Istri Pertama Ustaz Itu

🍃🍃🍃

Hafsah melangkahkan kaki bergantian keluar dari mobil Rashdan dengan sepasang mata memperhatikan bagian luar dari sebuah rumah yang merupakan rumah orang tua Rashdan yang berukuran luas dan tampak mewah. Tidak heran bagi Hafsah mereka bisa mendirikan pesantren, masjid, dan dikenal sebagai keluarga konglomerat.

"Ayo," ajak Rashdan, mendorong pelan punggung Hafsah dari samping agar melangkah, lanjut berjalan masuk ke dalam rumah.

"Tunggu, aku ...." Hafsah menggantungkan perkataannya dalam perasaan gugup dan merasa tidak enak hati yang tiba-tiba muncul di jiwanya.

Rashdan paham situasi yang dirasakan Hafsah. Tangan kanan gadis itu digenggam olehnya untuk pertama kalinya dan menuntun istri keduanya itu berjalan masuk ke dalam rumah, di mana pintu sudah terbuka lebar menunggu kedatangan mereka. Tangan mereka yang menyatu ditatap Hafsah cukup lama dengan kaki terus berjalan dalam perasaan kaget sampai akhirnya mereka berhenti di depan pintu rumah.

"Assalamualaikum, Umma, Abah," ucap Rashdan.

"Wa'alaikumussalam! Masuk, Nak," ajak Syahril, ayah pria itu yang juga merupakan seorang ustaz terkenal.

Buah tidak jauh jatuh dari pohonnya. Selain ilmu agama, paras yang dimiliki Rashdan juga disalin dari sang ayah.

Hafsah mengangkat pandangan dari tangan mereka dan mengalihkan pandangan ke depan. Kakinya lanjut berjalan mengikuti Rashdan yang mengajaknya menghampiri Syahril, menyalam tangan pria itu, dan duduk di sofa yang kosong, di mana Hafsah duduk di samping suaminya itu.

Hafsah merasa kaku duduk di sana, tidak terbiasa duduk di sofa yang mahal dan empuk itu bak bakpao yang langsung menciut ke bawah ketika digigit, membuat Hafsah terlihat sedikit kampungan di mata Ratna, ibu mertuanya yang duduk di sebelah meja.

Wanita paruh baya itu menatap Hafsah dengan mata menyelidik yang memunculkan perasaan tidak nyaman di hati Hafsah, membuatnya sadar mertua perempuannya itu tidak senang dengan kedatangannya. Namun, ia berusaha berpikir positif dan tidak menilai wanita paruh baya itu terlebih dahulu karena ini pertemuan pertama mereka.

"Kurang apa Halma sampai kamu menikah lagi?" tanya Ratna dengan judesnya tanpa menjaga perasaan Hafsah.

"Umma ...," tegur Syahril dengan lembutnya.

Cara Syahril menegur Ratna membuat wanita itu melunak, tahu sang suami marah dengan caranya berucap. Wanita itu meredam emosinya, menahan amarahnya keluar.

"Maaf, Hafsah. Umma memang sedikit temperamen orangnya," terang Syahril dengan bercanda agar suasana tidak terlalu menusuk jiwa Hafsah yang membuat gadis itu takut dan tegang.

Ratna melirik suaminya itu dengan raut wajah sedikit kesal. Langsung Syahril menggenggam tangan kiri Ratna, tersenyum sambil memberikan kode mata pada istrinya itu untuk bisa bersikap ramah, menghormati Hafsah. Namun, rasanya berat bagi Ratna untuk mengikuti keinginan suaminya. Jadi, ia mengambil jalan pintas dengan meninggalkan ruang tamu, beranjak masuk ke kamar untuk menghindari perasaan yang terasa pengap.

"Oh iya. Nak Hafsah guru seni di sekolah SMP Belas Raya, ya? Ash sudah menceritakannya.” Syahril sengaja mengalihkan fokus Hafsah dari Ratna dengan menanyai menantu keduanya itu.

“Ash?” Hafsah sedikit berpikir.

“Rashdan,” jelas Syahril.

Hafsah menahan senyuman yang hendak bersemi di bibirnya dengan mata melirik ke kanan, ke arah sang suami berada. Ia tidak menyangka, pria itu memiliki nama panggil khusus di rumah itu, Ash.

Rashdan menaikkan kedua alis dengan tatapan dinginnya kepada Hafsah. Gadis itu mengalihkan pandangan dari ustaz tampan itu dan kembali mengarahkan pandangan kepada Syahril dengan mengumbar senyuman.

“Assalamualaikum!"ucap seorang wanita berhijab syar'i warna merah muda yang tengah berdiri di pintu rumah.

Mereka tidak sadar dengan kedatangan wanita berwajah nan cantik itu. Mereka langsung melayangkan pandangan mengarahkan ke arah pintu, menatap wujud wanita itu yang merupakan Halma, istri pertama Rashdan yang saat ini tengah menggandeng tangan bocah laki-laki usia tiga tahun yang bernama Husein Rasyid, anak semata wayang mereka.

