Bab 3 Flashback 9 tahun yang lalu: Memulai Hari Yang Ditunggu Liona Haura

...•...

...•...

...•...

...~Selamat Membaca~...

...°°...

Beberapa waktu musim liburan sekolah telah usai. Anak-anak dimulai dari taman kanak-kanak sampai SMA sudah masuk awal tahun pelajaran baru. Mereka melanjutkan rutinitas belajar di sekolah kembali. Begitupun warung di tempat Mbak Rina dan Om Dio selepas liburan panjang, warung mereka mulai tidak seramai waktu liburan bukan berarti sepi tapi sudah berjalan seperti biasanya

Tadi malam selesai bersih-bersih diri habis bekerja aku di kamar menyempatkan menyiapkan berkas-berkas untuk pendaftaran ku kuliah besok pagi yang rencananya aku besok mendaftar dan mengumpulkan berkas biar paginya aku tinggal mengecek saja. Tidak lupa juga aku menyiapkan pakaian dan yang menurutku layak dipakai agar besok tinggal aku setrika.

Sebenernya aku mau izin kepada Mbak Rina dan Om Dio selesai bekerja di warungnya karena capek dan ingin segera sampai rumah, aku kelupaan untuk meminta izin. Paginya aku segera izin sama Mbak Rina dan Om Dio lewat chat izin tidak bisa bekerja di warungnya aku sertakan alasanku juga karena akan mendaftar kuliah sekaligus mengumpulkan berkas-berkas pendaftaran kuliah.

Aku tidak tahu mengurus berkas-berkas pendaftaran dan mendaftar kuliah hari ini akan membutuhkan waktu berapa lama untuk beresnya, bisa jadi langsung beres atau membutuhkan waktu lebih lama, tidak mungkin juga hanya aku yang mendaftar kuliah hari ini pasti ada puluhan bahkan ratusan calon pendaftar. Belum pasti, maka aku izin meskipun sedikit sayang juga karena tidak bekerja hari ini.

Aku cek beberapa kali berkasku. Aku urutkan berdasarkan yang terdapat di pengumuman pendaftaran apa saja yang harus disertakan setelah pendaftaran kuliah. Dirasa berkas-berkas yang diminta oleh kampus sudah lengkap aku masukkan ke dalam map kertas warna biru dan kumasukkan ke dalam ranselku.

Aku sudah mandi dan memakai baju yang telah aku setrika selepas selesai beres-beres rumah hari ini. Merapikan bajuku yang aku kenakan dan memakai sepatu. Tidak lupa kumenyemprotkan parfum aroma buah di bajuku lalu kupandang diriku dari pantulan cermin lemari di dalam kamarku. Ku amati diriku dimulai dari atas ke bawah ku, depan belakang sambil aku berputar perlahan. Tersenyum di depan kaca mengucapakan kata-kata semangat pada diriku sendiri.

"Semoga lancar untuk hari ini." Kataku dalam hati.

Setelah dirasa aku yakin segera aku berkemas-kemas. Mengenakan ransel di belakang punggungku. Aku segera keluar dari kamar dan menutup pintu kamarku lagi. Kutengok jam yang tertempel di dinding ruang keluarga.

"Masih jam 6" ujarku lirih.

Mengambil langkahku ke arah dapur untuk sarapan sebelum berangkat. Di dapur kulihat Rio tengah meminum air putih di gelas dan sepiring kosong yang telah terpakai didekatnya.

Adikku juga sudah memakai seragam sekolahnya. Pagi-pagi dia sudah siap. Jarak rumah dan sekolah adikku lumanyan jauh butuh waktu kira-kira 1 jam untuk sampai di sekolahnya.

"Yo, sudah sarapan?" tanyaku kepada adik laki-lakiku.

"Ya." dijawab singkat oleh adikku

"Mau berangkat sekarang?" tanyaku lagi

Adikku mengangguk sebagai jawaban atas pertanyaanku.

