Ada yang malu malu

"Ruby, kenapa kamu ijinin Ziza bawa yang berat berat," protes Quin ketika melihat Ziza juga menenteng sekantong belanjaan saat menghampiri mereka bersama Ruby.

Ruby hampir protes, tapi Ziza mendahului menjawab.

"Cuma jajan ringan aja," bela Ziza dengan senyum merekahnya. Apalagi melihat wajah masam Ruby.

Yang lainnya terkekeh.

"Sabar, ya, By," sela Theo dengan tawa berderai saat mengambil botol minuman dari tentengan Ruby.

"Bisa ngga, sih, bibir kembaran kamu dilem aja," ketus Ruby.

"Nanti aku kasih lakban," sahut Theo enteng.

"Maaf, ya, Ruby." Ziza benar benar ngga enak hati. Untung selama ini Ruby tetap sabar mau bersamanya.

"Sama kamu, sih, ngga apa apa, Za. Tapi sepupu kamu itu pengen aku lempar ke kutub," geram Ruby.

"Aku dengar loh."

"Hem....," dengus Ruby sambil melayangkan tatapan kesalnya pada.Quin.

"Quin, kalo masih sering nyalahin Ruby, Ziza lapor sama mami Gista, loh," ancam Ziza agak galak.

"Ya, janganlah, Za. Aku, kan, cuma nanya karena khawatir sama kamu," ngeyel Quin.

"Mami Gista itu tantenya Ruby loh, kalo kamu mulai lupa," kompor Deva menambah gelak tawa mereka.

Quin terdiam. Dia suka lupa. Dia tau mami Gista ngga bakal marah, tapi pasti bakal cerita ke maminya. Itu yang membuat nyalinya kini menciut.

Maminya kalo udah ngomel bakal diulang ulang terus kata katanya. Bisa dua jam kalo papinya ngga menginterupsi.

"Ruby sayang. Maaf, ya," rayunya yang langsung digeplak kepalanya sama Theo karena gemas.

Tapi Quin malah nyengir. Kesadarannya mulai bangkit dan otaknya sudah tanggap dengan apa.yang harus dia lakukan.

Baginya omelan maminya lebih mengerikan dan harus dia hindari.

Ruby mendengus lagi. Sudah biasa mendapat permintaan maaf dari Quin. Tapi setidaknya dia bersyukur, untuk beberapa hari ke depan Quin ngga akan mencerewetinya lagi. Ancaman akan dilaporkan ke tantenya masih cukup melekat di kepalanya.

*

*

*

Khalid sudah mengganti plester di keningnya saat memasuki kelas.

Mata teduhnya menatap Ziza yang sudah berada di kelas sejenak sebelum ketahuan si reseh yang ternyata adalah sepupunya.

Dia berjalan tenang ke kursinya tanpa dia sadar Ziza menatapnya dengan raut senang.

Cowo itu menuruti permintaannya untuk mengganti plester di keningnya.

"Dia terlalu kurus, Ziza," komen Ruby saat menyadari tatapan Ziza pada Khalid.

Ziza tersenyum.

"Iyaaa...."

"Maen basket payah, kalo karate ngga bisa juga, tambah kasian dia dikerjain Quin," lanjut Ruby lagi.

Ziza terdiam.

"Tapi ngapain harus bisa karate. Quin ngga mungkinlah macam macam," bela Ziza. Menurutnya Quin ngga terlalu buruk. Mungkin dia hanya terlalu khawatir dengan keadaannya.

"Semoga," dengus Ruby.

"Belain aja terus," ejek Ruby pelan ketika melihat guru killer matematika mereka memasuki ruangan.

Ziza menahan tawanya melihat wajah cemberut Ruby.

Kelas yang tadinya kasak kusuk mulai sunyi.

"Mulai sekarang sistem belajar kita per kelompok." suara tegas Bu Yaning cukup mengintimidasi.

Bu Yaning menatap para siswanya tajam.

"Kelompok ibu yang pilih. Tidak ada yang boleh protes."

