Di Sepertiga Malam

🍃🍃🍃

Hafsah membuka kedua bola mata yang langsung mendapati kekosongan di sisi kirinya, di mana Rashdan berbaring sebelumnya. Gadis itu duduk, mengarahkan pandangan ke pintu kamar mandi yang tertutup dan terdengar suara air dari sana. Ia bisa menebak suaminya itu berada di sana.

“Kamu bangun? Kita salat tahajjud sama-sama, yuk! Salat malam itu bagus,” ucap Rashdan sambil berjalan menghampiri lemari dengan wajah di basahi air wudhu.

Bergegas Hafsah menuruni kasur, berjalan memasuki kamar mandi.

Sekitar sepuluh menit kemudian Hafsah di kamar mandi. Keluar dari sana, ia melihat Rashdan tengah berbicara dengan seseorang melalui video call, di mana pria itu duduk membelakangi keberadaan pintu kamar mandi, duduk di atas sajadah yang sudah terbentang di pinggiran kamar. Hafsah diam di posisinya, mendengar pembicaraan suaminya itu bersama lawan bicaranya dan memandang dari jauh layar ponsel Rashdan sampai tahu orang yang berbicara dengan suaminya itu ialah Halma.

“Baiklah. Selamat menjalankan salat malam, Sayang ….“ Rashdan mengakhiri video call-an mereka.

Dengan cepat Hafsah kembali memasuki kamar mandi dan berpura-pura baru keluar. Suara pintu yang sengaja dikeraskan saat membuka pintu mengundang pandangan Rashdan menoleh ke belakang. Pria itu tersenyum dan menepuk sajadah di belakangnya, yang sudah dibentangkan untuk sang istri.

Hafsah menganggukkan kepala dan menghampiri lemari terlebih dahulu, mengambil mukena berwarna putih dari sana dan barulah menghampiri Rashdan. Wanita itu mengenakan mukena itu dengan sang suami yang memperhatikannya, pria itu ikut membantu, memasukkan rambut-rambut Hafsah yang sedikit tampak di pinggiran mukena. Jantung gadis itu berdegup Mereka kencang saat wajahnya berada begitu dekat dengan Rashdan. Sikap manis pria itu dengan mudah juga melelahkan perasannya karena tidak pernah diperlakukan seperti itu sebelumnya.

“Sudah. Ayo!“ Rashdan berdiri.

Hafsah ikut berdiri, membetulkan posisi berdiri tegak sebelum memulai salat.

Mereka beribadah salat dalam sekitar dua puluh menit, hingga akhirnya salam terakhir pada salat witir yang juga mereka lakukan sebagai akhir dari salat itu. Mereka juga saling menampung kedua tangan dalam kekhusyukan saat bertutur dalam hati, meminta pengharapan kepada Tuhan atas sesuatu yang mereka minta.

Pria bersarung kotak-kotak warna hitam dan hijau itu matanya mulai berkaca-kaca saat berdoa.

"Ya Allah, ini sungguh berat. Namun, aku yakin ini sebuah ujian yang kamu percayakan, yang bisa aku lalui dengan baik. Bantu hamba untuk menjaga hati kedua wanita yang hamba halalkan. Bantu hamba untuk sebisanya bersikap adil,” ucap Rashdan di dalam hatinya.

“Ya Allah, ini bukan keinginan hamba. Bantu hamba bersikap supaya tidak menyakiti hati istri pertama ustaz Rashdan. Dan, jika jalan menuju surgamu memang melalui pria ini, bantu hamba untuk bisa menjadi istri yang baik,” ucap Hafsah, juga di dalam hati.

“Aamiin!“ Kebetulan terlihat, durasi panjangnya doa mereka sama sampai mereka sama-sama mendaratkan kedua telapak tangan ke wajah mereka.

Rashdan memutar badan ke belakang, di mana tangan Hafsah siap menyambut tangannya, menyalaminya, dan mengecup punggung tangan kanan pria itu. Kemudian, Rashdan mengambil Al-Quran yang ada di samping sajadahnya, yang telah disiapkannya. Pria itu membaca tulisan arab di kitab suci umat Islam itu, biasa disebut mengaji, di mana Hafsah mendengarkannya dengan hati tersentuh, membuatnya kagum dan bertambah tertarik dengan pria yang sempat diabaikannya itu.