"Mau aku antar di depan jalan raya atau nanti temanmu ke sini?" kataku

"Temenku nanti ke sini" jawabnya

Setelah itu adikku keluar dapur aku melanjutkan mengambil sarapanku. Di meja dapur terdapat lauk telur dadar yang telah dibagi-bagi oleh ibuku untuk sayurnya sendiri ada di atas kompor dalam wajan. Aku ambil nasi di magic com, sayur oseng kangkung, sepotong telur dadar dan aku memilih sebuah gelas ukuran sedang yang aku ambil di rak untuk mengisi air putih dari teko.

Aku duduk di kursi yang ditempati oleh adikku tadi waktu sarapan. Aku mengunyah sarapanku yang aku ambil tadi sambil diam dan merenung kadang juga berimajinasi.

Tak terasa makanan dipiringku telah habis setelah itu aku minum air yang aku ambil tadi sampai habis. Setelah itu aku membereskan piring dan gelas yang telah terpakai olehku dan adikku untuk aku cuci sekalian.

Setelah beres aku mengelap tanganku dengan kain lap yang bersih. Masuk ke dalam kamarku kembali untuk menuangkan sedikit handbody lotion di tanganku baru aku tutup kembali kamarku.

Kulihat teman sekolah adikku sudah datang. Motor matic berwarna merah menjadi tunggangannya. Adikku segera menghampiri temannya. Setelah berpamitan kepada ibuku segera adikku mengganti posisi menjadi duduk didepan temannya, temannya yang diboncengnya.

Sering temannya menghampiri adikku ini, memberikan tumpangan kepada adikku. Adikku tentu saja sungkan tapi temannya itu memaksa bahwa tidak apa-apa menghampiri adikku toh masih sejalur dan masih satu sekolah.

Kalau temannya ini tidak masuk sekolah. Adikku biasanya naik bis kadang juga naik motor jika motor di rumah nganggur baru dipakainya di sekolah. Untuk saat ini Keluargaku memiliki 1 buah motor jadi ketika dipakai ayahku bekerja di rumah tidak ada motor.

Sekarang ayahku lebih memilih untuk naik kendaraan umum untuk bekerja karena pulangnya juga tidak setiap hari. 2 Minggu sekali atau 3 Minggu sekali baru pulang. Ayahku memilih motor di rumah saja karena orang rumah lebih perlu takut kalau-kalau ada apa-apa susah juga kemana-mana.

Aku melangkah kakiku ke arah Ibuku. Menghembuskan nafas perlahan lewat mulut setelah itu aku menghampiri ibuku.

"Bu, Liona izin berangkat daftar kuliah, doakan semoga lancar ya Bu." kataku

"Iya nduk, tak doakan semoga lancar ya. Maaf ya nduk, Ibu sama Bapak belum bisa membiayai kuliahmu soalnya mbakmu itu juga kuliah S-2 dan adikmu ini nanti ada daftar ulang. Mbakmu kan di sana juga nggak kerja, pemasukannya ya hanya dari kiriman Ibu dan Ayahmu. Kamukan juga ada pemasukan sendiri bantu-bantu Mbak Rina dan Om Dio kan...." kata Ibuku

"Ibu dan ayah untuk saat ini hanya bisa mendoakanmu nduk" kata ibuku lagi

"Iya Bu" kataku mencoba untuk tersenyum untuk memberitahu kepada Ibu bahwa aku baik-baik saja walaupun terkadang aku sebagai anak mereka merasa dipinggirkan.

"Sudah jangan sedih kamu Liona, itu tandanya kamu itu anak mampu, mampu untuk mencukupi kebutuhan dirimu" kataku dalam hati mencoba menyemangati diri sendiri

"Ya sudah Bu, aku pamit dulu ya, nanti keburu antriannya banyak" kataku lagi

"Ya sudah hati-hati pokoknya, nggak perlu ngebut-ngebut kalau naik motornya" kata ibuku lagi.

Aku segera mengambil motor dan memanasinya. Setelah beberapa menit kujalankan motorku dengan kecepatan 40km/jam.

...Selamat membaca ya untuk para pembaca yang berkenan membaca cerita ini, cerita mengisi waktu luangku, cerita yang aku coba share di sini. Terimakasih😊🙏...

