2. Hebatnya Berry

"Bodohnya aku," Sizy merutuk dirinya sendiri.

Mobil yang ia kemudikan dengan kecepatan tinggi tanpa memakan waktu lama tiba diapartemennya, walau ia harus menulikan telinganya atas makian pengendara lainnya yang dibuat jantungan karena aksi ugal-ugalannya dijalan.

Security melongo, merasa aneh pada Sizy yang biasanya menyandang predikat penghuni apartemen teramah, juga paling rapi saat memarkirkan mobilnya di basemen, berjalan acuh dan terkesan buru-buru dengan rambut panjangnya sebagian menutupi wajah cantiknya.

"Jangan harap--, jangan harap aku menangisimu Edwin!" geramnya marah.

Brakk!

Sizy membanting pintu apartemennya, dan akhirnya tetap menangis juga. Hatinya begitu kesal, merasa dibohongi kekasihnya.

Ia menghempaskan tubuhnya dipembaringan, dan menangis sejadi-jadinya. Melepaskan segala energi negatif yang bercokol dalam dadanya.

...***...

Pukul 1:30.

Clive mendorong pelan pintu kamar Berry. Dalam cahaya remang lampu tidur, pria itu melangkah masuk dan duduk di tepi pembaringan. Ia menatap Berry yang telah pulas, napasnya juga nampak teratur.

Clive mengusap kasar wajahnya, mengingat laporan David beberapa menit yang lalu sebelum ia masuk kekamar putranya itu.

Flasback on :

"Tuan kecil tidak berperilaku baik saat guru les-nya datang mengajarinya, juga tidak mau mengerjakan pekerjaan rumahnya yang telah ditugaskan oleh sekolah, Tuan."

"Biarkan saja. Dia sendiri yang akan menanggung hukuman dari gurunya besok di sekolah," Clive berusaha acuh, sambil melonggarkan dasinya yang membuatnya seakan gerah saat mendengar laporan tentang kebandelan putranya.

Ia melihat setumpuk mainan rusak disudut ruangan. Tentu Berry yang melakukannya, siapa lagi? Clive mendesah pelan.

"Tuan kecil sudah tidur sejak sore, melewatkan makan malamnya. Saya sudah berusaha membujuknya tapi dia bersikeras tidak mau Tuan, sebelum bertemu nona Sizy," lapor David lagi, ia menelan salivanya sàat melihat Clive menghentikan pergerakan tangannya melonggarkan dasi tanpa menatap kearahnya.

Flasback off.

Clive bangkit, membenarkan selimut Berry, lalu meninggalkan kamar putranya itu.

Beberapa detik berikutnya, terlihat ada pergerakan ringan. Berry bangkit dari berbaringnya dan turun dari sana menuju kamar mandi setelah memastikan ayahnya tidak akan masuk lagi kedalam kamarnya.

...***...

Ting! Tong! Ting! Tong!

"Ugh!" Sizy menggeliat ditempat tidur, nyawanya belum terkumpul sepenuhnya karena kantuk masih menguasainya. Bahkan semalam ia tidak sempat membersihkan diri dikamar mandi karena sibuk meratapi kebodohannya.

"Siapa pagi-pagi buta begini mengganggu ketenangan orang tidur?" perlahan Sizy beringsut turun, menyeret langkah malasnya menuju pintu, tidak tahan mendengar bunyi bel apartemennya yang terus saja berteriak.

Ceklek.

"Nona, bagaimana mungkin anda bisa enak-enakan tidur? Sementara putra anda, anda biarkan hampir mati kedinginan diluar!" sambil menunjuk Berry yang berdiri disamping pintu dengan wajah pucat kuyu, memeluk tubuhnya sendiri yang hanya mengenakan piyama tipis.

Sizy terperangah, ia bingung karena pria berpakaian security itu tiba-tiba saja memarahinya, dan wajahnya terlihat asing. Mungkin pegawai baru, fikirnya cepat menyimpulkan.

"M-maaf pak. Dia bukan anak saya, dia--" berusaha memberi penjelasan.

"Saya tahu mencari uang itu susah. Tapi jangan itu dijadikan alasan untuk menelantarkan anak. Untung saja saya berpatroli pagi ini dan menemukan anak ini tidur didepan pintu Nona," potong security itu dengan omelan.