“Masih muda, mengerti agama, dan tidak aku tolak dia memang tampan. Seharusnya aku bersyukur, benar. Tapi, mengingat dia sudah beristri dan memiliki anak, mengapa ada perasaan sedikit berat di hati ini?“ Hafsah berkata dalam hati dengan kepala sedikit ditelengkan ke kanan, mempehatikan pria itu mengaji dengan surah

***

Setengah jam kemudian, Rashdan mengakhiri bacaan ayat suci Al-Qur'an yang dibaca satu jus lengkap. Pria itu menutup Al-Qur'an itu dan mengarahkan pandangan kepada Hafsah yang tertidur menyamping ke arah kanan, ke arahnya dalam balutan mukena. Pria itu tersenyum melihat istrinya itu tidur seperti anak kecil.

“Polos sekali,” ucap Rashdan. “Hafsah …!“ panggil Rashdan dengan lembut sambil menepis pundak kiri Hafsah.

Gadis itu tidak kunjung bangun.

“Memang seperti anak kecil. Diajak ngaji setengah jam saja tidak bisa.“

Rashdan menaruh Al-Qur'an di tangannya ke atas meja, lalu menghampiri Hafsah. Ia melepaskan mukena di tubuh wanita itu, melihat, dan menaruhnya di atas meja, di samping Al-Qur'an tadi. Kemudian, tubuh gadis itu dibopong olehnya, ditaruh di atas kasur, dan diselimuti dengan baik. Pria itu duduk di tepi kasur. Sebelum ikut membaringkan badan di atas kasur, Rashdan menatap wajah manis Hafsah, memencet pelan hidung wanita itu yang kecil dan indah dengan senyuman.

“Tidak.“ Rashdan menyadarkan diri dari benaman kagum pada gadis yang ada di hadapannya itu.

Halma teringat oleh Rashdan ketika dirinya cukup dekat dengan Hafsah, seolah dirinya sedang menduakan istri yang dicintainya itu. Rashdan berdiri, berlari ke sisi lain kasur dan ikut membaringkan badan, lanjut tidur sampai bertemu dengan salat subuh.

***

Rashdan keluar dari kamar dalam balutan jubah putih, berpeci putih. Penampilannya rapi, tampak bersih. Anak tangga menuju bawah dituruni olehnya, lalu menghampiri semua orang yang duduk di ruang tamu. Juga ada Halma di sana, wanita itu tengah berbicara bersama kedua mertuanya, mereka membicarakan Hafsah yang saat ini tengah menemani Husein bermain mobil-mobilan di teras rumah. Jadi, wanita itu tidak mendengar pembicaraan mereka.

Dalam pembicaraan itu Hafsah dipuji-puji oleh Syahril, tetapi dijatuhkan oleh Ratna. Lalu, bagaimana cara Halma menanggapinya? Wanita itu berada di pihak Syahril dan menasihati ibu mertuanya.

“Umma jangan menilai Hafsah begitu. Dia gadis yang baik. Dia bisa menjadi istri dan Ibu yang baik untuk Mas Ash dan Husein nanti,” ucap Halma.

“Jangan mengatakan itu lagi!“ seru Rashdan, terlihat tidak suka mendengar ucapan Halma.

Mereka mengarahkan pandangan kepada Rashdan yang berjalan ke arah mereka. Halma menyemaikan senyuman, bertingkah seolah tidak berbicara sesuatu yang mengusik pria itu sebelumnya.

Rashdan duduk di samping Halma, menggenggam kedua tangan wanita itu dengan wajah sedikit sedih yang diperlihatkan.

“Kamu akan selalu ada untukku. Kita juga akan membesar Husein sampai dia menikah dan punya anak. Husnuzan sama Allah,” ucap Rashdan.

“Ash benar. Kamu itu jauh lebih baik dari dia,” ujar Ratna.

“Kamu tidak boleh ngomong begitu,” tegur Syahril.

“Kenyataan begitu,” balas Ratna.

“Kamu pikir kamu sudah baik? Istri yang baik tidak akan menjawab perkataan suaminya,” timpal Syahril, sudah tidak tahan menahan rasa kesal.

“Iya, maaf,” ucap Ratna.

Halma dan Rashdan tersenyum melihat tingkah wanita paruh baya itu yang juga takut diklaim istri tidak baik.

