Setuju

“Ini kan berkas yang kemarin? Kenapa kamu bawa lagi kemari?” tanya Alana sambil menatap tajam pada Gema.

(Tatapan itu lagi, batin Gema).

“Iya Alana, memang itu berkas pengajuan yang kemarin, aku gak bisa revisi ulang karena itu sudah harga diskon yang spesial kami berikan untuk Pak Alex,” jawab Gema santai tanpa memandang wajah Alana.

“Aku kan minta ini direvisi, aku gak mau tanda tangan.” Alana melempar berkas itu ke meja agak keras hingga pengunjung cafe menoleh ke arah mereka. Mereka terlihat seperti pasangan suami istri yang sedang bertengkar dan akan bercerai. Alana masih bersikeras agar harga kesepakatannya diturunkan. Gema pun tetap bersikukuh agar Alana mau menyetujui berkas pengajuan itu meskipun ia sudah punya rencana cadangan.

“Gema, kamu dengerin aku ngomong gak sih, malah melamun,” Alana kesal dengan tingkah santai Gema yang tidak memperhatikannya.

“Iya mbak Alana, saya dengerin mbak Alana kok. Ini tinggal ditanda tangani dan semuanya beres, bulan depan rombongan bisa langsung berangkat,” jelas Gema yang membuat Alana makin kesal.

“Jangan panggil aku mbak. Please ya. Gema aku gak mau tau kamu harus revisi harganya, aku gak mau tanda tangan.”

“Ini memang berkas pengajuan yang lama Alana, tapi aku ada penawaran, gimana kalo kami beri bonus 1 tempat wisata lagi tanpa tambahan biaya?” Gema yakin Alana pasti akan menyetujui penawarannya barusan, terlihat Alana membaca ulang berkas itu yang tanpa Alana sadari ada tambahan fasilitas bagi pegawainya nanti.

“Baiklah, aku lelah berdebat dengan orang seperti kamu. Aku setuju dengan kesepakatan ini,” ucap Alana sedikit terpaksa.

“Terima kasih Alana, kami yakin tidak akan mengecewakan kalian.” Gema lega akhirnya Alana setuju dan menandatangi berkas itu serta menyerahkan sebuah cek sebagai tanda pembayaran dp.

“2 minggu lagi akan kami transfer sisa pembayarannya. Makasih udah mau ketemu di luar kantor.”

“Baik Alana, karena sudah selesai aku pamit dulu. Semoga perjalanan kalian bulan depan menyenangkan. Oh ya sekedar memberitahumu kalau aku juga ikut mengantar rombongan ke Jogja, memastikan bahwa pelayanan kami memuaskan,” pamit Gema.

“Kamu gak mau makan siang atau minum dulu. Aku sampai lupa gara-gara terkejut dengan berkas tadi,” kata Alana. Seketika Gema langsung memanggil pelayan untuk memesan secangkir capuccinno.

“Sebenarnya aku juga haus, gara-gara berdebat terus sama kamu. Hausnya dari kemarin malah” Gema sengaja berkata seperti itu untuk mencairkan suasana yang dari tadi agak memanas. Alana malah tertawa mendengar penuturan Gema barusan.

“Hahaha, sumpah aku gak percaya kamu bisa ngelawak kayak gitu. Aku kira kamu orangnya pendiam lho”

“Aku kira kamu orangnya malah gak bisa ketawa.” Baru kali ini Gema melihat Alana tertawa lepas karena dari awal bertemu sikap Alana memang menjengkelkan. Apalagi judesnya minta ampun, sampai Gema berpikir ada wanita yang bersikap seperti itu.

Terlihat Gema dan Alana mulai akrab. Mereka ngobrol entah apa yang dibicarakan, sesekali Gema yang tertawa dan juga sebaliknya. Hingga tak terasa satu jam berlalu, Gema pamit untuk kembali ke kantor. Tak begitu lama, Alana juga meninggalkan cafe tersebut.

*Di Kantor

Gema langsung menuju ruangan Pak Asep untuk memberitahukan keberhasilanya meminta tanda tangan Alana dan menyerahkan cek pembayaran dp dari Alana Jaya Tekstil. Pak Asep merasa bangga dengan upaya Gema untuk memperoleh kepercayaan pelanggan. Pak Asep berharap Gema tetap bisa memegang tanggung jawabnya untuk mengantar rombongan gathering itu ke Jogja, ini juga sebagai hadiah untuk Gema yang sering bercerita tentang kota kelahiran yang begitu ia rindukan. Ya, memang sejak pindah ke Bandung Gema jarang sekali berkunjung ke Jogja, karena tidak selalu Gema yang mengantar rombongan wisata kesana.

