Gila

Di dapur, Jennifer mengatur detak jantungnya yang terus berdebar kencang. Dia benar-benar tidak mengerti dengan perasaannya sendiri, bagaimana bisa secepat ini dia meluapkan Andrew? apa karena rasa kecewa dan sakit hatinya sehingga dia bisa dengan mudah melupakan nya?

Jika memang benar, dia benar-benar berterimakasih karena tidak membutuhkan waktu yang lama dia bisa melupakan mereka.

Setelah selesai membuat teh untuk Asher, Jennifer kembali kedalam kamarnya. Dia melihat Asher yang sedang duduk dengan memainkan laptopnya.

"Laptopku!!" Kaget Jennifer, dia segera meletakkan tehnya di depan Asher dan melihat keadaan laptop nya yang basah karena dia lupa mengambilnya di balkon.

"Masih hidup." Ucap Asher, dia memperlihatkan layar laptop Jennifer yang menyala.

"Hah, syukurlah." Lega nya dengan bersandar pada sofa, Jennifer mengambilnya dan memangku laptop tersebut namun segera di tahan oleh tangan Asher sehingga tangan Asher berada di pahanya.

"Basah, jangan sampai kena gaun mu." Ucapnya, hal itu membuat Jennifer mengangguk dan kembali meletakkan laptop tersebut di atas meja.

"Ah baju paman basah, aku akan mengambil switer. Paman mau memakai nya? maksud ku, baju paman akan aku keringkan...." Jelas Jennifer sedikit gugup.

"Ya." Angguk Asher, Jennifer beranjak dan mengambil Hoodie nya yang besar, dia memang menyukai pakaian oversize karena tidak membentuk tubuhnya yang seksi.

"Ini...." Ucap Jennifer yang menyodorkan Hoodie berwarna hitam pada Asher, Asher menerima nya dan langsung membuka kemejanya dihadapan Jennifer, hal itu membuat Jennifer tercengang.

Dia baru saja hendak mengatakan bahwa Asher bisa membuka pakaiannya di kamar mandi, tapi nampaknya itu semua terlambat.

Ada hal yang membuat Jennifer terkejut, ada sebuah tato di pundak dan dadanya. Tato berbentuk ular yang besar dan menyeramkan, dan itu terlihat seperti melilit di lengannya yang berotot.

"Ularnya sangat menyeramkan." Celetuk Jennifer yang membuat Asher menatapnya bingung, dia melirik dadanya hingga akhirnya tertawa kecil.

"Dari mana nya terlihat seperti ular hmm? coba kau lihat baik-baik..." Ucap Asher yang memperlihatkan tato nya pada Jennifer dengan posisi yang mendekati Jennifer sehingga mereka berdua begitu dekat jaraknya.

Jennifer menatap tato tersebut dan meneliti nya dengan baik, hingga akhirnya dia sadar. Itu bukan ular, melainkan naga. Dia sangat amat malu!!

"Aku tidak melihat nya dengan jelas, maafkan aku paman." Malu Jennifer.

"Tidak apa-apa." Angguk nya yang memakai Hoodie Jennifer, tercium aroma Jennifer yang sangat harum dan Asher sangat nyaman memakainya.

Suara hujan yang deras namun tidak disertai petir membuat cuaca semakin dingin aneh, yah aneh bagi mereka berdua yang bukan siapa-siapa berada dalam satu kamar. Terlebih, posisi mereka berdua benar-benar dekat.

Mereka berdua bingung, apa yang harus mereka lakukan sekarang. Asher ingin pulang, tapi hujannya sangat deras sekali.

Disaat seperti itu, ponsel Jennifer berbunyi. Tertera nama seseorang yang membuat Jennifer diam, dia melirik Asher yang juga menatapnya. Asher melihat nama peneleponnya, dia Andrew.

"Kenapa tidak mengangkat nya?" Tanya Asher heran, dia bersandar pada sofa dengan santai.

"Untuk apa? aku rasa, dia menelpon ku karena ingin meminta maaf. Bukankah kata paman dia akan kembali ke kediaman?" Tanya Jennifer dan Asher mengangguk.

"Tentu saja, dia tidak mungkin meninggalkan rumah. Bagaimana pun juga dia seorang anak tunggal, dan lagi kekasihnya juga tidak mungkin membiarkan nya hidup miskin. Dia masih membutuhkan warisan." Ucapnya dengan santai, hal itu sangat di benarkan oleh Jennifer.

"Angkatlah..." Ucap Asher, Jennifer menggelengkan kepalanya dan menatap kearahnya.

Asher mengambil ponselnya dan mengangkatnya, mata Jennifer melotot. Dia hendak protes namun Asher menarik pinggangnya hingga mereka saling berhadapan dengan tubuh yang menempel.