Episodes
1 Tetesan Air dari Langit
2 Datang untuk Melamar
3 Secepat Itu?
4 Kamar Hafsah
5 Istri Pertama Ustaz Itu
6 Menghindari Rashdan di Kamar
7 Salah Mengira
8 Di Sepertiga Malam
9 Panggil Kakak Saja
10 Aku Ikhlas
11 Hadiah Pernikahan Favorit
12 Kamu Berubah
13 Dia Datang ke Sini?
14 Membujuk untuk Kembali
15 Bertukar Tempat Tinggal
16 Sudah seperti Adik Kandung
17 Kejutan untuk Hafsah
18 Belum Ada Sebelumnya
19 Dia Mengajakmu Menikah?
20 Halma Baru Menghubungi?
21 Kembali ke Rumah
22 Keputusanku Sudah Bulat
23 Kamu Merasa Aku Adil?
24 Jadi, Gadis Ini
25 Jaga Interaksimu
26 Mengapa Aku Merasa ....
27 Istri Pertama?
28 Siapa Istri Kedua Kakak?
29 Lalu, Ustaz Menikahiku untuk Apa?
30 Berobat, Mbak
31 Mengapa Mandi di Kamar Hafsah?
32 Jangan Marah, Ustaz
33 Hatiku Mengapa Begini?
34 Ustaz, Ini Sudah Pagi
35 Tidak Mungkin!
36 Ustaz Mau Bicara Apa?
37 Karena Kamu Cemburu
38 Tidak Perlu
39 Husein Sudah Tidur. Kita ....
40 Mau Membicarakan Apa?
41 Jangan Ceritakan Kepada Mas Rashdan
42 Kamu Menyukaiku?
43 Bukan Mimpi
44 Tiba-Tiba Sudah Tidur di Sampingnya
45 Aku Juga Tidak Bisa
46 Kembali ke Kota
47 Pergi Tanpa Pamit
48 Kecelakaan Beruntun
49 Bagaimana dengan Halma?
50 Pria yang Memasuki Taksi Kami
51 Berlari Pincang
52 Penculikan Syakira
53 Di Tepi Sungai
54 Pria Pengirim Pesan
55 Datang Sesuai Alamat
56 Mengapa Meninggalkanku?
57 Lalu, Kak Halma di Mana?
58 Kembali ke Rumah setelah Lima Tahun
59 Disambut Suka Cita
60 Berkunjung ke Kampung (SELESAI)
61 TANG! ADA KARYA BARU, NIH!
Episodes

Updated 61 Episodes

1
Tetesan Air dari Langit
2
Datang untuk Melamar
3
Secepat Itu?
4
Kamar Hafsah
5
Istri Pertama Ustaz Itu
6
Menghindari Rashdan di Kamar
7
Salah Mengira
8
Di Sepertiga Malam
9
Panggil Kakak Saja
10
Aku Ikhlas
11
Hadiah Pernikahan Favorit
12
Kamu Berubah
13
Dia Datang ke Sini?
14
Membujuk untuk Kembali
15
Bertukar Tempat Tinggal
16
Sudah seperti Adik Kandung
17
Kejutan untuk Hafsah
18
Belum Ada Sebelumnya
19
Dia Mengajakmu Menikah?
20
Halma Baru Menghubungi?
21
Kembali ke Rumah
22
Keputusanku Sudah Bulat
23
Kamu Merasa Aku Adil?
24
Jadi, Gadis Ini
25
Jaga Interaksimu
26
Mengapa Aku Merasa ....
27
Istri Pertama?
28
Siapa Istri Kedua Kakak?
29
Lalu, Ustaz Menikahiku untuk Apa?
30
Berobat, Mbak
31
Mengapa Mandi di Kamar Hafsah?
32
Jangan Marah, Ustaz
33
Hatiku Mengapa Begini?
34
Ustaz, Ini Sudah Pagi
35
Tidak Mungkin!
36
Ustaz Mau Bicara Apa?
37
Karena Kamu Cemburu
38
Tidak Perlu
39
Husein Sudah Tidur. Kita ....
40
Mau Membicarakan Apa?
41
Jangan Ceritakan Kepada Mas Rashdan
42
Kamu Menyukaiku?
43
Bukan Mimpi
44
Tiba-Tiba Sudah Tidur di Sampingnya
45
Aku Juga Tidak Bisa
46
Kembali ke Kota
47
Pergi Tanpa Pamit
48
Kecelakaan Beruntun
49
Bagaimana dengan Halma?
50
Pria yang Memasuki Taksi Kami
51
Berlari Pincang
52
Penculikan Syakira
53
Di Tepi Sungai
54
Pria Pengirim Pesan
55
Datang Sesuai Alamat
56
Mengapa Meninggalkanku?
57
Lalu, Kak Halma di Mana?
58
Kembali ke Rumah setelah Lima Tahun
59
Disambut Suka Cita
60
Berkunjung ke Kampung (SELESAI)
61
TANG! ADA KARYA BARU, NIH!

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!