Sore, kemecetan, dan bus. Tiga hal yang selalu Eun Hye hadapi setiap hari saat pulang dari tempatnya bekerja. Dengan keadaaan yang berantakan serta mata yang lelah menahan kantuk, dia duduk paling belakang bersama orang-orang yang juga bernasib sama. Hal itu yang membuatnya tak jarang terlelap di bus karena kelelahan. Seperti sekarang, keadaan bus yang penuh sesak dengan penumpang pun tak membuatnya bangun dari tidurnya karena terlalu lelah. Bahkan mungkin pencuri sekalipun tidak bisa membuatnya sadar.
Oh, tapi tidak juga. Dia pasti akan bangun dan langsung memukul pencurinya karena mencoba mengambil tas miliknya. Meskipun tasnya tak ada isinya , setidaknya dia harus mempertahankan harga dirinya dan tak membuat si pencuri itu malu karena telah mencuri tas kosong ? Dia hanya kasian kepada nasib apes sang pencuri, sungguh.
Dan seperti biasa, hanya satu hal yang benar-benar bisa membangunkannya saat bus mendadak berhenti serta suara dari speaker yang menyebut halte dekat rumahnya. Eun Hye terkesiap dan menatap sekeliling sebelum mengucek matanya dan bersiap untuk turun. Setelah itu, dia pun berdiri dan beranjak turun. Dia berjalan menuju rumahnya melewati gang sempit yang lumayan jauh dari halte. Jalan kerumahnya juga agak kumuh. Tipikal pinggiran kota Seoul.
Eun Hye, itu namanya. Tak ada yang sepesial dari namanya , dia hanya seorang gadis yang bekerja dari pagi sampai tengah malam, ia memiliki 2 pekerjaan sekaligus tiap harinya. Isi hidupnya hanya tentang pekerjaan semenjak beberapa tahun kebelakang. Tentu saja untuk membiaya hidupnya yang sekarang sebatang kara karena ibu kandungnya sudah meninggal sejak iya masih duduk di taman kanak-kanak, sedangakan untuk ibu tirinya sudah meninggal beberapa tahun belakangan karena serangan jantung. Sementara ayahnya, berada di penjara. Jangan tanya kenapa, karena Eun Hye tak mau membahasnya.
Langkah itu membawa Eun hye naik keatas tangga menuju unitnya yang berada di lantai tiga. Sudah sekitar enam bulan dia tinggal di flat ini karena tempatnya yang cukup nyaman dan murah di bandingkan dengan tempat lain, cocok untuk gadis yang berpenghasilan kecil sepertinya. Dia berjalan melewati beberapa unit yang berjejer, sampai kemudian tiba di pintu miliknya yang terletak paling ujung. Tempat tinggal itu terbuka, yang membuat Eun Hye merasa sedikit aneh saat mendengar suara gemuruh yang berasal dari suara barang-barang dari dalam flatnya yang di lepar dn sebagian sudah rapih di dalam tas.
Melihat itu semua, Eun Hye tentu terkejut.Dia berlali masuk, dan mendapati Ahjumma pemilik flat .
"Ahjumma apa yang kau lakukan? kumohon, beri aku waktu."
"Kau selalu mengatakan itu dari beberapa bulan lalu! Kau pikir aku akan diam saja?!"
Eun Hye yang melihat keadaan makin buruk pun kini mendekati kearah ahjumma pemilik flat dan memegang tangan ahjumma dan memandang wajah Ahjumma dengan tampang memelasnya.
"Aku ingin kau bayar sekarang, lunasi sekarang atau kau akan aku usir!" Sampai kalimat itu Eun Hye membelalakan matanya.
"Ahjumma, berapa yanng harus aku bayar?"
"Sembilan ratus ribu won,"ucapnya yang membuat Eun Hye melongo."Kau harus melunasinya. Atau setidaknya bayar setengahnya."
Eun Hye masih diam tak percaya .
"Ayo cepat! Mana?"
Dan setelah itu, tak ada yang Eun Hye lakukan selain membuka kalung yang dia pakai. Kalung satu-satunya yang sangat berharga baginya.