Terpopuler

Comments

Lili

Lili

up lagi ya

2025-01-30

1

Lili

Lili

seru banget

2025-01-30

1

Lili

Lili

lanjutkan yuk

2025-01-30

1

lihat semua
Episodes
1 Prolog: Uneg-uneg rasa Liona, Zafran, Lionel, dan Aurelin
2 Bab 1 Flashback 9 Tahun Yang Lalu: Lika-Liku Kehidupan Liona Haura
3 Bab 2 Flashback 9 Tahun Yang Lalu: Rutinitas Monoton kehidupan Liona Haura
4 Bab 3 Flashback 9 tahun yang lalu: Memulai Hari Yang Ditunggu Liona Haura
5 Bab 4 Flashback 9 Tahun Yang Lalu: Menuju Awal Yang Baru Bagi Liona Haura
6 Bab 5 Flashback 9 Tahun Yang Lalu: Bagaikan Hujan Yang Jatuh Di Tanah
7 Bab 6 Flashback 9 Tahun Yang Lalu: Menuntun Takdir Bertemu POV Liona Haura
8 Bab 7 Flashback 9 Tahun Yang Lalu: Hari Telah Telah POV Liona Haura
9 Bab 8 Flashback 7 Tahun Yang Lalu Mengeja Rasa POV Liona Haura
10 Bab 9 Flashback 7 Tahun Yang Lalu: Selalu Tentangnya POV Liona Haura
11 Bab 10 Flashback 6 Tahun Yang Lalu: Layu Sebelum Bersambut
12 Bab 11 Flashback 6 Tahun Yang Lalu: Mematikan Rasa
13 Bab 12 Flashback 5 tahun yang lalu: Mencoba Menghindar
14 Bab 13 Flashback 6 Tahun Yang Lalu: Mengurai Benang Kesalahpahaman (1)
15 Bab 14 Flashback 6 Tahun Yang Lalu: Mengurai Benang Kesalahpahaman (2)
16 Bab 15 Flashback 6 Tahun Yang Lalu: Akhir Pertemuan Tanpa Pamit
17 Bab 16 6 Tahun Kemudian: Waktu Tak Terasa Berlalu
18 Bab 17 Berita Tak Terduga
19 Bab 18 Sudah Lama
20 Bab 19 Berjalan Seperti Biasa
21 Bab 20 Awal kisah
22 Bab 21 Kembali ke Masa Lalu
23 Bab 22 Sampai Di Tempat Masa Lalu
24 bab 23 Berkunjung Ke Rumah Mbak Rina dan Om Dio
25 Bab 24 Pernikahan Aurelin
26 Bab 25 Bertemu Lionel
27 Bab 26 POV Zafran (1)
28 Bab 27 POV Zafran (2)
29 Bab 28 POV Zafran (3)
30 Bab 29 Berniat Melamar
31 Bab 30 Meminta Restu Papi dan Mami
32 Bab 31 Menjemput Restu Ayah Liona
33 Bab 32 Menikah
34 Bab 33 Sosok Zafran Dimata Liona
35 Bab 34 Permintaan Zafran
36 Bab 35 Pengalaman Pertama di Rumah Baru
37 Bab 36 Pasca Malam Pertama
38 Bab 37 Cinta Zafran untuk Liona
39 Bab 38 Sebelum Prahara (1)
40 Bab 39 Sebelum Prahara Datang (2)
41 Bab 40 Gejolak
42 Bab 41
43 Bab 42 Sebelum Badai
44 Bab 43 Sebelum Awal Tragedi
45 Bab 44 Sebelum Awal Tragedi (2)
46 Bab 45 Awal Tragedi
47 Bab 46 Tragedi (2)
48 Bab 47 Pasca Tragedi
49 Bab 48 Pasca Pelecehan
50 Bab 49 Pasca Pelecehan (2)
51 Bab 50 Permintaan Tak Terduga
52 Bab 51 Nelangsa
53 Bab 52 Sebelum Berpisah
54 53 Terkejut
55 BAB 54 TRAGEDI
56 Bab 55 Zafran Depresi
57 BAB 56 MEMULAI HIDUP BARU
58 BAB 57 TAK TERDUGA
Episodes