Pegawai travel yang lain pun ikut senang dan mereka lebih bersemangat lagi untuk menyiapkan keperluan yang dibutuhkan dalam perjalanan nanti. Ada yang mulai sibuk memesan bus, booking hotel, booking restoran, hingga memesan tiket wisata. Tak lupa mereka mulai membuat persiapan souvenir yang memang dijadikan bonus dari travel sebagai kenang-kenangan atas kepercayaan memakai jasa mereka.

Alana juga kembali ke kantor untuk menyerahkan berkas pengajuan tadi ke bagian keuangan pabrik. Setelah itu ia masuk ke ruangannya dan segera menelepon ayahnya tentang kesepakatan tadi. Pak Alex menerima kabar itu dengan senang dan bangga terhadap putrinya yang ternyata bisa diandalkan. Tak lupa ia menghubungi Pak Asep untuk mengucapkan terima kasih atas kerjasamanya yang baik sampai saat ini.

Saat Alana bersiap mau pulang, ponselnya berdering. Ada sebuah panggilan dari nomer yang tidak dikenal dan Alana segera menerimanya.

“Hai sayang” sapa orang itu dari seberang sana.

“Bobby, ini beneran kamu?” Alana terkejut saat mendengar suara Bobby, kekasihnya yang selama dua bulan ini menghilang tanpa kabar. “Kamu selama ini dimana? Aku hubungi nomer telepon kamu selalu tidak aktif, kamu tiba-tiba ngilang gitu aja tanpa ngabari aku sama sekali,” Alana marah kepada Bobby yang tiba-tiba menghubunginya kembali.

“Maafkan aku Alana. Selama dua bulan ini aku kembali ke Jakarta karena Mama aku sakit keras dan satu minggu lalu meninggal. Maaf aku tidak sempat menghubungi kamu karena ponselku hilang saat di bandara.” Bobby menjelaskan alasannya tanpa kabar selama ini dan memohon Alana bisa mengerti keadaannya saat ini.

(Padahal aku masih di Amerika sampai sekarang, batin Bobby).

Itu hanya alasan Bobby saja untuk meminta perhatian Alana kembali karena di Amerika ia telah mengkhianati Alana tanpa sepengetahuan Alana. Tapi Alana sudah mengetahui hal ini sejak lama, karena ia selalu mendapat informasi dari teman-temannya tentang perilaku buruk Bobby selama berpacaran dengan Alana. Dan ia menunggu saat yang tepat untuk putus dari Bobby karena sejak Bobby menghilang, Alana kehilangan kesempatan itu.

“Aku gak percaya lagi sama kamu Bob. Aku udah tau semua kelakuan kamu selama kita berpacaran. Dan aku mau putus sekarang. Kebetulan ini adalah saat yang tepat karena kamu yang menghubungi aku lebih dulu,” jelas Alana panjang lebar dan Bobby terkejut mendengar penuturan Alana yang minta putus darinya.

“Sayang, kamu ingin mengakhiri hubungan kita? Aku mohon jangan lakukan itu Alana, aku minta maaf atas perbuatan burukku sama kamu. Aku masih sayang sama kamu, beri aku kesempatan untuk memperbaiki hubungan kita sayang,” Bobby memohon pada Alana. Namun Alana tidak ingin tertipu oleh mulut manis Bobby lagi.

“Sudahlah Bob, aku muak mendengar mulut manismu itu. Lebih baik jangan hubungi aku lagi. Masih banyak cewek di luar sana yang bisa kau permainkan sesuka hatimu, tapi maaf itu bukan aku. Cukup sabar aku menghadapi sikapmu, kita sudah tidak ada hubungan lagi. Selamat tinggal Bob.”

Alana menutup teleponnya dan langsung memblokir nomer Bobby saat itu juga. Alana mengambil tasnya dan segera pulang ke rumah karena malam ini ayah dan kakaknya akan kembali dari Bogor.

Terpopuler

Comments

Maria Meylinda

Maria Meylinda

mulai seru nih...🤫

2020-08-13

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!