4 | Koki Sialan!

Lidya kini tengah menikmati semiran angin sore dari balkon kamarnya. Melihat aktivitas pelayan dari atas sini entah kenapa jadi hiburan tersendiri baginya. Namun dengan sialnya, bunyi suara memalukan menghancurkan semuanya.

Kruyukkk

"Sial! aku lapar." Desis Lidya kesal menahan malu. Padahal tidak ada siapapun disana namun dengan anehnya wajahnya memerah menahan malu karena suara itu.

"Padahal selama aku hidup dulu, tak pernah aku mendengar suara ini keluar dari perutku sendiri, selain saat bertahan hidup dihutan tentunya."

"Bahkan tidak ada satu orangpun yang kemari semenjak aku bangun."

Lalu tak lama..

BRAKK

Suara dentuman pintu terdengar, disusul suara marah seseorang dari belakang tubuhnya.

Ya... Lidya saat ini memang sedang duduk membelakangi pintu.

"Jadi kau sudah sadar!? Bagus. Sudah saatnya kau diberi pelajaran." Pelayan pribadinya--- Oliver berjalan cepat kearah Lidya

"Anak ini... kau sengaja, bukan, memecahkan vas untuk memanggil tuan Hendrick kemari?! Lalu tepat setelah dia masuk kau berpura-pura pingsan seolah mengatakan kalau aku tidak merawat mu dengan baik. Kau berencana mengadukan sikapku selama ini padanya?!!" Teriak Oliver tepat dibelakangnya. Lidya tidak menanggapi, ia hanya diam tak bergeming masih dengan menatap lamat langit diatasnya.

Oliver yang tidak terima diacuhkan pun menyentak tangan Lidya menghadap kearahnya.

"Oohh sepertinya kau mulai berani ya.." Geramnya kesal.

Lidya menyentak tangannya kesal.

"Bisakah kau bertingkah sesuai kelasmu? Berani sekali kau bertindak tidak sopan dengan menarik lengan majikanmu?"

Oliver melotot kaget "Ha?! Jadi kau benar-benar berani sekarang? Memangnya kau siapa berani mengatakan itu padaku?"

Belum sempat Lidya menjawab, ucapannya langsung dipotong.

"Kau pasti ingin bilang bahwa kau nona disini bukan?" Oliver kemudian tersenym sinis "Apa perlu kuingatkan? Kau hanya sekedar anak angkat, jadi jangan berlagak seolah kau benar-benar bangsawan disini. Kalau bukan karena kasihan padamu, duke tidak akan mengangkatmu dan nasibmu pasti tidak lebih baik dariku yang seorang pelayan. Dan kemungkinan kau malah akan menjadi gelandangan disana."

Melihat lawannya hanya diam tak membalas, senyumnya semakin melebar "Kenapa diam? Mana sikap beranimu tadi nona? Apa kau takut aku mengadukan ini kepada duke? Tenang saja aku tidak akan melakukan itu kalau kau mau membersihkan sepatuku sekarang. Bagaimana?"

Lidya diam tak membalas. Wajahnya hanya menampilkan raut datar tak terbaca.

Oliver yang melihatnya geram "Kenapa kau diam? Cepat atau aku akan---"

Hahahaha..

Tawa Lidya lepas seolah yang dikatakannya sangat lucu. Oliver terdiam kaku. Mengapa anak ini..

"Hahaha... Mengadukan katamu? Kau benar-benar akan melakukannya?" Tanya Lidya lalu duduk dengan wajah menantang.

Oliver melotot terkejut, tak menyangka akan mendapatkan pertanyaan seperti itu

"Te--tentu saja! Kenapa tidak?" Tantangnya dengan wajah songong.

Lidya tersenyum tenang "Oh ya? Kalau begitu silahkan."

Oliver mengerut tidak mengerti.

"Silahkan kataku. Kau bilang ingin mengadukanku pada duke, bukan? Maka silahkan, aku tidak takut. Tapi mari kita lihat, siapa yang akan dihukum nantinya."

Senyum miring terbit dibibirnya "Kau yang seorang pelayan yang telah kurang ajar padaku, atau aku yang memarahimu karena tidak sopan pada majikanmu."

"Menurutmu siapa yang akan dihukum?" Tanya Lidya dengan dagu terangkat.