" Ambil dulu kalungku. Ini mungkin tak bernilai sebanyak itu, tapi jadikan itu sebagai jaminan untuk aku bayar bulan depan."
Ahjumma pemilik flat menatap kalungnya. "Aku ambil. Tapi kau janji melunasinya bulan depan."
Eun Hye hanya bisa mengangguk setelah pemilik flat mengambilnya.
"Baiklah, untung saja kau baik." Perempuan itu menatap Eun Hye sebelum pergi.
Eun Hye tak lagi menjawab saat Ahjumma tadi pergi dari flatnya dan ia pun menutup pintunya. Setelah itu, keadaan pun mulai hening meninggalkan eun Hye yang berdiri disana menatap sekitar yang berantakan, tanpa suara Eun Hye mulai merapikan ruangan yang berantakan akan barang-barang yang berserakan di lantai menata kembali seperti sedia kala.
Setelah selesai merapikan semuanya Eun hye masuk ke kamarnya untuk mebersihkan dirinya yang sudah berasa lengket setelah aktifitas sehariannya dan mulai duduk termenung di dalam kamar sambil memikirkan nasibnya yang buruk beberapa tahun belakangan setelah sang ayah masuk penjara karena kasus penggelapan uang yang di lakukannya hanya untuk memenuhi keinginan ibu tirinya.
Setelah itu, eun Hye menangis sejadi-jadinya di dalam kamar yang senyi dan gelap itu sedirinya untuk melampiaskan semua emosinya dan beban yang di tanggungnya beberapa tahun belakangan ini.
Di tempat berbeda, Jimmy mengambil sebuah buku di bawah laci meja kerjanya. Sebuah buku rahasia .
14 JANUARI 2019
-Eun Hye membeli es krim di kafe pinggir jalan.
-Dia memakai pita biru dan tersenyum sangat cantik.
15 JANUARI 2019
-Eun Hye pulang terlambat karena ketinggalan bus.
-Dia terlihat pucat. Mungkin dia sakit?
16 JANUARI 2019
-
Hari ini catatanya masih kosong. Dan tentu saja, dia akan menuliskannya sekarang karena sudah "betemu" gadis itu.
16 JANUARI 2019
-Eun Hye tertidur di dalam bus dan duduk paling belakang. Dia terlihat kelelahan.
-Eun Hye menangis di dalam kamar sendirian .
Lalu, dia menutup pulpen dan menyimpannya. Dia kembali menatap ke arah foto yang sudah usang di pajang di meja kerjanya. "Kenapa hari ini kau menangis? Aku tak suka. Tak apa, nanti jika kau bertemu dengaku, jangan menangis lagi ya?"
Kini dia mengambil foto dan menatapnya dengan lebih dekat."Kita akan bertemu lagi, sampai bertemu nanti malam , Eun hye."
\*\*\*\*\*\*\*\*\*\*\*\*\*\*
Meskipun kepalanya sangat merasa sakit dan pusing Eun hye tetap untuk bersiap dan bekerja di malam hari. Dia sempat ingin kabur dan bolos, tapi janji untuk melunasi uang sewa flat memaksanya untuk tetap harus bekerja. Di malam hari, Dia bekerja sebagai penjaga toko di minimarket dekat rumahnya. Hal itu memaksa Eun Hye pulang pukul 24.00 saat tokonya tutup. Eun Hye tahu itu bahaya, tapi dia tak punya pilihan lain .
Gadis itu tersenyum kepada Minah teman kerjannya saat tiba di minimarket. Minah melayani SHift siang sampai sore, dan Eun Hye akan menggantikannya.
"Hai Eun Hye, baru sampai?"
"Hmm ya, aku tak terlambatkan ?"
"Ah tidak, kau tepat waktu."
"Baiklah , kau bisa pulang sekarang, Minah ."
"Oke, Aku bersiap dulu!" minah pun pergi kebelakang untuk bersiap pulang dan mengambil barang-barangnya, meninggalkan Eun Hye yang bediri di meja kasir sambil menunggu pembeli yang datang.
