuk istana demi menemui putra mahkota, anda yang selalu diam-diam memperhatikan putra mahkota untuk mengetahui kesukaannya kemudian bertingkah seolah anda menyukai hal yang sama seperti yang di sukai putra mahkota."
Lidya melotot terkejut 'Apa-apaan suaranya? Dia sengaja mengatakannya dengan intonasi itu agar semua orang mendengarnya?! Sialan pelayan ini!' geramnya dalam hati. Lidya mulai mengepalkan tangannya menahan amarah
"Lalu tentang anda yang memakai pakaian mewah demi menarik duke dan para putra bangsawan agar menatap anda, Lalu anda yang belajar mati-matian agar diakui Duke, lalu tentang kegagalan anda dalam setiap pelajaran etika. Padahal tiap gurunya selalu diganti dan tidak hanya satu guru yang mengajari anda, namun mau sehebat apapun guru itu tetap tidak bisa mengajari anda, lalu apa kata-kata yang lebih tepat untuk anda kalau bukan bodoh? Tidak berguna?" Tanyanya dengan senyum meremehkan.
Lidya menatap dingin Oliver "Hentikan atau kau akan menyesal." Peringatannya barusan seolah angin lalu bagi Oliver.
"Kenapa? Anda malu kebodohan anda diketahui para pelayan? Tidak perlu malu, nona, lagipula semua pelayan sudah tau. Ah kecuali beberapa hal mungkin. seperti alasan sikap anda yang tiba-tiba berubah lantaran anda ingin menguasai kediaman?"
PLAKK
Oliver memegang pipinya yang memerah. Lidya mendesis "Bukankah sudah ku peringatkan kau untuk diam?"
Bukannya diam, Oliver justru semakin ngelunjak
"KENAPA?? ANDA MEMANG SENGAJA MELAKUKAN SEMUA ITU UNTUK MENARIK PERHATIAN SEMUA ORANGG!! APA AKU SALAH?"
HAHH??!!
Semua terkesiap tidak menyangka alasan perubahan Gricella karena itu. Bahan gosip baru telah muncul, rumor-rumor baru akan segera menyebar ke penjuru kekaisaran. Para pelayan mulai bergosip mengejek dirinya, sementara Oliver tersenyum puas.
'Rasakan!'
Jadi itu alasan anak itu tiba-tiba berubah!
Sungguh tidak tau diri!
Sudah diangkat menjadi bangsawan masih ingin mencoba menguasai kediaman?!
Benar-benar anak yang tidak tau diri!
Apa yang bisa disebut bangsawan dari anak itu? Beretika sesuai standar kebangsawanan saja tidak bisa
Kenapa anak itu tidak di keluarkan saja dari kediaman ini
Bila perlu penggal saja kepalanya
Dasar tidak tau diuntung!
Kenapa duke mengadopsi anak ini?
Setiap guru yang mengajarnya saja menyerah
Sebodoh itu kepalanya
Menjelekkan nama baik Duke Velvord saja
Benar! Kenapa harus menguntit putra mahkota
Bahkan rumor itu sudah tersebar ke seluruh kekaisaran
Aku dengar kekaisaran sebelah pun sudah tau rumor ini
Nama keluarga duke Velvord akan semakin terkenal
Jika dulu karena keganasan duke saat perang, kali ini karena duke yang salah mengangkat seorang putri
Nama Velvord benar-benar dipertaruhkan kali ini
Sungguh malang hanya karena mengangkat seorang anak sialan wajah duke dipertaruhkan
Aku bahkan bisa lebih baik darinya
Wajah mu yang biasa-biasa saja itu justru akan semakin mempermalukan keluarga yang mengangkat mu
Sialan! Ini lebih baik dibanding tidak bisa beretika
Benar
Anak itu hanya unggul di wajah saja
Tapi pintar tanpa penampilan juga percuma
Benar
Intinya anak itu telah mempermalukan duke karena kebodohannya
Padahal sebelumnya baik-baik saja sebelum kehadiran anak itu
Benar-benar anak sialan!
Sedangkan dilain sisi ada seorang pelayan yang mengintip "Ini kabar yang sangat menggemparkan. Para nona pasti akan menyukai kabar baru ini.." Gumamnya senang kemudian pergi menghindari kerumunan itu.
Senyum Oliver semakin mengembang. Dia menoleh memperhatikan wajah nonanya yang menunduk.
"Jadi apa yang akan kau lakukan, nona?" Ucapnya sembari menahan ringisan dipipinya.
Sedangkan Lidya yang menunduk diam-diam tersenyum miring dengan pancaran mengerikan dari matanya.
"Sial, ini sungguh mendebarkan...!" Ucapnya dengan seringai lebar menghiasi bibirnya
.
.
.
To be continued_
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 59 Episodes
Comments
Yandiitee
sorry kak, di bab sblmnya plyannya blng dia dipanggil Duke, trus dibab ini knpa asisten Duke nanya knpa dia ksna?
2025-01-03
1
panty sari
pelayan ga kapok yah masih aja ngelawan majikan
2024-09-27
0
Ririn Santi
kelamaan membiarkan pelayan" kampret tetap berkeliaran /Shy/
2024-09-03
0