Baru saja dikasih larangan protes, tapi suara suara tidak setuju sudah berkumandang.

"Kalian harus berbaur," tegas Bu Yaning ngga mau dibantah.

"Ziza, Ruby, Quin, Sean, Khalid, satu kelompok."

"Ngga bisa bu. Kenapa anak baru itu harus satu kelompok dengan kita?" seru Quin lantang.

Kembali sahabat dan para sepupunya menghela nafas panjang melihat kelakuan Quin.

"Memangnya kenapa, Quin. Kamu perlu mengenal teman barumu," ucap Bu Yaning berusaha sabar. Dia pun terpaksa melakukannya atas permintaaan kepala sekolah.

"Sudah kenal, kok, bu," sahut Quin membantah.

Wajah Bu Yaning sudah berubah ungu. Beliau sudah ingin menyemprot Quin, anak laki laki cerewet yang suka sekali membantahnya. Sayangnya otaknya encer banget menyulitkannya memberikan hukuman berat.

Soal keluarganya Bu Yaning ngga masalah, malah kakek neneknya sudah membebaskannya untuk mendidik cucu cucunya tanpa tekanan apa pun.

"Maaf, bu. Kalid sama saya aja," interupsi Gilang membuat pandangan para siswa sekelas terfokus padanya.

Hening.

"Nggak bisa. Keputusan bu Yaning sudah tepat. Quin, kalo kamu ngga mau sekelompok dengan Khalid, kamu gabung dengan aku dan Deva saja. Boleh, ya, bu." Suara Dewa memecah keheningan.

"Tentu boleh." Tapi Bu Yaning tau kalo Quin ngga akan mau dipisahkan dari Ziza.

"Ngga, bu. Saya nurut," jawab Quin cepat.

Nah, kan. Bu Yaning tersenyum sinis.

Ziza hanya mengulum senyum melihat tatapan mengejek Bu Yaning beserta sahabat dan sepupunya yang lain pada Quin

Quin adalah pengawal tersetianya. Semuanya juga tau.

"Yang penting aku bersama Ziza, ngga masalah buatku, bu, sama anak baru ini," sambung Quin lagi. Dia ngga mau dipisahkan dari Ziza. Karena dia adalah pelindung Ziza.

"Ya, ya. Ingat, jangan protes lagi," tukas Bu Yaning galak.

Quin hanya nyengir, dalam hati senang karena Bu Yaning ngga menolak permintaannya.

"Kamu ngga apa apa, kan, Khal, di kelompok itu?" bisik Gilang kasian. Dia sudah mencoba membawa Khalid satu kelompok dengannya, tapi gagal.

"Ngga apa. Tenang aja." Hati Khalid malah bersyukur karena akan satu kelompok dengan Ziza.

Gilang mengangguk seolah memberikan semangat.

Bu Yaning pun melanjutkan pembagian kelompok.

Dalam hati Quin memaki karena kelompok sepupu dan sahabatnya tetaplah orang orang yang sama.

Beberapa menit kemudian.

Khalid merasa ngga betah karena sepupu reseh ini terus menyorotinya dengan tatapan seakan hendak mengulitinya.

Sean menyenggol keras kaki Quin.

"Apa?" bisik Quin kesal.

"Kerjain." Sean balas berbisik. Matanya memberikan isyarat agar Quin mengikuti lirikannya.

Ternyata Bu Yaning sedang melihatnya dengan tatapan sama horornya.

Quin reflek nyengir, kemudian mengerjakan tugas yang sudah di bagi bagikan oleh Ziza.

Quin akui otak anak baru ini boleh juga. Soal soal yang menjadi bagiannya bisa dia selesaikan dengan benar dan dalam waktu singkat.

Tapi itu belum bisa dia jadikan tolak ukur kalo anak baru ini pantas mendekati Ziza. Dia harus lebih banyak diuji.

*

*

*

Khalid membalas senyum Ziza ketika berada di parkiran. Dia baru saja akan memundurkan varionya, sedangkan Ziza melewatinya di dalam.mobil mewahnya. Gadis lembut itu menurunkan kaca jendela saat melihat keberadaan Khalid.