Hari ini terlihat sepi dan belum ada orang yang masuk ke toko satu pun. Sambil menunggu pelanggan datang, Eun Hye menatap sekeliling. Dia ingat belum makan sore ini dan sialnya, dia tidak punya uang. Eun Hye bahkan memegang perutnya karena kelaparan. Kalau saja dia punya uang, dia mungkin bisa makan.
Beberapa lama terdiam meratapi perutnya yang kelaparan, Eun Hye kini mendengar suara pintu minimarket yang terbuka dan melihat seorang laki-laki masuk.
"Selamat datang."
Eun Hye menyapa dan menatapnya, meskipun tak bisa menatap dan melihat dengan jelas wajah lelaki itu. Dia memakai topi hitam dengan hoodie yang membalut tubuhnya. Tak lupa sebuah kamera yang tergantung di lehernya.
" Selamat datang, tuan. Anda mau beli ap--"
" Rokok."
Eun Hye bahkan belum sempat menyelesaikan ucapannya.
"Eum...yang mana?"
"Yang itu."tunjuknya pada satu rokok di belakang Eun Hye.
Eun Hye langsung mengambilnya, mengarahkan barcode ke mesin kasir, lalu menyerahkan kepada laki-laki itu.
"ini rokok--"ucapan Eun Hye lagi-lagi belum selesai saat laki-laki itu sudah meletakkan beberapa lembar uang di meja kasir.
"Oh, Tuan ini terlalu bany--"
Eun Hye yang belum selesai mengucapkan kalimatnya, tapi laki-laki itu tiba-tiba pergi begitu saja tanpa basi-basi.
"Tuan! Tuan! Uangmu!"
Percuma saja, Eun Hye berhenti di depan pintu saat laki-laki itu sudah jauh. Uang itu sangat banyak untuk sebuah harga rokok dan Eun Hye tak bisa mengambil uangnya karena peraturan yang tak memperbolehkan menerima uang tip dari pembeli.
Tadinya , Eun Hye akan meletakkan uang itu di laci kasir dan belaku jujur, tapi saat ingat jika dia sedang membutuhkan uang, dia mulai mempertimbangkan hal itu. Eun Hye menatap uangnya. Bolehkah dia mengambilnya? Sekali saja, Bagaimana kalau bosnya tahu?.
LAma begulat dengan pikirannya, Eun Hye mulai tak peduli.Persetan! Pada akhirnya uang itu berhasil masuk ke dalam kantong celananya. Sekali ini saja, dia sangat membutuhkannya.
Dia menatap selembar foto yang bertuliskan "Eun Hye berjalan menuju minimarket" di belakang foto. Dia terus memandang dan memuji betapa cantiknya gadis itu.
"KAu canti hari ini, tapi sayang wajahmu pucat. Kau belum makan?" Dia kemudian mengelus foto itu. "KAu harus makan. Pakai uangnya untuk membeli makanan. Kau terlihat kurus."
Dia menempelkan foto di sebuah dinding yang berada di kamarnya. Dinding yang juga dipenuhi foto gadis yang sama, gadis yang baru bertemu di minimarket hari ini.
"BEsok kita akan bertemu lagi, Eun Hye. Jangan pulang terlalu malam. Dan ingat, kau harus makan, kau juga tak boleh menangis lagi. Kau berjanji padaku,kan?" Kemudian, dia tersenyum tampan.
"Baiklah, Selamat malam, Eun Hye."
SEDARI tadi, Eun Hye tak berhenti manahan mata dan kepalanya yang hampir terkantuk-kantuk di meja karena kantuk. Matanya sayu karena kurang tidur semalaman. Setelah pulang kerja dari minimarket, dia masih harus bekerja di pagi harinya sebagai akuntan di sebuah perusahaan yang tak terlalu besar.
Dia bekerja siang dan malam unntuk membiayai hidupnya yang terasa begitu berat. Dulu, hidupnya benar-benar bahagia dan sempurna saat di berikan segala kemudahan, dengan bergemilang harta dari ayahnya. Tidak, Eun Hye tak berusaha mengungkit, hanya saja, dia terkadang merindukan hidupnya yang dulu saat ayahnya belum masuk penjara. Dan Eun Hye ingin sekali tertawa saat nyatanya takdir tak memihak kepaaaanya .
