"Nona, sarapan sudah siap," ucap David, pengasuh sekaligus kepala asisten rumah tangga itu membungkuk hormat saat berpapasan dengan Sizy diruang keluarga.
Sizy tidak menggubris. Wanita itu kian mempercepat langkahnya. Ia juga kesal pada David, ia yakin pria paruh baya itu ikut terlibat.
"Tuan, Nona--" David berniat melapor, begitu melihat Clive akan melintas didepannya.
"Kembali ke tugasmu," singkat Clive pada David lalu kembali bergegas mengejar Sizy.
"Sial! Kenapa harus lowbat?" Sizy menggerutu, menatap ponselnya yang kehabisan baterai, lalu berjalan kesana-kemari di halaman luas rumah besar itu sambil melihat jalan didepan pagar yang terlihat lengang.
"Aku minta maaf atas kejadian semalam. Sebagai seorang pria, aku akan bertanggung jawab. Menikahlah denganku, dan jadilah ibu dari putraku."
Sizy berbalik, menemukan presisi Clive berdiri tepat dibelakangnya, tidak ketinggalan wajah datarnya.
"Aku tidak mau. Aku juga tidak sedang meminta Tuan bertanggung jawab," tolak Sizy tegas, sambil memundurkan langkahnya. Ia masih sangat marah, hingga berdekatan dengan pria itu-pun ia tidak sudi.
"Diluar sana, banyak wanita yang bermimpi ingin menjadi nyonya Clive, dan kamu sudah punya kesempatan itu. Aku pria kaya, dan kamu tidak akan kekurangan satu apapun saat hidup bersamaku. Bahkan aku akan memberikan sahamku 60% begitu kamu resmi menjadi isteriku," datar Clive lagi.
"Saya tidak tertarik. Berikan saja pada wanita-wanita yang Tuan sebut sedang bermimpi menjadi nyonya Tuan itu," tegas Sizy lagi dan segera berbalik, lalu berlari menuju pagar yang tertutup, sementara security jaga yang akan beranjak langsung berdiam diri dalam pos jaganya begitu melihat sang majikan memberi instruksi dengan isyarat tangannya.
"Saya mau pulang! Buka pagarnya," Sizy kembali berbalik menghadap Clive, saat melihat pagar dihadapannya terkunci.
"Saya akan mengantarmu pulang Nona. Tapi, setuju-lah menikah dengan saya. Setelah apa yang kita lakukan semalam, tidak mungkin pria seperti saya tidak bertanggung jawab. Percayalah, saya akan memperlakukanmu dengan sangat baik seperti seorang ratu."
"Tolong, berhenti membahas ini. Saya sudah tegaskan, kalau saya tidak mau menikah dan menjadi isteri Tuan, juga tidak mau menjadi ibu dari putra Tuan, kalian sama-sama membuat saya takut! Saya tidak ingin terlibat lebih jauh lagi. Sekarang juga, saya mau pulang!" sentak Sizy menatap tajam dengan amarah masih terpancar jelas dari sorot matanya.
"Baiklah," Clive yang datar itu terlihat pasrah.
"Ayo, masuklah kedalam mobil, saya akan mengantarmu pulang sekarang."
"Saya tidak mau, pesankan saya taxi, baterai ponsel saya lowbat," tolak Sizy, membuang muka kearah jalan sembari melipat kedua tangannya didepan dada.
"Didaerah sini tidak ada taxi," Clive menatap Sizy yang masih membuang mukanya.
Wanita itu segera mengalihkan pandangan dan menurunkan tangannya begitu mendengar jawaban Clive.
"Kalau begitu, pinjamkan saya mobil Tuan, saya pulang sendiri dan mau menenangkan diri."
"Baik," Clive mengulurkan kunci kontak mobilnya dan segera disambut oleh Sizy.
Tanpa mengatakan apapun lagi, Sizy bergegas menuju mobil, duduk dibelakang kemudi dan segera menjalankannya, meninggalkan rumah besar Clive begitu security membuka pagar kokoh rumah itu.
"Dasar pria brengsek! Dia pikir aku wanita apa?!" pekik Sizy didalam mobil sambil memukul kemudi, meluapkan amarah dalam tangisnya yang ia tahan-tahan selama berada dirumah pria itu.
Begitu melihat klinik praktek milik sahabat SMU-nya didepan, Sizy segera membelokan kemudinya kesana.
"Dokter June, kebetulan aku bertemu denganmu disini." Sizy melangkah setengah berlari, saat sahabat SMU-nya itu akan masuk ke mobilnya.
