Reni baru saja keluar dari tempat kerjanya, dia tertegun saat melihat seseorang yang berdiri di dekat sebuah mobil mewah disana. Meski baru beberapa kali bertemu, tapi Reni jelas mengingat siapa pria itu. Dia adalah Sekretaris Pak Ketua, yang berarti adalah Ayah suaminya.
Dengan cukup tegang, Reni berjalan ke arahnya. Karena dia tahu jika yang orang itu cari adalah dirinya. Saat sudah berada di depannya, Reni menganggukan kepalanya dengan sopan.
"Tuan mencari saya?"
Pria itu menatap ke bangunan di belakang Reni, tempat gadis itu bekerja. "Saya rasa Tuan Muda tidak tahu tentang ini? Bagaimana jika dia mengetahuinya?"
Tubuh Reni langsung menegang, dia meremas celana panjang yang di pakainya. Tahu jika ucapan pria di depannya adalah sebuah ancaman dan peringatan padanya.
"Tuan, saya mohon untuk tidak memberitahu Kak Axel tentang ini. Saya mohon" ucap Reni dengan mengatupkan kedua tangannya di depan dada. Menatap penuh permohonan.
Pria berjas hitam itu tersenyum tipis yang mengandung arti. "Seharusnya anda tahu apa yang harus dilakukan?"
Reni menunduk dengan memejamkan matanya, sudah mengerti apa arti dari ucapan itu. "Tuan, saya tidak bisa melakukannya. Tolong mengerti saya"
"Kau harus mengambil keputusan dengan cepat, sebelum Pak Ketua mengambil tindakan. Apalagi sekarang kesehatan Nyonya sedang terganggu"
Reni hanya diam menatap Sekretaris Pak Ketua masuk kembali ke dalam mobilnya dan mobil itu melaju meninggalkannya. Air mata menetes begitu saja, rasa sesak di dadanya tak bisa dia tahan saat ini.
Istri yang begitu mencintai suaminya sejak dulu. Tapi keadaan selalu memintanya untuk pergi dan melepasnya. Dan Reni tidak ingin melakukan itu, entah sampai kapan dia bisa terus bertahan dengan keadaan ini.
Reni kembali pulang ke rumah, seperti biasa dia akan segera mandi dan berganti pakaian sebelum suaminya pulang. Bekerja juga masih menjadi rahasia yang disembunyikannya. Entah sampai kapan dia akan terus menyembunyikan ini dan siap memberitahu suaminya.
"Apa suamiku menemui Ibunya ya? Dia pasti sudah membaca pesan dari Kak Zayyan itu. Apa sebaiknya aku tanyakan saja?"
Ah, rasanya Reni jadi bingung sendiri. Dia menatap pantulan dirinya di cermin, dia sedang menyisir rambutnya saat ini. Menatap pantulan dirinya dari atas sampai bawah. Berpikir tentang kelebihan apa yang dia miliki sampai Axel begitu memperjuangkannya.
"Aku hanya wanita biasa, kelebihanku hanya memiliki kulit putih saja. Wajahku tidak cantik, hidungku juga tidak mancung. Bahkan tubuhku saja tidak terlalu tinggi dan sedikit berisi. Tidak sebagus tubuh wanita diluaran sana. Tapi, apa yang membuat suamiku begitu mencintaiku?"
Reni menghela nafas pelan dengan menatap wajahnya sendiri di balik pantulan cermin di depannya. Dia benar-benar seperti kisah cinderella yang mendapatkan pangeran tampan.
"Ah, sudahlah. Kenapa aku malah memikirkan tentang itu. Sebaiknya sekarang menyiapkan makan malam"
Segera Reni keluar dari kamarnya, dia sedikit terkejut saat melihat suaminya sudah duduk di sofa ruang tengah. Reni langsung mengambilkan segelas air sebelum menghampirinya.
"Sayang, sudah pulang ternyata" ucap Reni yang duduk disamping Axel dan memberikan minum pada suaminya.
Axel yang sedang bersandar di sofa dengan mata terpejam, langsung membuka matanya dan menoleh pada istrinya itu. Dia tersenyum, rasanya semua lelah dalam dirinya langsung lenyap ketika melihat senyuman sang istri.
Setelah meminum air dalam gelas, dia langsung memeluk Reni. Menyembunyikan wajahnya di dada istrinya. "Aku lelah, banyak sekali pekerjaan"
Reni mengelus punggung suaminya, dia tahu jika pasti suaminya juga lelah dengan pikirannya. Insting seorang istri yang tak pernah salah. "Apa kamu ingin melihat Mama? Bukannya dia sedang tidak sehat sekarang"
Axel langsung menjauhkan tubuhnya dari istrinya, menatap wajahnya dengan lekat dan sedikit kaget. Bagaimana istrinya bisa mengetahui tentang hal ini. Padahal Axel juga tidak pernah menceritakannya.