"Halo Jen, ini aku. Elizza....."

Jennifer menaikkan sebelah alisnya, dia menatap Asher yang tengah menatapnya. Tangan Asher masih melingkar di pinggangnya sehingga dia tidak bisa berkutik dan tetap berada di posisi nya yang menempel pada tubuh Asher.

"Kenapa?" Balas Jennifer enggan.

"Kau masih marah padaku? sungguh aku tidak sengaja, aku menyuruh Andrew untuk tetap menikah denganmu dan membiarkan ku pergi tapi dia tidak mau melakukannya dan memilih untuk mengikuti ku kemari...."

Jennifer menghela nafas panjang, dia mencari letak yang nyaman dengan sedikit bergerak. Hal itu membuat Asher menelan ludahnya bulat bulat karena posisinya semakin nyaman dengan Jennifer yang bersandar padanya.

"Bagaimana, apakah enak?" Tanya Jennifer sebagai santai.

"Eh, apa maksud mu? apa yang enak?"

"Tentu saja berselingkuh dengan kekasihku, ahh maksud ku dengan mantan tunangan ku. Bagaimana rasanya? pasti sangat mendebarkan bukan?" Senyum Jennifer, dia tidak mendengar suara Elizza lagi. Mungkin, wanita itu shock karena ucapan Jennifer yang baru pertama kali ini dia dengar, biasanya Jennifer begitu lembut dan baik padanya.

"Dan ya, terimakasih karena sudah mengambil sampahku. Aku seharusnya berterimakasih padamu, El. Kau benar-benar mengambil seseorang yang ingin aku buang sejak dulu...." Sambung Jennifer, kepalanya sudah bersandar di dada bidang Asher. Itu bukan karena sengaja, tapi kalian tahu sendiri bagaimana seseorang jika sedang teleponan. Mereka benar-benar tidak sadar dengan situasinya....

"Aku masih tidak mengerti apa yang kau maksud Jen, bukankah kau sangat mencintai Andrew? kau baik-baik saja kan?"

"Ya, tentu saja. Apa kau ingin aku terlihat gila dan tidak baik-baik saja? kau sungguh jahat, El. Aku memberikannya padamu karena ingin kau bahagia, tapi kau justru ingin membuat ku gila.... Benar-benar jahat, sahabat macam apa kau ini?" Ucap Jennifer dengan memainkan jari jari tangan Asher yang berada di perutnya, dia masih belum sadar juga.

"Apa? tentu saja tidak, aku... aku juga ingin kau bahagia, Jen. Maafkan aku, aku tidak bermaksud untuk...."

"Kalau begitu selamat atas kehamilan mu, semoga kau bisa menjadi ibu yang baik." Ucap Jennifer dengan mematikan sambungan teleponnya dan menghela nafas berat, dia terdiam beberapa saat.

Ekspresi wajahnya terlihat aneh, dia menelan ludahnya bulat bulat dan melirik tangan seseorang yang sedang dia mainkan, bahkan Jennifer bisa merasakan detak jantung seseorang di punggungnya. Posisi nya benar-benar aneh, Jennifer menggerutu dalam hatinya, dia sungguh tidak sadar!!

"M-maafkan aku paman, aku benar-benar tidak sadar." Ucap Jennifer yang segera beranjak, namun tangan Asher yang menahan perutnya tidak bisa membuat nya terusik, justru Asher semakin merapatkan tubuhnya sehingga kepala Jennifer berada didepan wajahnya.

Bisa Jennifer rasakan hembusan nafas Asher yang panas berada di telinganya, rasanya aneh dan menggelikan. Cuacanya juga benar-benar sangat mendukung untuk suasana yang aneh saat ini.

"Kau sahabat yang baik ternyata." Ucap Asher dengan suara beratnya, jika Jennifer menoleh ke arahnya, bisa dia pastikan bahwa bibir mereka akan bertemu. Karena itulah, Jennifer hanya diam dengan tubuh tegang nya.

Ini bukan pertama kalinya dia berada di posisi seperti ini, dia sering melakukannya dengan Andrew tapi hanya sebatas itu juga, tidak lebih.

Karena, entah kenapa Jennifer merasa takut. Tapi sekarang, Jennifer sungguh penasaran dan menginginkannya.

Nampaknya, dia memang sudah gila!

Terpopuler

Comments

Kusii Yaati

Kusii Yaati

aq yg baca kenapa aq yg malu sendiri 🤭😘

2024-07-16

0

nacho

nacho

😍😘😍😘😍😘😍😘😍😘okkk

2024-07-13

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!