"Siapa?" goda mami Gista yang melihat gerakan kepalanya. walau sambil nyetir, karena masih di area sekolah, beliau juga sempat memperhatikan cowo yang sedang Ziza perhatikan.

"Teman, mam," senyum Ziza agak malu karena melihat tatapan menggoda maminya. Dia tadi reflek aja saat melihat Khalid.

"Teman sekelas?" Gista jadi penasaran dengan reaksi salah tingkah Ziza. Selama ini bersama sahabat dan sepupu laki lakinya, sikap anak perempuannya biasa aja. Gista merasa Ziza sedikit lebih memperhatikan cowo itu.

"Dia baru dipindahkan ke kelas Ziza, mam." Ziza berusaha tampak normal saar memberikan penjelasan.

"Kok, bisa?" Gista jadi heran.

"Apa pernah ada kejadian begitu?" tanyanya lagi.

"Baru kali ini kayaknya, mam." Ziza juga masih heran soal kepindahan Khalid di kelasnya.

"Aneh ,ya. Apa mungkin dia baru ketahuan berasal dari strata sosial yang tinggi," ucap.Gista asal.

"Mungkin, mam."

Hening.

"Biarpun dia dari strata.sosial biasa, mami, daddy dan Ezra, selalu mendukung pilihan kamu, sayang."

"Iiih... mami udah ketularan daddy, pengen aku cepat punya pacar," gelak Ziza menutupi perasaan malu dan berbunganya yang muncul tiba tiba. Dia yakin saat ini wajahnya pasti sedang merona.

Kenapa kalo menyangkut Khalid, perasaannya cepat sekali meresponnya. Begitu juga dengan jantungnya yang selalu berdebar ngga menentu.

Gista pun terkekeh. Putri kecilnya sudah dewasa. Masih Gista ingat cowo kurus tapi jangkung yang ditatap Ziza tadi masih menatap mobilnya hingga hilang dari pandangannya.

Dia jadi penasaran. Mungkin dia akan meminta Kaysar menyelidiki siapa cowo itu yang membuat kepala sekolah bisa bertindak ngga biasa.

"Namanya siapa?" tanya Gista setelah tawa mereka mereda.

"Siapa mam?" Ziza mendadak bingung dengan pertanyaan maminya.

"Cowo tadi." Gista lagi lagi mengembangkan senyum menggodanya.

Dia suka melihat putrinya jadi malu malu dan salah tingkah.

"Emm.... Khalid, mam."

Terpopuler

Comments

vj'z tri

vj'z tri

eeehhh mami nakal ya suka godain Ziza 🤭🤭🤭

2024-09-27

0

Rahmawati

Rahmawati

mami Gista😍

2024-08-28

2

Yuli a

Yuli a

pasti gista terharu... kisahnya mirip gista. tpi beruntung kakak2 gista baik dn sayang. kalau khalid mlah jdi pelampiasan mamanya...😭