Oliver menjawab dengan terbata-bata "K-kau.. Ingat, kau hanya anak angkat disini dan aku----"

"Seorang pelayan?"

Oliver melotot tak terima.

Lidya tersenyum miring "Kenapa? Aku benar, bukan?"

Lidya bangkit mendekati Oliver yang tanpa sadar mundur saat jarak mereka semakin dekat.

"Aku memang anak angkat, namun kenyataannya pun kau hanya seorang pelayan. Kau disini untuk melayaniku, karena kau pelayanku. Dengan kata lain, tanpa adanya aku disini, kau mungkin tak akan pernah menginjakkan kakimu diisini seumur hidupmu."

"Bahkan jika aku mau, aku bisa memecat mu sekarang juga." Lidya mendongak agar melihat wajah pucat milik pelayannya yang jelas lebih tinggi darinya saat ini. Dengan santai dia merapikan pakaian pelayannya yang menampilkan belah dada wanita itu.

"Jadi mohon kesadaran dirinya ya, pelayanku." ucap Lidya lalu tersenyum manis.

Tanpa sadar tubuh Oliver bergetar merasakan aura menyeramkan dari gadis didepannya. Tubuhnya langsung jatuh terduduk lantaran kakinya yang tiba-tiba melemas.

"MAAFKAN HAMBA, NONA!!"

'Tidak, ini tidak bisa dibiarkan! Kenapa anak ini tiba-tiba berubah sepintar ini? Dulu ketika diancam akan diadukan pada duke, dia langsung panik. Namun sekarang? Kenapa tiba-tiba melawan?!' dalam hati Oliver gigit jari.

'Apa yang harus kulakukan...??'

"Bersujud."

Titah Lidya dan dengan patuh Oliver melakukannya.

Apalagi aura mengerikan ini, auranya membuat tubuhnya tanpa sadar mengikuti perintahnya. Seolah-olah.. anak ini terbiasa memimpin dalam hidupnya.

Hey.. Jangan salah. Anak yang sedang kau lawan ini mempunyai pengalaman memimpin ratusan ribu orang sejak dia berusia 6 tahun. Dan kini umurnya adalah 19 tahun, berarti 13 tahun pengalamannya memimpin. Dan kau yang hanya seorang pelayan bermental yupi ingin melawannya? Maka coba kalahkan dulu para musuh yang pernah menjadi lawannya dulu, tapi di akhirat! Karena secara garis besar, orang yang pernah berurusan dengannya selalu berakhir di akhirat.

Dan karena Oliver telah menyenggol kesabarannya hari ini, maka dia akan menjadi salah satu penghuni akhirat sebentar lagi. Tunggu sampai dia benar-benar memukul kesabarannya, maka saat itu juga nyawanya melayang.. Tunggu saja.

"Kau ingin aku memaafkanmu?"

Oliver mengangguk cepat "b--benar nona. Ha--hamba bersalah, tolong maafkan hamba."

"Kalau begitu carikan aku makanan! Ada kesalahan sedikit saja pada makananku, maka sikapmu selama ini akan berakhir di telinga duke." Ancamnya tidak main-main. Dengan segera Oliver bangkit dari sujudnya lalu ngacir keluar menghindari tatapan leser Lidya.

Lidya tersenyum remeh "ini baru permulaan~" Ucapnya sembari bersiul.

.

.

.

Hoshh..hosh..

"Si sialan itu.." Geram Oliver dengan tatapan tajamnya.

"Berani sekali dia!"

"Anak pungut itu pikir dia benar-benar bagsawan!?"

"Hanya anak pungut saja berani-beraninya melawanku."

Lihatlah Oliver yang tak berhenti menggerutu sepanjang perjalanan. Disekitarnya terlihat pelayan lain yang membicarakanya dengan tatapan aneh.

"LIHAT APA KALIAN?! BERANI DENGANKU? AKU INI PELAYAN PRIBADI NONA DISINI! JADI JANGAN MACAM-MACAM KALIAN!!"

Para pelayan yang mendengarnya berdecih sinis lalu meninggalkannya.

Lalu salah satu pelayan disana menggerutu "padahal sama-sama pelayan...."

Dan hal itu didengar Oliver "APA? BERANI SEKALI KAU!!"