"Ini istrinya? Cantik sekali," ucap Hafsah di dalam hati, terhipnotis dengan wajah putih mulus pemilik badan tinggi yang mengumbar senyuman kepada mereka itu.

"Abah ...!" panggil bocah laki-laki itu, berlari ke arah Rashdan, menaiki pangkuan pria itu.

"Sayang." Rashdan membelai rambut Husein, lalu mengalihkan pandangan kepada Halma yang berjalan masuk menghampiri mereka, duduk di sofa yang tadi diduduki Ratna.

Begitu sempurnanya Halma di mata Hafsah, membuat gadis itu merasa dirinya tidak sebanding dengan istri tua suaminya itu, ia merasa Halma jauh lebih unggul dari dirinya, dari sisi manapun, terutama agama, termasuk dalam berpenampilan dan bersikap. Namun, mengapa juga Rashdan mau menikahinya? Itulah pertanyaan yang menyapa di benak Hafsah, ia tidak terlalu percaya dengan mimpi yang mengaitkan mereka saat ini dalam hubungan pernikahan itu.

"Kamu Hafsah?" tanya Halma, tersenyum ramah tanpa beban.

Hafsah menganggukkan kepala dengan senyuman ringan.

"Ash tidak salah memilih istri sepertimu, cantik dan berbakat. Dia sudah banyak cerita padaku," ucap Halma, masih tersenyum santai.

Senyuman Halma membuat Hafsah bingung. Mengapa madunya itu tidak tampak terbebani dengan kehadirannya? Beberapa asumsi mulai mendarat di benak Hafsah sampai mengira mungkin mereka tidak saling mencintai. Namun, asumsi itu ditepikan setelah melihat wujud bocah laki-laki yang ada di pangkuan Rashdan. Cukup lama Hafsah memperhatikan wajah keluarga kecil itu sebelum dimasukin oleh dirinya.

Ekspresi bingung Hafsah mudah diterjemahkan oleh Halma, wanita itu tahu gadis itu bingung dengan sikap dan tingkah santainya. Namun, kenyataannya, perasaan takut akan kehilangan Rashdan disembunyikan olehnya karena tidak ingin membuat Rashdan terbebani dan membuat suaminya itu merasa tidak enak hati berpoligami. Istri mana yang rela secara lahir dan batin merelakan suaminya menikahi wanita lain? Namun, Halma menyadari mimpi yang sempat diceritakan suaminya itu sesuatu yang terbaik, yang saat ini berkaitan dengan situasi yang tidak baik, yang mereka hadapi. Apakah itu? Nanti.

"Halma wanita yang kuat. Dia bisa bersikap biasa saja. Padahal, aku tahu kalau perasaannya hancur saat ini," ucap Rashdan, berkata dalam hati sambil menatap Halma dengan wajah prihatin.

Meskipun bersikap santai, biasa saja, Halma tidak mampu membohongi sang suami. Pria itu dengan mudahnya bisa membaca cara istri pertamanya itu bertingkah.

"Jangan menatapku begitu," ucap Halma dengan suara kecil bersama senyuman.

Rashdan tersenyum dan mengalihkan pandangan kepada Syahril dan Hafsah.

Rasa merasa bersalah kembali singgah di hati Hafsah, merasa menjadi orang ketiga di antara hubungan mereka, membuatnya ingin lepas dari hubungan pernikahan bersama Rashdan secepat mungkin agar keluarga kecil itu bahagia seperti sebelumnya yang diyakini olehnya pasti mereka bahagia..

"Kenapa Hafsah?" tanya Halma setelah melihat Hafsah berada dalam beban pikiran.

"Aku mau buang air kecil. Kamar mandinya di mana?" tanya Hafsah, berbohong demi menghindari mereka untuk sesaat.

"Aku ajak kamu ke sana. Ayo," ajak Halma.

Halma berdiri dengan senyuman, senang hati menemani gadis itu, mengantarkannya ke kamar mandi. Penilai Hafsah saat itu, seorang Halma bagaikan malaikat yang berhati baik. Cara wanita itu bersikap dan tutur katanya yang lembut membuat Hafsah semakin merasa bersalah dan semakin memendam perbandingan yang tidak mungkin tersejajarkan olehnya dengan posisi wanita itu saat ini.

Hafsah ikut berdiri dan mengikuti Halma berjalan menaiki tangga yang sempat membuat gadis itu mengerutkan dahi karena bingung. Sebelumnya ia beranggapan kamar mandi ada di dapur. Akan tetapi, ia malah di bawa menuju lantai dua rumah itu. Kedua pria yang duduk di sofa ruang tamu mengerti dengan tingkah Halma. Satu sisi Syahril tersenyum karena senang dan sisi lainnya Rashdan merasa cemas dengan perasaan ibu dai anak semata wayangnya itu.

