Pertemuan pertama mereka adalah ketika Reni ikut bersama salah satu pelayan di rumahnya dan melamar bekerja sebagai pelayan juga disana. Saat itu, Axel baru saja selesai dengan pendidikannya di Luar Negara. Entah perasaan apa, dia yang pada awalnya adalah seorang pria yang suka sekali bergonta-ganti pasangan, apalagi dengan kehidupan bebas di Luar Negara. Tiba-tiba merasa tersentuh dengan sikap lembut Reni. Apalagi ketika dia yang membuatkan makanan untuknya ketika dia sedang sakit kala itu.
Hari-hari berlalu, hingga perasaan cinta itu benar-benar muncul dan Axel menyadarinya. Ketika dia mengungkapkan perasaannya, Reni tidak langsung mengiyakan meski dia juga merasakan perasaan yang sama. Sepertinya Reni hanya sadar diri dengan posisi dirinya ini.
Kedekatan keduanya ini mulai tercium oleh orang tua Axel. Hingga Reni langsung dipecat saat itu juga. Axel yang kehilangan Reni, terus mencoba mencarinya. Sampai dia menemukan gadisnya di sebuah kontrakan kecil setelah beberapa bulan mencoba untuk mencarinya. Reni tidak ingin lagi kembali ke rumah itu dan berhubungan apapun lagi dengan Axel saat itu. Dia hanya takut orang tua Axel mungkin akan semakin menghancurkan hidupnya jika dia terus berdekatan dengan putranya.
Tentu Axel tidak pernah ingin melepaskan Reni begitu saja. Karena dia adalah wanita pertama yang berhasil membuat Axel merasakan cinta yang sesungguhnya dan ingin serius dengannya. Axel seolah sudah tidak lagi tertarik dengan wanita lain diluaran sana. Reni benar-benar banyak merubah sisi negatif dalam dirinya.
"Aku akan mencarikan kamu pekerjaan baru. Kamu pasti butuh biaya untuk Adikmu di Luar Kota 'kan?"
Begitulah cara Axel mendekatkan diri lagi pada Reni. Beralasan dengan mencarikan pekerjaan baru untuk Reni yang saat itu memang belum mempunyai pekerjaan lagi. Sementara dia mempunyai seorang adik laki-laki yang masih sekolah di Luar Kota dan membutuhkan cukup banyak biaya.
Akhirnya Reni dipekerjakan di rumah sahabatnya yang baru saja kembali dari Luar Negara. Sahabatnya ini yang sedang mempunyai sebuah hal yang harus dia selidiki tentang kematian adiknya. Belum lagi dia sedang mencari seorang gadis kecil dari masa lalunya.
Sengaja menempatkan Reni bekerja disana, agar Axel bisa lebih mudah jika ingin bertemu dengannya. Meski sikap Reni benar-benar berubah menjadi begitu dingin dan cuek padanya. Sebenarnya Reni juga merasakan sakit dan terluka ketika dia bersikap seperti itu pada Axel. Tapi dia harus melakukannya karena dia tidak ingin jika orang tua Axel akan terus mengganggunya.
Hingga pada tahun berikutnya, Axel sudah tidak bisa menahan diri lagi. Dia meyakinkan Reni dengan berbagai cara untuk bisa mengembalikan sikap lembut gadis itu lagi.
Dan pada hari itu Axel membawa Reni ke hadapan orang tuanya. Dia tidak ingin lagi terus mengalah dengan orang tuanya atas perasaan cinta yang dia rasakan saat ini. Percayalah, jika hanya Reni yang mampu membuatnya sampai seperti ini. Berjuang seperti ini hanya untuk bisa hidup bersama. Karena memang hanya Reni yang mampu membuatnya merasakan cinta yang sesungguhnya.
Tatapan kedua orang tuanya menunjukan jika mereka memang tidak suka dengan kedatangan Reni dan Axel. Bahkan terlihat jelas kemarahan dari balik tatapan matanya.
"Apa kau benar ingin tetap menentang kami demi wanita ini?"
Suara Papa yang selalu terdengar tegas, namun kali ini lebih terdengar begitu dingin dan penuh kemarahan.
Dengan lantang Axel menjawab 'iya' saat itu. Reni hanya menatap pria disampingnya dengan mata berkaca-kaca. Bahkan dia tidak menyangka pria ini akan begitu memperjuangkannya di depan orang tuanya seperti ini.
"Baiklah, kau yang memilih sendiri. Silahkan lakukan pernikahan kalian, tapi keluar dari rumah ini tanpa membawa satu pun fasilitas yang Papa berikan. Dan sejak kau mengambil keputusan ini, maka kau juga bukan lagi pemimpin Perusahaan!"