Yahh inilah Oliver.. Di depan nonanya dia mengolok-olok namun dibelakangnya memanfaatkan kekuasaannya.

"Cih mereka itu, padahal hanya pelayan rendahan, berani-beraninya dengan ku!" Geramnya lalu pergi menuju tujuan awalnya yaitu dapur.

...-oOo-...

Tok tok tok

"Masuk!"

Terlihat Oliver keluar dari balik pintu dengan troli yang berisi makanan sedang didorongnya, dia berjalan mendekati Lidya tak lupa menutup pintu.

Lidya mengernyit melihat makanan yang dibawa oleh pelayannya, 'Apa-apaan itu?' batinnya jijik.

"Ini makanan yang anda minta, nona." Ucap Oliver ketus lalu mulai menghidangkan makanan itu dimeja yang ditempati Lidya.

"Tunggu, apa yang kau lakukan?"

Oliver memutar bola matanya malas "Apa lagi? Menata makanan ini tentunya, nona."

Lidya diam memperhatikan makanan itu sekali lagi. "Kau yakin itu sebuah makanan?"

Sejenak Oliver berhenti bergerak, tak lama, kemudian lanjut menata lagi tak mempedulikan keraguan majikannya. "Apa maksud anda? Ini adalah makanan yang biasanya anda makan. Bukankah anda sudah setuju untuk memakan ini?" Selesai dengan makanan yang dibawanya, Oliver kembali tegak.

Dia memasang wajah sedih "Nona sendiri tau bagaimana keuangan duke selama ini. Jika nona membuang-buang uang hanya untuk membeli sebuah makanan untuk nona, bukankah duke akan sedih karena nona?"

Ucapnya dengan tampang minta ditabok. Lihatlah tatapannya yang seolah meremehkan.

Lidya mengabaikannya, masih dengan menatap makanan ini dengan tatapan yang---- err.. kalian pasti tau.

"Makanan lengket menjijikkan apa ini?" Tanyanya seraya menyendok makanan berwarna kekuningan yang diragukan bisa dimakan atau tidak. Lihatlah teksturnya yang seperti ingus ini. Benar-benar mengocok perut untuk keluar!

Dengan tenang Oliver menjawab, "Itu adalah campuran dari minyak seekor ikan dengan beberapa bumbu juga obat. Minyak ikan dipercaya tabib dapat membuat seseorang semakin pintar dan cantik apabila dikonsumsi setiap hari."

Lidya menatap horor pelayan didepannya 'Minyak ikan?! Yang benar saja!'

Ayolah semua orang juga tau bahwa tidak semua ikan bisa dikonsumsi seperti ini. Dan lagi, Minyak ikan baru bisa dikonsumsi setelah proses yang lama! Bukan seekor ikan yang diperas minyaknya lalu diminum!

Pantas saja makanan ini bau dan terlihat banyak sesuatu didalamnya. Rupanya itu adalah organ ikan yang tertinggal dan tidak dibersihkan.

Mengesampingkan makanan itu, Lidya berpindah pada makanan aneh yang lainnya. Lidya mengangkat makanan yang terlihat seperti daging--- Tunggu, ini.. ada berapa jenis daging disini?

Melihat makanan yang diangkat Lidya, Oliver menjawab "Itu adalah makanan yang sering dimakan disini, nona. Itu adalah campuran dari beberapa daging lalu disatukan kemudian dipanggang."

'Campuran daging?!'

Lidya lalu mendekatkan makanan itu pada hidungnya.

"Huweeekk APAKAH INI DAGING BASI?!" Bentak Lidya marah.

Oliver menunduk gemetaran "Se-seperti yang anda tau, nona. Keuangan duke sedang menipis, ja-jadi kepala koki bilang semua bahan disini menggunakan bahan sisa-----"

"SIALANN!!!"

PRANGG

Oliver semakin gemetaran

"Kau--- kau membiarkan majikanmu memakan makanan sisa?!"

Oliver diam tidak menjawab namun itu sudah berhasil menjawab pertanyaannya. Lidya mengacak rambutnya kesal. Peduli amat soal kerapian bangsawan, lagipula tidak ada bangsawan disini.