Semua hartanya hilang entah kemana semenjak ayahnya meninggalkan mereka. Ayahnya terkena Skandal korupsi. Sangat hina memang, Ayahnya Adalah seoarang politikus yang tertangkap karena ketahuan mengambil uang yang bukan haknya. BEnar, ayahnya melakukan itu semenjak menikah dengan ibu Tirinya " Kang Sora".
Eun Hye bukan menyalahkan Sora, hanya saja, ibu tirinya yang selalu berdandan mewah itu menuntut ayah menjadi serakah. Ayah dulu tidak seperti itu saat ibu kandung Eun hye ada, Tapi semenjak menikah dengan kang Sora, Ayah berubah. Hidupnya hancur bahkan jatuh miskin. Entahlah, Eun Hye hanya bisa meratapi itu.
Kini, Eun Hye yang masih menumpu dagunya itu tampak terkejut saat namanya di panggil oleh seseorang.
"Eun Hye ?"
"Oh! YA?" Dengan panik Eun Hye, langsung membereskan beberapa pekerjaannya. Tapi, syukurlah itu Raena, teman kerjanya bukan bosnya.
"Eun hye, kau... Tidur?"
"A-ah tidak, aku hanya terdiam sebentar."
Raena tak menyanggah dan lebih memilih untuk menyampaikan sesuatu kepada Eun Hye. " Kau baik-baik saja? Akhir-akhir ini kau terlihat lelah?"
"H-Huh?"
"Kau terlihat selalu lelah. Ada apa?"
Eun Hye menggeleng."Tidak, Aku baik-baik saja."
Setelah itu ada jeda sejenak, Raena kini kembali berbicara untuk menyampaikan sesuatu. "Eun hye, Aku kesini hanya ingin memberi tahu, Kemaren aku sempat mengirimkan pekerjaan untukmu lewat e-mail, kan?"
Aku ingin kau menghitung pengeluaran dan pemasukan perusahaan selama sebulan."
"YA. Lalu?"
"Bos bilang, itu tidak sesuai." Seketika Eun Hye terdiam.
"Bos bilang kalau semuanya salah, berantakan."
"T-tapi Aku-"
"Kau bisa melihatnya."
Raena pun menyerahkan berkas yang di bawanya kepada Eun Hye. Eun Hye terkejut melihatnya. Ternyata rekan kerjanya mengatakan hal yang benar. Ada banyak hal yang salah. Bahkan dia salah mengetik jumlah angka yang di hitung.
"R-rae,aku tak-"
"Eun Hye, Aku tahu kau mungkin lelah, tapi bos tak bisa menoleransi hal ini. Aku tak mencoba mengadukanmu kepada bos, tapi Aku tak bisa membelamu saat nyatanya kau memang salah. Aku berbicara dengan bos tadi, dan nanti siang bos ingin bertemu dengan mu, dia memanggilmu.
Eun Hye membeku, mendadak panik mendengar itu dari Raena." Maaf, Eun Hye, tapi aku harus menyampaikan ini. Semoga kau bisa menyelesaikan masalahnya.
**********
"Baiklah , sampai disini saja persentasinya, Terima kasih."
Semuanya bertepuk tangan dn berdecak kagum saat laki-laki berkumis itu selesai menyampaikan persentasi di depan semua orang yang hadir. Mereka berbisik dan membicarakan kekagumannya terhadap inovasi yang dia buat. Oh tidak, maksudnya, inovasi yang di buat oleh bosnya ( laki-laki yang tengah duduk dengan segala ekspresi angkuhnya di depan semua orang). Laki-laki pemilik perusahaan "PARK CORP" Park Jimmy.
"Mr.Park Jimmy memang anda yang paling hebat ."
Meskipun ide briliannya itu datang dari otak seorang Park jimmy, dia lebih memilih untuk menyuruh orang lain yang mempresentasikan apa yang ada di dalam pikiranya. Laki-laki itu lebih suka diam dan mengamati di bandingkan harus berdiri dan menjelaskan di depan. Dia tidak suka banyak berbicara .