2024-07-14

2

lihat semua
Episodes
1 Pertemuan pertama
2 Niat Quin
3 Hati yang menghangat
4 Ada yang malu malu
5 Siapa Khalid?
6 Siapa Khalid part 2
7 Siapa Khalid? part tiga
8 Kebaikan Ruby
9 Khalid dan Ziza
10 Hilang?
11 Sudah pindah
12 Tidak ditemukan
13 Para sepupu dan sahabat
14 Dibantu Quin
15 Yang terjadi pada Khalid
16 Yang terjadi pada Khalid
17 Yang terjadi pada Khalid
18 Tiga Tahun Kemudian
19 Perasaan yang dulu
20 Skenario yang ngga terduga
21 Hasil penyelidikan
22 Semakin dekat
23 Jogging
24 Mengompori Quin
25 Sarapan bersama keluarga Ziza
26 Membahas tetamgga baru dan pov Theo
27 Kecurigaan tentang Al
28 Misi Sharla
29 Drama yang gagal
30 Ketegasan Khalid
31 Tingkah Random si kembar
32 Ziza dan Khalid
33 Menahan kesal
34 Mulai Kisruh
35 Healing
36 Menyelidiki pelan pelan
37 Rencana Dewa Deva
38 STRIKE
39 Lanjut By
40 Totalitas Sean
41 Pra eksekusi
42 Eksekusi
43 Paska Eksekusi
44 Paska eksekusi part 2
45 Dihadang?
46 Kritis
47 Cemas
48 Saatnya Pembalasan
49 Rencana Karla di pagi hari sebelum penghadangan
50 Paska operasi yang gagal
51 Istri kurang ajar
52 Aku Khalid
53 Welcome Khalid
54 Bukan rahasia lagi
55 Bersama Theo
56 Klarifikasi
57 Keadilan buat Khalid
58 Perusak suasana
59 Lebay
60 Melamar di tempat yang ngga biasa
61 Jodoh Quin
62 Penyelamat yang ditampar
63 Otw jodoh Quin
64 Dendam dan sakit hati
65 otw kencan Quin
66 Di balik acara kencan
67 Belum panas
68 Otw lamaran Ziza
69 Ditampar lagi?
70 otw lamaran Ziza.
71 Ketukar
72 masih Reuni
73 Manis
74 Kekesalan Sheren
75 Ganti dibuly
76 Topeng Theo
77 Penjelasam Khalid
78 Rencana nikah bareng
79 Interogasi
80 Ke Gap
81 Masakan favorit Khalid
82 Menikah
83 Pengumuman Cerita Baru
Episodes

Updated 83 Episodes

1
Pertemuan pertama
2
Niat Quin
3
Hati yang menghangat
4
Ada yang malu malu
5
Siapa Khalid?
6
Siapa Khalid part 2
7
Siapa Khalid? part tiga
8
Kebaikan Ruby
9
Khalid dan Ziza
10
Hilang?
11
Sudah pindah
12
Tidak ditemukan
13
Para sepupu dan sahabat
14
Dibantu Quin
15
Yang terjadi pada Khalid
16
Yang terjadi pada Khalid
17
Yang terjadi pada Khalid
18
Tiga Tahun Kemudian
19
Perasaan yang dulu
20
Skenario yang ngga terduga
21
Hasil penyelidikan
22
Semakin dekat
23
Jogging
24
Mengompori Quin
25
Sarapan bersama keluarga Ziza
26
Membahas tetamgga baru dan pov Theo
27
Kecurigaan tentang Al
28
Misi Sharla
29
Drama yang gagal
30
Ketegasan Khalid
31
Tingkah Random si kembar
32
Ziza dan Khalid
33
Menahan kesal
34
Mulai Kisruh
35
Healing
36
Menyelidiki pelan pelan
37
Rencana Dewa Deva
38
STRIKE
39
Lanjut By
40
Totalitas Sean
41
Pra eksekusi
42
Eksekusi
43
Paska Eksekusi
44
Paska eksekusi part 2
45
Dihadang?
46
Kritis
47
Cemas
48
Saatnya Pembalasan
49
Rencana Karla di pagi hari sebelum penghadangan
50
Paska operasi yang gagal
51
Istri kurang ajar
52
Aku Khalid
53
Welcome Khalid
54
Bukan rahasia lagi
55
Bersama Theo
56
Klarifikasi
57
Keadilan buat Khalid
58
Perusak suasana
59
Lebay
60
Melamar di tempat yang ngga biasa
61
Jodoh Quin
62
Penyelamat yang ditampar
63
Otw jodoh Quin
64
Dendam dan sakit hati
65
otw kencan Quin
66
Di balik acara kencan
67
Belum panas
68
Otw lamaran Ziza
69
Ditampar lagi?
70
otw lamaran Ziza.
71
Ketukar
72
masih Reuni
73
Manis
74
Kekesalan Sheren
75
Ganti dibuly
76
Topeng Theo
77
Penjelasam Khalid
78
Rencana nikah bareng
79
Interogasi
80
Ke Gap
81
Masakan favorit Khalid
82
Menikah
83
Pengumuman Cerita Baru

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!