'Sialan. Pantas tubuh ini begitu kecil dan ringkih, makanannya saja seperti makanan tikus. Kini aku bersyukur makanan ini tidak tiap hari dikonsumsi. Bisa-bisa anak ini akan mati secara perlahan karena organnya yang rusak.'

"Siapa yang memberikan makanan ini?"

"Ke--Kepala koki."

Oliver masih menunduk ngeri. Entah sejak kapan, tapi saat ini dia takut pada aura yang dikeluarkan oleh nonanya.

'Sialan! Padahal dia hanya seorang anak keci!'

Lidya kemudian bangkit "bajingan itu-- maksudku--- kepala koki, dia berada di dapur, bukan?"

"B-Benar, nona."

"Bawa aku kesana!"

Oliver mengernyit "Maksud nona dapur?"

"Tentu saja! Jadi cepat! Karena aku sangat lapar akibat ulah seseorang yang tak memberiku makan berhari-hari."

Glek

"Jangan kau pikir kau akan lolos. Aku akan menghukummu nanti setelah aku menghajar kepala koki itu."

'Berani sekali dia memberiku makan daging busuk! Anggap saja ini balasan karena telah memberikan tubuh ini makanan yang tak layak selama ini. Tunggu saja.'

...-oOo-...

Diperjalan, Lidya selalu mendengar banyak pelayan-pelayan yang berpapasan dengannya selalu membicarakannya, bahkan sampai ada yang dengan tidak sopan menatap sinis Lidya. Ia yang awalnya tak peduli, lama-lama panas juga..

"Hey bukankah itu putri angkat yang sering di bicarakan?"

"Kau benar, itulah dia. Terlihat sekali darah rendahan dari wajahnya."

"Anak itu terlalu beruntung."

"Ya kau benar."

"Lihatlah caranya berjalan. Benar-benar tidak mencerminkan seorang putri bangsawan, cih menjijikkan harus melayaninya."

"Jika pun aku ditunjuk untuk melayaninya, aku tidak akan sudi!"

"Tentu saja! Dia bahkan bukan bangsawan asli, hanya anak ber-keberuntungan tinggi yang diadopsi oleh duke.."

"Kau benar Hahahaha.."

Lidya menggertakkan giginya, sial mereka semua merendahkan nya. Lihat saja, kali ini mereka selamat namun tidak dilain waktu. Beruntunglah mereka, saat ini ia sedang lapar, jadi kali ini ia memilih untuk mengurusi perutnya yang kelaparan. Jika perut nya sudah diisi, jangan harap para anjing itu akan selamat. Berani sekali menggonggong pada majikan.

Bukankah seharusnya seekor anjing tunduk pada majikan? Tidak harusnya mereka memberontak seperti ini.

Yaa.. mereka perlu dihukum..

Hukuman seperi apa yang cocok untuk seekor anjing yang berisik ya..

Apakah memotong lidah mereka terlalu ringan? Kurasa tidak. Itu cukup untuk membuat para anjing itu berlari ketakutan lantaran suara mereka yang memalukan.

Lidya menunduk menyembunyikan seringai devil dengan kilat bahaya dimatanya.

Oliver yang melihat Lidya menunduk pun tersenyum miring. Oliver mengira Lidya hanya berani kepadanya karena dia sendiri. Tapi lihatlah! Bahkan saat ini dia sama sekali tidak berani mengangkat kepalanya dan memilih menunduk karena takut.

Oliver tersenyum sinis. 'Lihat saja akan kubalas penghinaan yang kau berikan sebelumnya.'

Tunggu saja!

Haha sepertinya Oliver berencana memasuki kandang harimau lagi setelah kemarin selamat karena dikasihani. Kita tidak tau hukuman apa yang akan menunggu nya ketika berani membuat singa yang tertidur terbangun karena ulahnya.

...****************...

Tepat ketika Lidya berada didepan pintu dapur kediaman Velvord, samar-samar ia mendengar tawa yang menggema dari ruangan itu.

"Hahaha.. jadi anda benar-benar memberikan nona itu daging busuk? Haha.. anda sungguh kejam tuan Willie."

"Hey tentu saja aku memberikannya makanan itu, tidak sudi aku memberikan makanan yang ku buat untuk putri yang tidak jelas asal-usulnya."

"Anda keterlaluan, tapi saya setuju hahahha.."

"Ahahaha.."