"Baiklah-baiklah, maafkan saya pak," Sizy mengangkat kedua belah tangannya, ia tidak ingin meneruskan perdebatan ini, merasa tidak nyaman saat masing-masing penghuni apartemen terbangun dan mengintipnya dari pintu mereka.

"Ayo Berry," Sizy menarik pelan pergelangan tangan anak itu dan membawanya masuk.

Ia mengurungkan niatnya untuk bertanya saat mendengar bunyi yang dikeluarkan oleh perut Berry.

"Kamu lapar?" tanyanya menatap Berry, anak laki-laki itu hanya mengangguk mengiyakan.

"Mau makan apa? Bibi akan buatkan," Sizy mengulas senyum lembutnya.

Berry terlihat berfikir sejenak.

"Ayam fillet saus mentega dan segelas susu."

"Baiklah, tunggu disini sebentar, Bibi akan memasakannya sebentar," Sizy buru-buru menyelimuti tubuh kecil Berry dengan selembar selimut yang ia ambil dari lemari dalam kamarnya, menyalakan televisi lalu meninggalkan Berry seorang diri di sofa tamu.

Bukannya menonton televisi, Berry sibuk memindai seisi ruangan. Tidak cukup sampai disana, ia beranjak turun dari sofa menuju kamar Sizy sambil waspada melihat kearah dapur.

25 menit kemudian.

"Makanan sudah siap. Ayo kita makan," Sizy muncul dari dapur dengan senyum terkembang.

Berry mengalihkan pandangan dari televisi yang ia tonton, lalu turun dari sofa, dan mengekor Sizy yang berjalan menuju meja makan.

"Duduk disini," Sizy mengangkat tubuh kecil Berry dengan hati-hati dan mendudukannya dikursi, disebelahnya.

Berry tidak berbicara, ia langsung memejamkan matanya, dan Sizy tahu anak itu sedang berdoa sebelum memulai sarapannya.

Menit berikutnya, Sizy yang sedang mengunyah sarapan yang sama dengan Berry sesekali melirik pria kecil disebelahnya itu. Ia tidak heran melihat cara makan Berry yang elegan, membuat dirinya akhirnya meniru cara makan anak itu.

"Bibi akan mengantarmu pulang sebentar lagi setelah bersiap, karena pagi ini kamu juga harus segera kesekolah supaya tidak terlambat."

Sizy memutuskan tidak bertanya seperti niatannya, saat melihat jam dindingnya sudah menunjukan pukul 6:40. Begitu selesai membereskan peralatan makan, ia bergegas masuk kekamar dan mebersihkan diri dikamar mandi.

...***...

"Terima kasih nona Sizy, sudah mengantarkan Tuan kecil kami pulang," David membungkuk hormat saat Sizy terlihat terburu-buru.

"Sama-sama," Sizy tersenyum, lalu menaikan kaca jendela mobilnya perlahan.

David masih berdiri ditempatnya bersama Berry, memandangi mobil Sizy yang merayap perlahan meninggalkan mereka.

"Bersiaplah, kita berangkat sekarang Berry," Clive yang sedari tadi memperhatikan keduanya akhirnya bersuara.

"Ayah, aku harus bersiap dulu," Berry mendongak sebentar pada ayahnya yang jangkung itu, lalu menarik tangan David agar mengikutinya.

"David sudah menyiapkan pakaian, sepatu, dan tas sekolahmu didalam mobil ayah. Kamu bisa mengganti pakaian didalam, sambil kita berangkat menuju sekolahmu," datar Clive sembari melangkah menuju mobilnya.

"Aku bahkan belum sempat mandi Ayah," Berry melayangkan protes.

"Salahmu sendiri. Itu hukuman karena kamu berani pergi diam-diam tanpa seizin Ayah," Clive berhenti disamping mobilnya hanya untuk melihat wajah tidak suka Berry padanya.

"Aku melakukannya karena menginginkan wanita itu menjadi ibuku," ungkap pria kecil itu dengan mata melotot.

"David, angkat dia dan bawa masuk ke mobil. Omong kosongnya akan membuat kita semua terlambat," perintah Clive.

"Tuan kecil, tolong maafkan saya," David meraih tubuh kecil Berry, dan membawanya masuk ke dalam mobil sesuai perintah sang majikan.

"Tuan kecil, saya akan membantu anda mengganti pakaian," ijin David kemudian, saat mobil sudah melaju dijalan raya.

