"Apa Non Sizy sakit?" tanya sang security, begitu melihat Sizy berjalan gontai tanpa semangat keluar dari mobilnya.
"Ah tidak Pak, saya hanya lelah saja setelah seharian berkerja. Saya pamit naik ke atas dulu ya," Sizy berusaha tersenyum ramah seperti biasanya.
"Baik Non, hati-hati," sahut sang security, masih menatap Sizy yang berjalan memasuki lift menuju lantai atas.
"Kasihan non Sizy, sepertinya dia sedang patah hati. Andai saja aku masih muda seperti dulu, aku tidak keberatan menjadi pacar barunya," khayal sang security, tersenyum sendiri seraya meninggalkan basemen untuk berpatroli kearea lainnya.
Ting! Tong!
Tap. Tap. Tap.
Langkah sepatu Sizy keluar meninggalkan lift, menuju lorong arah kiri ke unit apartemennya. Tangannya menekan beberapa digit angka pada daun pintu didepannya hingga mengeluarkan bunyi.
Ceklik.
"Aku hanya ingin tidur, otakku hari ini begitu lelah." Sizy mendorong pintunya lebar. Dan betapa kaget dirinya, sosok yang sangat dibencinya sedang duduk disofa tamu dan tengah menatap datar kearahnya.
"B-b-bagaimana bisa Tuan masuk kemari?" Sizy gegas mendekat, menatap heran wajah datar tanpa ekspresi dari Clive
"Itu perkara mudah. Bersiaplah, kita pulang ke rumahku sekarang. Tidak aku izinkan isteri sekaligus ibu dari anakku tinggal menyendiri seperti ini," sambil berdiri dari duduknya.
Sisy ternganga. Tentu saja ia tidak habis fikir, bagaimana bisa pria itu begitu percaya dirinya mengatakan hal demikian padanya.
"Dasar tidak waras! Keluar dari sini sekarang juga!" Usir Sizy marah sambil menunjuk pintu, sudah tidak tahan menghadapi pria aneh didepannya.
"Saya akan keluar dari sini, tapi bersama kamu Nona, saya tidak akan membiarkan isteri saya terlunta-lunta diluar rumah. Ini akte nikah kita." sambil menyodorkan lembaran seukuran kertas polio yang sedari tadi dipegangnya.
"T-tidak, ini t-tidak mungkin!" Sizy menggeleng kuat. Bibirnya bergetar saat membaca tiap baris akte nikah catatan sipil atas nama dirinya dan Clive Mandelson. Dan bagaimana mungkin pas poto terbarunya dan tanda tangannya bisa ada di akte nikah itu.
"Ini palsu dan tipuan!" Sizy menatap tajam. Menolak percaya, walau ia tahu pria kaya didepannya itu bisa melakukan apapun dengan uangnya.
"Wanita berpendidikan sepertimu tentu bisa membedakan akte pernikahan itu asli atau palsu. Sekarang, ikutlah denganku, nona Sizy Casserina."
"Kenapa harus aku?!" pekik Sizy marah sambil melempar akte pernikahan yang sudah dipress rapi itu.
"Aku sudah tegaskan, kalau aku tidak mau! Aku tidak bisa hidup berdampingan dengan keluarga berkelas seperti kalian! Hidupku pasti tidak tenang lagi!" imbuhnya hampir menangis.
"Putraku Berry hanya menyukaimu." Masih dalam mode datarnya, Clive berjongkok, memungut akte pernikahan yang tergeletak dilantai dan kembali berdiri.
"Begitu akte pernikahan ini terbit, aku tidak akan membiarkanmu ditindas oleh siapapun."
"Aku akan memberimu kesempatan untuk berbenah, tentu banyak hal penting dalam apartemen ini yang perlu dibawa. Jangan berfikir bisa kabur dariku, dua hari lagi aku akan datang menjemputmu sekalian menemui Bibi dan Pamanmu."
Setelah mengatakan itu, Sizy melihat pria itu melangkah menuju pintu lalu pergi tanpa menoleh.
"Kenapa ada manusia aneh seperti dia dibumi ini?!" teriak Sisy sambil menghempaskan tubuhnya disofa, dimana sebelumnya Clive duduk.
"Lalu? Bagaiamana dia bisa tahu tentang Paman dan Bibi?" Sizy memegangi kepalanya yang mendadak pusing.
...***...
"Selamat pagi nona Sizy," sapa para resepsionis ramah seperti biasanya.
"Pagi juga," balas Sizy turut tersenyum dengan langkahnya yang bergegas menuju lif seperti kebiasaannya. Ia cukup terganggu saat hampir semua pegawai yang melihatnya berbisik-bisik tidak jelas dibelakangnya.