BRAKK

Pintu didobrak dengan kasar oleh seseorang, dan hal itu sukses membuat orang-orang disana mengalihkan atensi mereka pada pelaku.

Tertampanglah wajah geram Lidya disana. Sudah cukup. Dia sudah dibuat kesal oleh para pelayan selama diperjalanan dan disini pun dia mendengar kata-kata yang tak seharusnya ia dengar dari para bawahannya, menyebalkan.

Melihat sang pelaku yang rupanya adalah nona yang mereka bicarakan membuat mereka satu persatu memasang ekspresi sinis dan jijik.

Lidya maju, pandangannya ia edarkan untuk melihat setiap sudut dapur keluarga ini. Tidak buruk. Tempatnya bersih dan rapi, sepertinya semuanya benar-benar dijaga kerapiannya oleh para koki disini. Ya baguslah, setidaknya mereka tidak membuat Lidya semakin memandang Minus koki-koki disini.

Melihat Lidya semakin dekat dengan mereka, membuat Salah satu dari mereka maju untuk menghadang nya.

Orang tersebut memandang Lidya dengan tatapan sinis yang dibalas Lidya dengan satu alis terangkat

"Kenapa?" Tanyanya.

Orang tersebut berdecih "Apa yang anda lakukan disini, nona?"

Lidya menaikkan kedua alisnya mendengar penekanan diakhir kata.

'Sialan! Jadi dia meledekku..?!'

Orang tersebut heran ketika melihat anak didepannya tersenyum seolah menertawakannya.

"Apa yang kau tertawakan?!"

"Tidak ada." ujar Lidya menutup mulutnya. Pria tersebut menggertakkan giginya kesal.

"Nona Gricella yang terhormat, bila anda tidak memiliki keperluan apapun disini maka saya persilahkan anda untuk keluar. Karena kehadiran anda disini mengganggu konsentrasi para koki yang sedang memasak."

Tawa Lidya semakin lebar. Mereka semakin heran melihat sikap Lidya, terutama Oliver. Dia pikir nonanya saat ini sedang gila karena tidak kuat atas perlakuan para pelayan tadi.

Setelah tawanya mereda, Lidya kembali serius

"Baiklah langsung pada intinya, aku ingin tahu siapa yang menyiapkan makananku selama ini."

Sunyi, mereka semua diam, tidak ada yang berbicara. Lalu salah satu dari mereka maju "Aku lah yang memasaknya, membuatnya, dan memberikannya pada pelayanmu. Kenapa? Terlalu enak?"

"Hahaha.."

Mereka kembali menertawakannya saat mendengar rekan mereka mempermalukan Lidya. Oliver memandang ngeri pemandangan didepannya, apakah mereka akan selamat. Namun Oliver cukup penasaran akan apa yang akan dilakukan anak yang dilayaninya.

Lidya hanya diam tak menanggapi. Hanya memasang wajah tenang tanpa terpengaruh kata-kata tersebut.

Salah satu dari mereka yang mengaku membuat masakannya maju "Nama saya William Robert Guestdon, saya ketua Koki disini. Ada apa mencari saya nona?" ujarnya dengan tampang menantang.

Lidya masih diam namun wajahnya menunjukkan eksperi mencemoh yang kentara. Lidya menatapnya dari atas sampai bawah, seolah menilai.

Wajah jelek pas-pasan, umur yang tak terlihat muda, perut yang terlihat buncit, pakaian yang tidak rapi, benar -benar tidak mencerminkan seorang Ketua Koki. Bahkan seorang juru masak pun tidak cocok disandangkan padanya.

'Kelihatannya ada beberapa anjing yang perlu diajari,' Batin Lidya berbinar.

'Kali ini apa ya hukumannya~'

"Kita lihat sampai mana wajah sombongmu itu bertahan William Robert Guestdon."

.

.

.