"Berbalik, biar aku mengganti pakaianku sendiri," Berry mengambil alih pakaian sekolahnya yang dipegang oleh David, sambil melirik ayahnya yang sedang mengawasinya dari pantulan kaca spion dekat sopirnya.

Drrt. Drrt. Drrt.

"Ibu Kepala Sekolah? Ada apa beliau menelpon?" Clive menatap layar ponselnya.

📞"Selamat pagi Ibu kepala sekolah," sapa Clive sopan.

📞"Selamat pagi tuan Clive, maaf mengganggu waktu Tuan. Bolehkah pagi ini singgah di sekolah? Ada hal penting yang harus saya sampaikan tentang Berry."

📞"Tentu. Kami sebentar lagi tiba."

📞"Kalau begitu, terima kasih Tuan. Saya menunggu kedatangan Tuan diruangan saya."

Clive menyimpan ponselnya begitu sambungan terputus.

Suasana sekolah TK Tiga Bahasa nampak sepi, saat mobil mereka masuk diarea sekolah.

"David, antar Berry kekelasnya, saya akan menemui Ibu kepala sekolah diruangannya."

"Baik Tuan. Ayo Tuan kecil," David meraih tas sekolah dan membawa Berry sertanya menuju kelasnya.

...***...

"Saya tidak melihat satupun murid dan orang tuanya, hanya berpapasan dengan beberapa guru saat berjalan kemari," ungkap Clive, setelah dipersilahkan duduk berhadapan dengan sang kepala sekolah.

"Hari ini libur Tuan," sahut sang kepala sekolah tenang.

"Libur?" Clive mengerutkan keningnya.

"Hari ini bukan tanggal merah Bu kepala sekolah, bagaimana bisa libur?" imbuhnya kemudian.

"Itulah hebatnya Berry, putra Tuan. Dia-lah yang meliburkan semua murid sekolah kami khusus hari ini."

Clive terperangah, sesaat kemudian ia segera menguasai perasaan kagetnya.

"Maaf, bolehkah saya diberi penjelasan?" Clive bergerak, merapikan perasaannya yang sempat berantakan atas ucapan tidak biasa sang kepala sekolah.

"Semalam, seseorang yang mengaku dari pihak sekolah telah menelpon semua orang tua murid, mengatakan kalau hari ini libur karena adanya rapat guru."

"Begitu mendapat kesaksian dari beberapa orang tua murid, pihak sekolah segera meminta bantuan pihak telekomunikasi, dan ternyata seseorang itu menelpon dari satu titik, yaitu telepon rumah anda Tuan."

Ibu kepala sekolah lalu memutar rekaman suara yang ia terima dari pihak telekomunikasi, memperdengarkan suara pria dewasa yang menelpon sekian banyak orang tua murid.

Clive lagi-lagi terperangah.

"Itu suara yang sengaja disamarkan oleh sang penelpon, Tuan. Dan ini suara aslinya yang telah diubah oleh pihak Telekomunikasi."

Clive menelan salivanya dengan susah payah, ia mengenal jelas kalau itu adalah suara putranya, Berry.