Updated 58 Episodes

1
Prolog: Uneg-uneg rasa Liona, Zafran, Lionel, dan Aurelin
2
Bab 1 Flashback 9 Tahun Yang Lalu: Lika-Liku Kehidupan Liona Haura
3
Bab 2 Flashback 9 Tahun Yang Lalu: Rutinitas Monoton kehidupan Liona Haura
4
Bab 3 Flashback 9 tahun yang lalu: Memulai Hari Yang Ditunggu Liona Haura
5
Bab 4 Flashback 9 Tahun Yang Lalu: Menuju Awal Yang Baru Bagi Liona Haura
6
Bab 5 Flashback 9 Tahun Yang Lalu: Bagaikan Hujan Yang Jatuh Di Tanah
7
Bab 6 Flashback 9 Tahun Yang Lalu: Menuntun Takdir Bertemu POV Liona Haura
8
Bab 7 Flashback 9 Tahun Yang Lalu: Hari Telah Telah POV Liona Haura
9
Bab 8 Flashback 7 Tahun Yang Lalu Mengeja Rasa POV Liona Haura
10
Bab 9 Flashback 7 Tahun Yang Lalu: Selalu Tentangnya POV Liona Haura
11
Bab 10 Flashback 6 Tahun Yang Lalu: Layu Sebelum Bersambut
12
Bab 11 Flashback 6 Tahun Yang Lalu: Mematikan Rasa
13
Bab 12 Flashback 5 tahun yang lalu: Mencoba Menghindar
14
Bab 13 Flashback 6 Tahun Yang Lalu: Mengurai Benang Kesalahpahaman (1)
15
Bab 14 Flashback 6 Tahun Yang Lalu: Mengurai Benang Kesalahpahaman (2)
16
Bab 15 Flashback 6 Tahun Yang Lalu: Akhir Pertemuan Tanpa Pamit
17
Bab 16 6 Tahun Kemudian: Waktu Tak Terasa Berlalu
18
Bab 17 Berita Tak Terduga
19
Bab 18 Sudah Lama
20
Bab 19 Berjalan Seperti Biasa
21
Bab 20 Awal kisah
22
Bab 21 Kembali ke Masa Lalu
23
Bab 22 Sampai Di Tempat Masa Lalu
24
bab 23 Berkunjung Ke Rumah Mbak Rina dan Om Dio
25
Bab 24 Pernikahan Aurelin
26
Bab 25 Bertemu Lionel
27
Bab 26 POV Zafran (1)
28
Bab 27 POV Zafran (2)
29
Bab 28 POV Zafran (3)
30
Bab 29 Berniat Melamar
31
Bab 30 Meminta Restu Papi dan Mami
32
Bab 31 Menjemput Restu Ayah Liona
33
Bab 32 Menikah
34
Bab 33 Sosok Zafran Dimata Liona
35
Bab 34 Permintaan Zafran
36
Bab 35 Pengalaman Pertama di Rumah Baru
37
Bab 36 Pasca Malam Pertama
38
Bab 37 Cinta Zafran untuk Liona
39
Bab 38 Sebelum Prahara (1)
40
Bab 39 Sebelum Prahara Datang (2)
41
Bab 40 Gejolak
42
Bab 41
43
Bab 42 Sebelum Badai
44
Bab 43 Sebelum Awal Tragedi
45
Bab 44 Sebelum Awal Tragedi (2)
46
Bab 45 Awal Tragedi
47
Bab 46 Tragedi (2)
48
Bab 47 Pasca Tragedi
49
Bab 48 Pasca Pelecehan
50
Bab 49 Pasca Pelecehan (2)
51
Bab 50 Permintaan Tak Terduga
52
Bab 51 Nelangsa
53
Bab 52 Sebelum Berpisah
54
53 Terkejut
55
BAB 54 TRAGEDI
56
Bab 55 Zafran Depresi
57
BAB 56 MEMULAI HIDUP BARU
58
BAB 57 TAK TERDUGA

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!