"Itu salah satu ide yang sangat jenius, harus aku akui." ujar salah satu laki-laki tua, rekan bisnisnya dari ujung sebrang meja sana." Dari mana dia bisa mempunyai pemikiran kenius itu?"
Jangan ragukan pemikiran dari seorang Park Jimmy, semua orang tau jika dia adalah yang paling di inginkan untuk di ajak bekerja sama. Bahkan semua orang menginginkan ide dari seorang Park Jimmy untuk mengembangkan perusahaanya.
Namun jika ada kelebihan di dunia ini, tentu ada juga kekurangan. Laki-laki itu selalu sedikit berbicara tersesan dingin yanng tak jarang orang dari mereka harus gagal untuk mendekati Park jimmy. Hanya orang-orang tertentu saja yang bisa berbicara dengannya dan berdiskusi secara langsung.
"Baiklah, Kita akhiri pertemuan hari ini, kita bisa membahasnya lagi minggu depan." ujar laki-laki berkumis itu menutup pertemuan .
"Sebentar, tuan, Apakah bisa kita berdiskusi dengan Anda Mr. Park Jimmy.?"
"Mr, park, Aku ingin mengobrol sebentar."
"Ya, tolong Mr.Park, kami ingin membahas ini lebih lanjut." ucap seseorang lainnya .
Sayangnya, PArk jimmy tak mendengarkan itu. Laki-laki itu justru berdiri dari duduknya dan memberi hormat sebelum beranjak pergi dari ruangan rapat tanpa sepatah kata pun. Dia punya hal lain yang perlu di kerjakan dari pada harus mengurusi orang-orang yang terlihat sekali ingin mendapatkan keuntungan darinya. Orang-orang itu hanya perduli dengan diri mereka sendiri. Mereka bahkan mengemis untuk memperkaya diri.
Dulu Park Jimmy begitu di remehkan, tapi sekarang, semua orang mengejarnya setelah menyadari apa yang dia punya. Jimmy pun tak mau membuang-buang waktunya untuk berbuat baik kepada orang-orang "jahat" seperti mereka.
"Aku pergi, jangan cari aku." ucapnya kepaaaaa sekretarisnya.
"Aku punya urusan yang lebih penting." lanjutnya.
\*\*\*\*\*\*\*
"Selamat siang tuan."
"Duduk."
Suasana terasa begitu tegang setelah Eun Hye masuk kedalam ruangan bos bebapa detik yang lalu. Bosnya terlihat tak bersahabat dan menatapnya dengan wajah yang amat sangat serius saat bebrapa waktu lalu Raena memberi tahu tentang pekerjaanya yang kacau. Eun Hye benar-benar sangat gugup sekarang.
"Eum.... Tuan-"
"Kau tahu kenapa kau di panggil?" Mendengar itu, Eun Hye mendadak bungkam, bahkan hanya mengangguk saat Bos masih menatapnya dengan tajam .
"YA, aku-"
"Sebenarnya kau mengerjakan apa?"tanyanya, yang mendapatkan balasan tatapan Eun Hye .
"Apa kau kehilangan otakmu sampai semuanya salah?"
Saat itu juga , Eun Hye membeku. "Tuan, ma-"
"Apa gunanya minta maaf? Apa kau pikir ini perusahaan milih ayahmu?" Setelah mendengar itu, Eun Hye kembali menunduk.
Dia hampir menangis karena ucapan bosnya yang sangat menyakitkan.
"Kau bahkan seperti anak kecil yang baru belajar berhitung, kau tahu? Lihat hasilnya , apakah kau sudah bosan bekerja di sini ?"
"Tuan , Aku mohon, aku hanya kurang fo_"
"Kurang fokus katamu?" Eun Hye pun kembali bungkam.percuma saja dia bebicara dia tak mempunyai wewenang apa pun.
"Apa yang membuat mu seperti ini, ha?"
"Aku hanya kelelahan, aku tak banyak punya waktu untuk tidur, Aku_"
"Oh ayolah, itu sama sekali bukan urusan ku. Aku tak bisa memberimu kesempatan lagi saat aku melihat hasil kinerjamu yang akhir-akhir ini sangat buruk. Kau pikir aku tak tahu jika kau sering tertidur di kantor?"