"Hei Sizy, tidak biasanya sepagi ini kamu ada disni? Apa kamu sakit?" June mengurungkan niatnya memasuki mobil dengan raut penuh tanyanya.
"Ah tidak. Aku hanya ingin membeli obat di apotikmu," Sizy mengulas senyum tipisnya, sambil melirik sekilas pintu apotik yang sudah terbuka.
"June," Sizy kembali menatap sahabatnya itu, sedikit merasa canggung.
"A-apa wanita dewasa yang baru berhubungan sekali dengan seorang pria bisa langsung hamil?"
Sizy kian gugup, saat June memberikan tatapan tak biasa.
"I-itu, aku hanya bertanya saja, jangan curiga padaku. Kamu kan dokter kandungan? Jadi aku bertanya padamu sebagai pengetahuan."
"Tentu saja aku curiga," June memberi tatapan intimidasi.
"Katakan padaku, apa kamu telah melakukannya dengan Edwin, pacarmu itu? Karena aku baru tahu kalau dia sudah kembali dari luar negeri karena bertemu dengannya semalam di restoran bersama--" June seketika membekap mulutnya, ia ingat benar kalau semalam ia melihat Edwin bersama seorang wanita, tapi itu bukan Sizy.
"Bersama Stefhany?" potong Sizy datar. "Aku sudah putus dengan Edwin beberapa hari lalu, dan aku tidak perduli dia mau jalan sama siapa."
"M-maaf, aku tidak tahu," June merasa tidak nyaman, dan semalam ia memang melihat Edwin pergi bersama Stefhany.
"Tidak masalah. Bagaimana pertanyaanku tadi?" Sizy kembali mengalihkan ke topik awal, ia sudah tidak perduli pada Edwin yang kini sudah menjadi mantannya, bahkan segala kenangan tentang pria itu telah ia kubur dalam-dalam, begitu menangkap basah perselingkuhannya.
"Tergantung masa suburnya," singkat June, dan melihat ada kecemasan diraut sahabatnya itu.
"Jujur padaku Sizy, apa kamu pernah melakukannya dengan pria itu? Apa dia pacar barumu?" cecar June sambil memegangi kedua pundak Sizy yang terlihat melamun tapi kepalanya sedang berfikir keras.
Drrt. Drrt. Drrt.
"Sebentar," June gegas meraih ponselnya yang baru saja berbunyi, lalu menggeser log hijau saat melihat nomor rumah sakit tempatnya berkerja.
📞"Halo?"
📞"..."
📞"Baik, aku segera kesana." June menutup ponselnya dengan wajah tergesa-gesa.
"Maaf Zy, aku harus kerumah sakit sekarang, mendadak ada pasien yang akan melahirkan pagi ini."
Sizy mengangguk, menatap sahabatnya yang bergegas, melarikan mobilnya dengan cepat meninggalkan halaman klinik.
"Berikan aku salah satu kontrasepsi yang terbaik sekalian sebotol air mineral," pinta Sizy begitu berdiri didepan seorang apoteker.
"Maaf Nona, apa boleh saya melihat resep yang diberikan dokter June?" apoteker wanita itu menatap Sizy, ia sempat melihat sekilas wanita didepannya itu berbincang dengan sang pemilik klinik dan apotik tempat dirinya berkerja tadi.
"Dokter June, dia adalah temanku, tidak sempat membuat resep karena terburu-buru kerumah sakit untuk menangani pasiennya yang akan melahirkan pagi ini. Kalau tidak percaya, kamu boleh menelponnya sekarang," menatap sang apoteker wanita yang masih terhitung baru berkerja disana.
"Baiklah, maafkan saya Nona," apoteker wanita itu terpaksa percaya, segera mengambil kontrasepsi yang diminta dari etalase dan memberikannya pada Sizy.
Selesai membayar, Sizy menepi kesamping mobil Clive yang ia pinjam sebelumnya, menoleh kesana-kemari, memastikan kalau tidak ada orang yang memperhatikannya.
Sebelum pil itu masuk kemulutnya, Sizy mengurungkan niatnya karena ragu, lalu membuangnya kedalam tong sampah didekatnya.
...***...
"Kalau aku jadi dia, aku juga pasti akan marah besar," Clive mengusap kasar wajahnya, memandangi noda darah palsu di seprei ranjangnya.
Bersambung...✍️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 114 Episodes
Comments
miilieaa
baru baca beberapa bab sudah jatuh cinta/Drool/
2024-12-06
1
🎧✏📖
mangat ya 😇👍🙏
2024-11-06
1
💫0m@~ga0eL🔱
nah lho, kok palsu 🤔
2024-10-24
1