Bersambung...✍️

Terpopuler

Comments

Indah Dewi

Indah Dewi

Segini dulu bebz bacanya entar di lanjut lagi/Kiss/ 3 🌹 buat kak dewi

2024-12-01

1

Indah Dewi

Indah Dewi

si bocah itu lah sapa lagi/Facepalm//Facepalm/

2024-12-01

1

〈⎳ HIATUS

〈⎳ HIATUS

cerdas

2024-11-06

1

lihat semua
Episodes
1 1. Jadilah Ibuku
2 2. Hebatnya Berry
3 3. Hadiah
4 4. Menolak
5 5. Akte Nikah
6 6. Kunjungan Keluarga Mandelson
7 7. Resepsi Pernikahan
8 8. Kamar Kita
9 9. Dua Menjadi Satu
10 10. Seberharga Itukah?
11 11. Sang Guling Berbulu
12 12. Teletubbies vs Yuna
13 13. Ketiduran Membaca Dongeng
14 14. Perundungan
15 15. Saya Bukan Siapa-Siapa
16 16. Bertemu Mantan Rival
17 17. Keterkejutan Clive
18 18. Apa Yang Kamu Sembunyikan?
19 19. Yuna Sakit
20 20. Tidak Merindukan
21 21. Tidak Ingin Satu Almamater
22 22. Memecatnya, Itulah Yang Terbaik
23 23. Kamu Baik Sekali
24 24. Yuna Di Adopsi
25 25. Di Pesta Perjamuan Bisnis
26 26. Kamu Mengagumiku?
27 27. Prinsip Hidup Yuna
28 28. Jadi Idola Para Orang Tua Murid
29 29. Perlakuan Clive
30 30. Sizy Pusing Sendiri
31 31. Minta Bantuan Clive
32 32. Kunjungan
33 33. Isi Paper Bag (Visual Clive Mandelson)
34 34. Di Rumah Arthur
35 35. Berpura-puralah
36 36. Suami Antikku
37 37. Kecelakaan
38 38. Si Tuan Kecil, Kepala Pasukan Anjing
39 39. Berdialog
40 40.
41 41. Visual Berry Mandelson
42 42. Pulang Dari Rumah Sakit
43 43. Di Dealer Mobil
44 44. Test Drive
45 45. Ke Dokter Kandungan
46 46. Visual Yuna
47 47. Kamu Cinta padaku?
48 48. Berita
49 49. Visual Sizy
50 50. Merindukanmu
51 51. Hadiah dari Berry
52 52. Kamu Bisa Mengandalkanku
53 53. Berry Yang Banyak Tanya
54 54. Kedatangan Ayah Yuna
55 55. Berry Menghibur Yuna
56 56. Cuci Tangan
57 57. Clive vs Hendra
58 58. Perempuan, Manusia Berhati Berlian
59 59. Titik Terang
60 60. Marah
61 61. Makan Malam dirumah Morgan
62 62. Aku Mau Gadis Yang Dididik Oleh Ibu
63 63. Tiga Pria Beda Generasi
64 64. Pingsan
65 65. Calon Anak Kita
66 66. Sisi Lain Yuna
67 67. Cerdik, Bukan Licik
68 68. Kebaikan Tidak Untuk Dibalas
69 69. Notif Pesan
70 70. Bersiaplah Ganti Rugi
71 71. Mengalihkan Atensi
72 72. Belum Selesai Dengan Masa Lalu
73 73. Menyusul
74 74. Aku Bisa Gila
75 75. Demi Bisa Berdekatan.
76 76. Minum Obat
77 77. Masih Ada Urusan Yang Jauh Lebih Penting
78 78. Bolehkah Aku Meminta?
79 79. Pria Kecil Itu Berbahaya
80 80. Tamu Dan Beritanya
81 81. Pelindung Mama
82 82. Masih Teka-Teki
83 83. Titik Terang
84 84. Pubertas?
85 85. Mengumumkan Kepemilikan
86 86. Awas!!! Ada Ranjau!!!
87 87. Sayonara
88 88. Bukan Levelmu
89 89. Lionel Mandelson
90 90. Empat Tahun Kemudian
91 91. Hukuman Buat Berry
92 92. Kunjungan Teguh Di Rumah Lidiya
93 93. Poto
94 94. Tamu Tak Diundang
95 95. Tentang kebaikan
96 96. Lamaran
97 97. Berita Tentang Orang Tua Lidiya
98 98. Penyesalan
99 99. Apa Itu Benar?
100 100. Menyaksikan Sendiri
101 101. Membongkar Identitas Sizy
102 102. Bukan Skizofrenia Tapi Psikopat
103 103. Ide Sang Kakek Yang Di Eksekusi Oleh Sang Cucu
104 104. Ruang Persidangan
105 105. Trauma Tentang Hadiah
106 106. Pelayan Kehormatan Mengalihkan Duniaku
107 107. POV Berry Mandelson
108 108. Calon Suami
109 109. Serasa Malam Ini Milik Kita.
110 110. Obrolan Teguh dan Berry
111 111. Cara Melamar Berry
112 112. Khayalan Sizy
113 113. Rencana Spektakuler
114 114. Datang Bantuan.
Episodes