Eun Hye kembali membeku atas ucapan yang terlontar dari bibir sang bos.
"Kenapa terkejut begitu? Iya,kan ? Kau pikir aku menggajimu untuk tidur ? Kau kira ini kantor milikmu?"
LAgi-lagi Eun Hye dibuat terkejut mendengar hal itu, Dia mengakui jika memang sering tertidur di saat jam kerjanya di kantor karena kelelahan.
"Tuan.... Aku moh_"
"Aku tak tahu lagi, Aku benar-benar tak punya pilihan selain memberhentikanmu."
Eun Hye tercekat. Nafasnya tiba-tiba berhenti.
"Sepertinya kau harus mencari perusahaan lain."
"Tuan, Aku mohon ! Aku tak akan mengulanginya lagi, aku janji. Aku akan bekerja dengan baik. Ini salahku, tapi aku mohon jangan pecat aku."
"Tidak, Eun Hye ."
" Aku akan memperbaiki diri. Aku tak akan tidur di kantor lagi, Aku tak akan mengecewakanmu. Kalau perlu aku akan lemb_"
"Maaf, Eun Hye , tapi aku tak bisa."
Tangisan Eun Hye pun pecah tanpa bisa di tahan, Eun Hye benar-benar kecewa pada dirinya sendiri .
" Perusahaanku bisa hancur jika pegawainya tak melakukan pekerjaanya dengan benar."
Eun Hye menunduk, mengusap air matanya, semuanya hancur, dia tak bisa mendapatkan uang lagi setelah ini.
" Aku akan memberikanmu gaji terakhir untuk bulan ini. Jadi tak usah masuk kerja lagi mulai besok."
"Tuan_"
"Sekarang kau bisa keluar."
"Kumohon, Tuan."
"Tidak , Eun Hye. Maaf."
"KUmohon..."
"Keluar, Eun Hye."
"Beri aku kesem_"
"Keluar, Eun Hye!"
Suara keras itu pun hanya bisa membuat Eun Hye bungkam dan terpaksa menuruti bosnya. Dia beranjak keluar dengan perasaan hancur. Semuanya berantakan, dan sekarang dia tak punya pekerjaan .
Dengan pakaiannya yang lusuh dan pikirannya benar-benar kacau. Tak heran jika seisi pengunjung taman menatap ke arahnya saat bepapasan. Belum lagi, air matanya yang masih menetes saat masih terngiang-ngiang kata dari bosnya tadii .
Eun Hye berharap ini hanya sebuah mimpi buruk yang sedang dia alami bukan sebuah kenyataan pahit. Namun itu hanya angan-angan karena pada kenyataanya ini adalah kenyataan hidup yang harus Eun Hye lewati. Meskupun, dia sekarang masih mempunyai satu pekerjaan namun itu tak akan cukup untuk membiaya hidupnya sehari-hari, dia harus sesegara mungkin untuk mencari sebuah kerjaan baru .
Eun Hye hanya bisa menangis karena merasa bodoh dan tak bisa apa-apa. Pada akhirnya dia hanya berjalan menjauh tanpa memedulikan pandangan orang-orang yang menatapnya. Juga tak peduli saat tiba-tiba tubuhnya sedikit terdorong karena seseorang yang membentur pundaknya berpaspasan.
Dia benar-benar tidak peduli, meskipun seseorang yang di tabraknya nyatanya masih menatap Eun Hye begitu intens dari belakang. Dia menatap sebelum akhirnya menyeringai. Diam-dian laki-laki itu mengambil kameranya yang tergantung di lehernya lalu memotret Eun hye dai jauh.
**************
Ke Esokkan harinya Eun hye menyambangi beberapa toko untuk bertanya tentang lowongan pekerjaan. Meskipun tak ada, Eun Hye tak menyerah. Dia benar-benar langsung mencari pekerjaan lainnya. Tak peduli seberapa berantakan saat ini, Eun Hye harus segera mendapatkan pekerjaan. Apapun, dia akan melakukannya.