Episodes
1 Tetesan Air dari Langit
2 Datang untuk Melamar
3 Secepat Itu?
4 Kamar Hafsah
5 Istri Pertama Ustaz Itu
6 Menghindari Rashdan di Kamar
7 Salah Mengira
8 Di Sepertiga Malam
9 Panggil Kakak Saja
10 Aku Ikhlas
11 Hadiah Pernikahan Favorit
12 Kamu Berubah
13 Dia Datang ke Sini?
14 Membujuk untuk Kembali
15 Bertukar Tempat Tinggal
16 Sudah seperti Adik Kandung
17 Kejutan untuk Hafsah
18 Belum Ada Sebelumnya
19 Dia Mengajakmu Menikah?
20 Halma Baru Menghubungi?
21 Kembali ke Rumah
22 Keputusanku Sudah Bulat
23 Kamu Merasa Aku Adil?
24 Jadi, Gadis Ini
25 Jaga Interaksimu
26 Mengapa Aku Merasa ....
27 Istri Pertama?
28 Siapa Istri Kedua Kakak?
29 Lalu, Ustaz Menikahiku untuk Apa?
30 Berobat, Mbak
31 Mengapa Mandi di Kamar Hafsah?
32 Jangan Marah, Ustaz
33 Hatiku Mengapa Begini?
34 Ustaz, Ini Sudah Pagi
35 Tidak Mungkin!
36 Ustaz Mau Bicara Apa?
37 Karena Kamu Cemburu
38 Tidak Perlu
39 Husein Sudah Tidur. Kita ....
40 Mau Membicarakan Apa?
41 Jangan Ceritakan Kepada Mas Rashdan
42 Kamu Menyukaiku?
43 Bukan Mimpi
44 Tiba-Tiba Sudah Tidur di Sampingnya
45 Aku Juga Tidak Bisa
46 Kembali ke Kota
47 Pergi Tanpa Pamit
48 Kecelakaan Beruntun
49 Bagaimana dengan Halma?
50 Pria yang Memasuki Taksi Kami
51 Berlari Pincang
52 Penculikan Syakira
53 Di Tepi Sungai
54 Pria Pengirim Pesan
55 Datang Sesuai Alamat
56 Mengapa Meninggalkanku?
57 Lalu, Kak Halma di Mana?
58 Kembali ke Rumah setelah Lima Tahun
59 Disambut Suka Cita
60 Berkunjung ke Kampung (SELESAI)
61 TANG! ADA KARYA BARU, NIH!
Episodes

Updated 61 Episodes

1
Tetesan Air dari Langit
2
Datang untuk Melamar
3
Secepat Itu?
4
Kamar Hafsah
5
Istri Pertama Ustaz Itu
6
Menghindari Rashdan di Kamar
7
Salah Mengira
8
Di Sepertiga Malam
9
Panggil Kakak Saja
10
Aku Ikhlas
11
Hadiah Pernikahan Favorit
12
Kamu Berubah
13
Dia Datang ke Sini?
14
Membujuk untuk Kembali
15
Bertukar Tempat Tinggal
16
Sudah seperti Adik Kandung
17
Kejutan untuk Hafsah
18
Belum Ada Sebelumnya
19
Dia Mengajakmu Menikah?
20
Halma Baru Menghubungi?
21
Kembali ke Rumah
22
Keputusanku Sudah Bulat
23
Kamu Merasa Aku Adil?
24
Jadi, Gadis Ini
25
Jaga Interaksimu
26
Mengapa Aku Merasa ....
27
Istri Pertama?
28
Siapa Istri Kedua Kakak?
29
Lalu, Ustaz Menikahiku untuk Apa?
30
Berobat, Mbak
31
Mengapa Mandi di Kamar Hafsah?
32
Jangan Marah, Ustaz
33
Hatiku Mengapa Begini?
34
Ustaz, Ini Sudah Pagi
35
Tidak Mungkin!
36
Ustaz Mau Bicara Apa?
37
Karena Kamu Cemburu
38
Tidak Perlu
39
Husein Sudah Tidur. Kita ....
40
Mau Membicarakan Apa?
41
Jangan Ceritakan Kepada Mas Rashdan
42
Kamu Menyukaiku?
43
Bukan Mimpi
44
Tiba-Tiba Sudah Tidur di Sampingnya
45
Aku Juga Tidak Bisa
46
Kembali ke Kota
47
Pergi Tanpa Pamit
48
Kecelakaan Beruntun
49
Bagaimana dengan Halma?
50
Pria yang Memasuki Taksi Kami
51
Berlari Pincang
52
Penculikan Syakira
53
Di Tepi Sungai
54
Pria Pengirim Pesan
55
Datang Sesuai Alamat
56
Mengapa Meninggalkanku?
57
Lalu, Kak Halma di Mana?
58
Kembali ke Rumah setelah Lima Tahun
59
Disambut Suka Cita
60
Berkunjung ke Kampung (SELESAI)
61
TANG! ADA KARYA BARU, NIH!

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!