"Pa!" Mama langsung memegang tangan suaminya, cukup terkejut keputusan suaminya ini yang terlalu besar, dan Mama menganggap terlalu gegabah.
Air mata Reni menetes begitu saja, dia menatap pria disampingnya. Dia mengenggam tangannya, lalu ketika Axel menoleh padanya, Reni langsung menggeleng pelan. Meminta Axel untuk tidak mengambil keputusan yang akan menyusahkan hidupnya.
Namun, sepertinya Axel sudah yakin dengan keputusannya itu. "Baik, aku akan serahkan semuanya pada Papa. Kecuali mobil itu, karena aku membelinya dengan uangku sendiri selama bekerja di Perusahaan. Itu adalah hasil kerja kerasku"
"Axel!" Mama yang kaget dengan ucapan anaknya itu. Dia menggeleng pelan, menatap anaknya dengan memohon agar dia tidak melakukan ini.
"Kak, jangan lakukan ini. Aku bisa pergi dari kehidupan Kakak..."
"Tidak!" tekan Axel dengan menatap tajam pada Reni. "...Kita akan menikah, dan kau tidak akan pernah bisa pergi dariku"
Axel membuka dompetnya, mengeluarkan semua kartu yang diberikan Ayahnya sebagai fasilitas untuknya. Bahkan jam tangan yang dia pakai pun dia buka dan simpan di atas meja dekat Ayahnya.
"Semuanya sudah aku serahkan pada Papa. Sekarang aku akan pergi"
Axel menarik tangan Reni untuk pergi dari hadapan orang tuanya. Namun langkah kakinya sempat berhenti ketika mendengar suara Papa.
"Kita lihat saja sampai kapan kau sanggup hidup tanpa semua fasilitas ini. Silahkan pilih wanita itu, tapi kau akan menyesal nanti!" tekan Papa.
Tangan Axel mengepal erat, bahkan Reni saja bisa merasakan tangan suaminya yang mengenggam tangannya dengan erat.
"Axel, kamu jangan pergi"
Bahkan suara Mama saja tidak lagi dia pedulikan. Axel berjalan keluar dari rumah itu dengan menggandeng tangan wanitanya. Kemarahan masih terlihat jelas dari wajahnya. Memasuki mobil dan membawa Reni pergi.
"Kak, kenapa harus melakukan ini? Itu orang tua Kakak, mereka pasti inginkan yang terbaik untuk kamu"
Axel yang sedang mengemudi, langsung menoleh pada Reni dengan tatapan dingin. "Apa yang menurut mereka baik, belum tentu benar-benar kebaikan untukku. Aku sudah memilihmu dan aku tidak akan pernah goyah dengan keputusanku ini!"
Reni hanya menghela nafas pelan, dia usap kasar air mata di pipinya. Rasanya dia tidak tega juga jika harus melihat perjuangan prianya ini yang memperjuangkan dirinya sampai harus kehilangan semua yang dia miliki.
"Kak, bagaimana nanti? Kakak akan tinggal dimana sekarang?" tanya Reni dengan perasaan khawatirnya yang tidak bisa dia sembunyikan.
Axel tersenyum tipis, dia mengenggam tangan Reni dan mengecupnya. "Sayang, aku tidak akan jatuh miskin meski Papa mengambil semuanya. Aku punya satu Apartemen yang aku beli saat aku masih bekerja di Perusahaan. Masih ada beberapa tabungan juga. Aku juga tidak akan diam saja, aku akan mencari pekerjaan baru. Pokoknya kamu tidak perlu mengkhawatirkan tentang kebutuhan kita setelah menikah. Aku yakin akan bisa memenuhinya"
Dan akhirnya pernikahan tanpa restu ini terjadi. Sangat sederhana dan tanpa di hadiri oleh orang tua Axel. Hanya ada adik Reni yang tinggal di Luar Kota bersama dengan Bibi dan Pamannya. Karena orang tua mereka sudah meninggal sejak Reni masih sekolah.
Meski sederhana, namun semuanya tetap terasa begitu sakral bagi Reni. Bahkan air matanya tidak bisa dia tahan lagi. Selain mengingat kedua orang tuanya yang sudah tiada, dia juga sedih karena orang tua suaminya pun tidak hadir di acara ini.
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 52 Episodes
Comments
Masfaah Emah
memang cinta tanpa restu akan sulit berjalan mulus, akan ada aja rintangan nya, yg sabar ya Reni Axel,,! cumungut 💪
2024-07-03
0