"Permisi, apa ada lowongan pekerjaan di sini?"
Hari sudah terlalu sore saat dia mengetuk pintu toko yang ketujuh, dan Eun Hye masih tak menyerah. Pemilik toko yang melihat Eun Hye pun mengerutkan kening. Seingatnya, dia tak membutuhkan pekerja baru.
"Eum... Aku rasa aku tak menempel apa pun di pintu tokoku." ujar snag pemilik toko.
"Aku tahu , tapi mungkin saja anda membutuhkan seseorang untuk menjadi pegawai ? Aku ingin melamar_"
"Maaf, aku tak membutuhkan pegawai, pegawaiku sudah banyak."
Eun hye mencoba bertanya kembali, tapi sayang, dia harus kembali di tolak saat pemilik toko tiba-tiba menutup pintu tokonya .
"Tuan!"
"Pergi dari sini!"
^^^Untuk sekian kalinya, dia harus menelan kekecewaan.^^^
Eun Hye pun kembali berjalan sambil menunduk meratapi nasibnya. Ini sudah sore, dan ini sore yang begitu menyedihkan. Tak ada yang bisa membantunya, dan lagi-lagi dia kembali menyalahkan ayahnya atas segala hal.
" Aku harus mencari pekerjaan di mana lagi?"
***********
Senyumnya mengembang saat memperhatikan sesuatu yang baru saja dia dapatkan. Dengan sebatang rokok di tanganya, dia menyadarkan tubuhnya di kursi sambil melihat wajah perempuan di foto itu.
"Eun Hye, kau baru saja di pecat?" Dia tersenyum begitu puas.
"Jangan menangis, Eun Hye. Aku sudah bilang aku tak suka melihatnya." Dia menyesap benda kecil itu sebelum menghembuskan asapnya.
"Kau tak usah khawatir. Jika kau kehilangan pekerjaan, aku bisa memberikannya. Aku akan memberikan apa pun yang kau mau selama kau mengizinkan ku untuk terus melihatmu." lagi-lagi dia tersenyum.
"Kau mau pekerjaan apa? Sekretaris? Ah sekretaris pribadiku? Agar kau bisa terus berada di dekatku?" sekali lagi dia terlihat begitu senang. Bahkan sedikit tertawa.
"Apa sekarang saatnya? Selama beberapa tahun mengikutimu, akhirnya aku punya kesempatan untuk lebih dekat denganmu. Aku bahkan tak perlu bersusah payah agar kau kembali kepadaku. Tuhan pun mengerti jika kau hanya milikku."
Setelah itu dia menatap langit-langit kamar sambil lagi-lagi menyesap rokok di tangannya.
"Eun Hye, jangan salahkan aku jika sesuatu terjaadi padamu. Bukan aku yang membawamu, tapi kau yang datang sendiri kepada ku." Entah apa yang dia bicarakan, tapi suaranya kembali terdengar.
"Lihat saja, kau akan merasakan hal baru setelah bertemu denganku. Dan semoga...... Kau masih ingat aku."
SEMOGA KAU MASIH INGAT AKU
Ucapan itu yang terakhir keluar dari mulutnya. Tapi entah kenapa, sedetik kemudian, raut wajahnya tiba-tiba berubah menjadi menyeramkan.
"Semoga kau juga maih ingat semua hal yang sudah kau lakukan padaku dulu."
... ******************...
Pada pagi hari, saat matahari baru menampakan keberadaanya, Eun Hye di kejutkan dengan selembaran yang berada di bawah pintu flat saat Eun Hye akan keluar untuk membeli bebeerapa barang kebutuhannya .
Eun Hye makin tak mengerti karena ada yang tiba-tiba yang mengirikan surat ke sini. Siapa yang tahu tempat tinggalnya? Saking tak mengertinya, dia lebih memilih untuk buru-buru membuka surat itu. Dan dia membukanya, dia makin mengerutkan kening .
... LOWONGAN PEKERJAAN:...
... PARK CORP....
... Property company...
... Mencari Sekretaris Pribadi...
... ********************************************...
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!