To be Continued_

Terpopuler

Comments

muli Yana

muli Yana

banyak bacot

2025-01-04

0

Dewi Ansyari

Dewi Ansyari

Membangunkan Singa yg sedang tidur habis sudah kalian semua 😡😡😡😡

2024-08-27

3

Dearest

Dearest

gue demen gadis bengis macam ini lanjut thor/Angry//Angry//Angry/

2024-08-23

0

lihat semua
Episodes
1 1 | Penghianat
2 2 | Mati
3 3 | Dimana ini?
4 4 | Koki Sialan!
5 5 | Koki sialan 2
6 6 | Perasaanku tak enak
7 7 | Akan bertemu duke
8 8 | Bertemu duke
9 9 | Baru awal
10 10 | Raja & Ratu
11 11 | Ketenangan yang diganggu
12 12 | Perihal gaun
13 13 | Akhir para pelayanan 1
14 14 | Akhir para pelayan 2
15 15 | Hukuman
16 16 | Pelayan baru
17 17 | Berbaikan?
18 18 | Diremehkan lagi?!
19 19 | Kerjasama
20 20 | Guru
21 21 | Sejarah
22 22 | Rencana
23 23 | Proyek besar
24 24 | Investasi dan ditertawakan
25 25 | Satu hari bersama para kesatria
26 26 | Bergosip bersama para kesatria
27 27 | Niat Jahat
28 28 | Persiapan
29 29 | Perjamuan teh 1
30 30 | Perjamuan teh 2
31 31 | Perjamuan teh 3
32 32 | Musik, lelah dan dendam
33 33 | Putra mahkota
34 34 | Fashion show 1
35 35 | Fashion show 2
36 36 | Permaisuri
37 37 | Arsitektur
38 38 | Laut dalam kotak
39 39 | Soal pelayan
40 40 | Lagi-lagi Laut dalam kotak
41 41 | Bertemu pangeran merah
42 42 | Sistem kerja baru
43 43 | Hal tersembunyi Kaysen
44 44 | Kondisi Ray
45 45 | Benda bulat
46 46 | Spirit
47 47 | Belati dan kalung
48 48 | Teman dan pertarungan
49 49 | Melawan penyihir hitam
50 PENTING
51 50 | Olahraga
52 51 | Sedikit ribut
53 52 | Latihan di dunia spirit
54 53 | Mata merah dan goa misterius
55 54 | Rekan baru
56 55 | Undangan Permaisuri
57 56 | Putri Mahkota?
58 57 | Bocah ini lagi!
59 58 | SHIBALL!
Episodes

Updated 59 Episodes

1
1 | Penghianat
2
2 | Mati
3
3 | Dimana ini?
4
4 | Koki Sialan!
5
5 | Koki sialan 2
6
6 | Perasaanku tak enak
7
7 | Akan bertemu duke
8
8 | Bertemu duke
9
9 | Baru awal
10
10 | Raja & Ratu
11
11 | Ketenangan yang diganggu
12
12 | Perihal gaun
13
13 | Akhir para pelayanan 1
14
14 | Akhir para pelayan 2
15
15 | Hukuman
16
16 | Pelayan baru
17
17 | Berbaikan?
18
18 | Diremehkan lagi?!
19
19 | Kerjasama
20
20 | Guru
21
21 | Sejarah
22
22 | Rencana
23
23 | Proyek besar
24
24 | Investasi dan ditertawakan
25
25 | Satu hari bersama para kesatria
26
26 | Bergosip bersama para kesatria
27
27 | Niat Jahat
28
28 | Persiapan
29
29 | Perjamuan teh 1
30
30 | Perjamuan teh 2
31
31 | Perjamuan teh 3
32
32 | Musik, lelah dan dendam
33
33 | Putra mahkota
34
34 | Fashion show 1
35
35 | Fashion show 2
36
36 | Permaisuri
37
37 | Arsitektur
38
38 | Laut dalam kotak
39
39 | Soal pelayan
40
40 | Lagi-lagi Laut dalam kotak
41
41 | Bertemu pangeran merah
42
42 | Sistem kerja baru
43
43 | Hal tersembunyi Kaysen
44
44 | Kondisi Ray
45
45 | Benda bulat
46
46 | Spirit
47
47 | Belati dan kalung
48
48 | Teman dan pertarungan
49
49 | Melawan penyihir hitam
50
PENTING
51
50 | Olahraga
52
51 | Sedikit ribut
53
52 | Latihan di dunia spirit
54
53 | Mata merah dan goa misterius
55
54 | Rekan baru
56
55 | Undangan Permaisuri
57
56 | Putri Mahkota?
58
57 | Bocah ini lagi!
59
58 | SHIBALL!

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!