"Kak Sizy! Aku kesal padamu!" pekik Fiona.
Tentu saja pekikan gadis magang berparas manis itu mengejutkan Sizy yang baru saja masuk keruangan laboratorium.
"Kesal padaku? Memangnya apa yang telah aku lakukan padamu?" tanya Sizy heran sambil menyimpan tas dalam laci dan mendudukan bokongnya pada kursi kerjanya.
"Kakak sudah merebut tuan Clive dariku!" pekiknya lagi dengan wajah cemberut, tentu saja membuat atensi beberapa pegawai diruang itu berpusat pada keduanya.
"Serius, kamu punya hubungan istimewa dengan tuan Clive???" seisi ruangan laboratorium kompak bertanya.
"Tuan Clive?" Ingatan Sizy seketika melayang pada pria itu yang datang ke unit apartemennya semalam dan mengatakan hal yang tidak masuk akal.
"Lihat ini," Fiona menunjukan laman media sosial miliknya.
Sizy terkaget saat melihat potonya makan bersama Berry dan David beberapa hari lalu bisa beredar, lalu potonya menemui dokter June berakhir gambar dirinya membuang pil kontrasepsi kedalam tong sampah, hingga poto Clive dengan wajah datarnya keluar dari unit apartemennya dengan caption 'Cara singkat jadi wanita berkelas'.
Seketika Sizy meradang. Tanpa sadar tangannya meremas kertas diatas mejanya dengan hati yang geram.
...***...
"Aku pulang!" pekik Sizy memasuki rumah bibi dan pamanya dimana ia dibesarkan, setelah kedua orang tuanya meninggal karena kecelakaan pesawat saat dirinya baru berusia 6 tahun.
Margareta yang kaget gegas menaruh ponselnya diatas meja, wanita paruh baya itu segera menghampiri keponakannya itu dengan senyum lebarnya.
"Ah sayang, Bibi merindukanmu," peluknya erat.
"Bibi harap harimu menyenangkan. Ayo kita kedapur, pamanmu sudah masak enak untuk kita, karena tahu kamu pasti pulang akhir pekan ini," Margareta mengurai pelukannya lalu menarik pergelangan tangan keponakannya itu untuk mengikutinya.
"Lihat, siapa yang datang?!"
Arthur menoleh, pria paruh baya itu tersenyum lebar, menghentikan sejenak aktifitasnya yang sedang mengatur hidangan diatas meja.
"Semoga harimu menyenangkan Sayang," ucapnya lembut, saat Sizy memeluk erat dirinya.
"Sayangnya aku tidak baik-baik saja Paman. Kalian pasti sudah melihat berita tentangku, maafkan aku karena sudah membuat kalian malu." Sizy makin mengeratkan pelukannya pada Arthur.
"Jangan cemas, kami percaya padamu Sayang. Kamu tidak mungkin melakukan hal melanggar norma-norma yang berlaku dinegara ini. Lagi pula, paman yakin kamu tidak mungkin menggoda pria kaya itu karena keluarga kita tidak sederajat dengan mereka."
Sizy mengurai pelukannya, menatap lekat wajah Arthur lalu beralih pada Margareta.
"Tapi ini tidak sesederhana yang kita fikirkan, pria itu bahkan sudah menerbitkan akte pernikahanku dengannya, dan dia juga bilang akan menemui Paman dan Bibi--" Sizy lalu menceritakan hal ikhwal dirinya bertemu dengan Berry, sampai dimana dirinya yang tidak tahu bagaimana bisa tidur dengan ayah anak itu.
"Baiklah, Paman juga ingin mendengar langsung kenapa laki-laki kaya itu melakukan semuanya ini padamu," menatap iba pada keponakannya yang sudah ia rawat dan besarkan dengan sepenuh hati bersama isterinya.
"Sekarang kita makan dulu. Lihat Paman sudah memasak makanan kesukaanmu," menunjuk semua hasil masakannya diatas meja.
"Paman dan Bibi memang yang terbaik," Sizy mencium bergantian pipi kedua pasangan suami isteri itu, sejak kecil ia selalu merasakan ketulusan kasih sayang dari keduanya seperti orang tua kandungnya sendiri.
"Sangaaaat lezat!" Sizy mengunyah dendeng daging rusa dengan nikmat. Anemia yang dideritanya sejak usia 10 tahun membuatnya sering mengkonsumi daging itu.
Bersambung...✍️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 114 Episodes
Comments
First Soldier
Ah medsos jaman sekarang...bar bar /Smug/
2025-03-04
2
🎧✏📖
hadir
2024-11-07
1
💫0m@~ga0eL🔱
berarti aku harus makan daging rusa juga nih kayak nya.
2024-10-24
1