Updated 114 Episodes

1
1. Jadilah Ibuku
2
2. Hebatnya Berry
3
3. Hadiah
4
4. Menolak
5
5. Akte Nikah
6
6. Kunjungan Keluarga Mandelson
7
7. Resepsi Pernikahan
8
8. Kamar Kita
9
9. Dua Menjadi Satu
10
10. Seberharga Itukah?
11
11. Sang Guling Berbulu
12
12. Teletubbies vs Yuna
13
13. Ketiduran Membaca Dongeng
14
14. Perundungan
15
15. Saya Bukan Siapa-Siapa
16
16. Bertemu Mantan Rival
17
17. Keterkejutan Clive
18
18. Apa Yang Kamu Sembunyikan?
19
19. Yuna Sakit
20
20. Tidak Merindukan
21
21. Tidak Ingin Satu Almamater
22
22. Memecatnya, Itulah Yang Terbaik
23
23. Kamu Baik Sekali
24
24. Yuna Di Adopsi
25
25. Di Pesta Perjamuan Bisnis
26
26. Kamu Mengagumiku?
27
27. Prinsip Hidup Yuna
28
28. Jadi Idola Para Orang Tua Murid
29
29. Perlakuan Clive
30
30. Sizy Pusing Sendiri
31
31. Minta Bantuan Clive
32
32. Kunjungan
33
33. Isi Paper Bag (Visual Clive Mandelson)
34
34. Di Rumah Arthur
35
35. Berpura-puralah
36
36. Suami Antikku
37
37. Kecelakaan
38
38. Si Tuan Kecil, Kepala Pasukan Anjing
39
39. Berdialog
40
40.
41
41. Visual Berry Mandelson
42
42. Pulang Dari Rumah Sakit
43
43. Di Dealer Mobil
44
44. Test Drive
45
45. Ke Dokter Kandungan
46
46. Visual Yuna
47
47. Kamu Cinta padaku?
48
48. Berita
49
49. Visual Sizy
50
50. Merindukanmu
51
51. Hadiah dari Berry
52
52. Kamu Bisa Mengandalkanku
53
53. Berry Yang Banyak Tanya
54
54. Kedatangan Ayah Yuna
55
55. Berry Menghibur Yuna
56
56. Cuci Tangan
57
57. Clive vs Hendra
58
58. Perempuan, Manusia Berhati Berlian
59
59. Titik Terang
60
60. Marah
61
61. Makan Malam dirumah Morgan
62
62. Aku Mau Gadis Yang Dididik Oleh Ibu
63
63. Tiga Pria Beda Generasi
64
64. Pingsan
65
65. Calon Anak Kita
66
66. Sisi Lain Yuna
67
67. Cerdik, Bukan Licik
68
68. Kebaikan Tidak Untuk Dibalas
69
69. Notif Pesan
70
70. Bersiaplah Ganti Rugi
71
71. Mengalihkan Atensi
72
72. Belum Selesai Dengan Masa Lalu
73
73. Menyusul
74
74. Aku Bisa Gila
75
75. Demi Bisa Berdekatan.
76
76. Minum Obat
77
77. Masih Ada Urusan Yang Jauh Lebih Penting
78
78. Bolehkah Aku Meminta?
79
79. Pria Kecil Itu Berbahaya
80
80. Tamu Dan Beritanya
81
81. Pelindung Mama
82
82. Masih Teka-Teki
83
83. Titik Terang
84
84. Pubertas?
85
85. Mengumumkan Kepemilikan
86
86. Awas!!! Ada Ranjau!!!
87
87. Sayonara
88
88. Bukan Levelmu
89
89. Lionel Mandelson
90
90. Empat Tahun Kemudian
91
91. Hukuman Buat Berry
92
92. Kunjungan Teguh Di Rumah Lidiya
93
93. Poto
94
94. Tamu Tak Diundang
95
95. Tentang kebaikan
96
96. Lamaran
97
97. Berita Tentang Orang Tua Lidiya
98
98. Penyesalan
99
99. Apa Itu Benar?
100
100. Menyaksikan Sendiri
101
101. Membongkar Identitas Sizy
102
102. Bukan Skizofrenia Tapi Psikopat
103
103. Ide Sang Kakek Yang Di Eksekusi Oleh Sang Cucu
104
104. Ruang Persidangan
105
105. Trauma Tentang Hadiah
106
106. Pelayan Kehormatan Mengalihkan Duniaku
107
107. POV Berry Mandelson
108
108. Calon Suami
109
109. Serasa Malam Ini Milik Kita.
110
110. Obrolan Teguh dan Berry
111
111. Cara Melamar Berry
112
112. Khayalan Sizy
113
113. Rencana Spektakuler
114
114. Datang Bantuan.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!