Reni mengelus pipi suaminya, sedikit memijat bagian pelipisnya yang terlihat berkerut. Menandakan jika suaminya sedang kaget dan bingung sekarang.
"Aku tidak sengaja membaca pesan dari Kak Zayyan. Sebaiknya kamu pulang ke rumah dan lihat keadaan Mama. Jangan sampai membuatnya merasa kalau kamu bukan lagi anak yang berbakti seperti dulu" ucap Reni.
Axel langsung menghembuskan nafas kasar, dia menarik tangan istrinya hingga jatuh ke dalam pelukannya. Mengecup puncak kepalanya dengan lembut. "Sayang, bukannya aku tidak khawatir dengan keadaan Mama. Tapi, kamu tahu sendiri apa yang akan terjadi jika aku pulang ke rumah"
Reni mendongak, dia menatap wajah suaminya. Memberikan kecupan di dagunya. "Sayang, aku tahu jika kamu adalah anak yang berbakti. Jadi, jangan pernah berubah meski itu karena aku. Sekarang Mama kamu sedang tidak sehat, sebaiknya kamu pulang dan lihat keadaannya"
Axel tidak menjawab, terdiam dan memikirkan apa yang harus dia lakukan saat ini. Mungkin memang benar dengan ucapan istrinya itu. Namun, dia yang masih memiliki banyak keraguan untuk bertemu dengan orang tuanya setelah satu tahun ini, dia pergi dari rumah itu dan memutuskan untuk menikahi wanita yang dia cintai. Yang sekarang telah menjadi istrinya.
"Baiklah, aku akan pergi setelah makan malam. Karena aku mau makan malam dulu disini"
Reni langsung tersenyum dan mengangguk, seharusnya memang seperti ini. Dia hanya seorang istri yang inginkan suaminya berhubungan baik dengan orang tuanya sendiri. Meski Reni tahu jika dialah penyebab dari semua ini. Tapi, setidaknya dia harus mulai berusaha untuk menyatukan kembali kebersamaan orang tua dan anak ini.
"Yaudah, biar aku masak dulu untuk makan malam ya. Kamu mandi dulu saja, biar aku siapkan dulu"
Setelah istrinya berlalu ke kamar, Axel masih duduk diam di tempatnya. Sedikit memijat pelipisnya yang terasa pening. Ada sebuah keraguan ketika dia akan pulang ke rumah orang tuanya. Bayangan di masa lalu kembali hadir dalam ingatannya. Bagaimana dia yang pertama kali membawa Reni ke rumah dan bertemu orang tuanya, tapi malah mendapatkan sikap tidak baik.
*
Sudah satu tahun dia tidak datang ke rumah yang menjadi tempat kelahirannya ini. Ketika mobil berhenti di halaman rumah, Axel sedikit ragu untuk keluar. Masih begitu terbayang bagaimana dia pergi dari rumah ini dengan membawa keyakinan jika istrinya adalah wanita yang layak dia perjuangkan.
"Tuan Muda, akhirnya anda datang juga"
Axel sedikit terkaget ketika Sekretaris Ayahnya tiba-tiba muncul. Kaca jendela mobilnya memang sengaja dia buka. "Ya, Der. Dimana Mama?"
"Nyonya ada di kamarnya, mari saya antar" ucap Derry dengan menganggukan kepala penuh hormat pada Axel.
Axel mengangguk saja, dia menutup kaca jendela mobilnya lalu segera turun. Masuk ke dalam rumah mewah ini. Saat dia sudah sampai di ruang tengah dan sebenarnya dia ingin langsung menemui Ibunya yang sedang sakit saja, tanpa bertemu dengan Ayahnya. Tapi sepertinya niatnya itu tidak bisa terjadi, karena di ruang tengah Ayahnya sudah menunggunya. Seolah tahu jika Axel akan datang malam ini.
"Ingat pulang juga kau. Masih ingat pada orang tuamu ini?"
Axel menghembuskan nafas kasar, dia tidak ingin berdebat dengan Ayahnya sekarang ini. "Aku hanya ingin melihat keadaan Mama"
Axel langsung berlalu begitu saja ke kamar Ibunya tanpa memperdulikan Ayahnya lagi. Dia benar-benar tidak ingin berdebat sekarang ini.
Bersamubung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 52 Episodes
Comments
Nsaa Indri
lanjut seru cerita nya
2024-07-03
0
Masfaah Emah
mungkin buat Axel bagai buah simalakama, apa Axel akan meninggalkan Reni jika tau Reni ga jujur padanya,,?
2024-07-02
0