NovelToon NovelToon

Pernikahan Tanpa Restu

Akhir Pekan Berkeringat

Ini hanya sebuah ceritaku sesudah pernikahan itu berlangsung. Semuanya terasa bahagia, karena pada akhirnya aku bisa menikahi pria yang begitu aku cintai sejak dulu.

Namun, ternyata semuanya tidak seperti yang aku bayangkan. Ternyata restu yang menjadi penghalang, akan tetap menjadi kendala dalam pernikahan ini. Aku adalah wanita yang cukup beruntung, karena di perjuangkan begitu besar oleh laki-laki bernama Axel Narendra. Bahkan suamiku ini rela meninggalkan semua kehidupan mewahnya dan keluarganya, hanya demi menikah denganku.

Dulunya dia adalah seorang pemain wanita. Tapi akhirnya dia bisa berubah entah karena apa. Namun, yang aku rasakan hanya dia yang begitu tulus mencintaiku dan memperjuangkan aku sampai sebesar ini.

Sampai sekarang usia pernikahan kami sudah satu tahun lamanya. Berharap kami akan selalu saling mencintai meski rintangan cukup banyak diantara kami.

*

Reni menutup buku hariannya, semua tentang perjuangannya untuk bisa bersama dengan suaminya, berada dalam buku itu. Kisah cinta yang tak mudah, untuk sampai mereka bersama seperti ini.

Menghembuskan nafas pelan sambil merentangkan tangannya yang terasa pegal. Dia melirik ke arah tempat tidur, ada seorang laki-laki yang teramat dia cintai sedang terlelap disana. Akhir pekan seperti ini, maka suaminya akan bangun lebih siang. Apalagi semalam dia pulang telat karena banyak kerjaan yang perlu diselesaikan.

Ya, setelah menikah dan Axel di usir dari keluarganya bahkan dia tidak lagi diberikan semua fasilitas yang biasa di dapatkan selama ini. Namun, beruntung ada sahabatnya yang mau mempekerjakan dia sebagai Asistennya. Dan sekarang Axel bekerja dengan sahabatnya itu. Sementara Reni juga membantu perekonomian keluarga dengan bekerja di sebuah jasa pengiriman online. Namun, pekerjaan ini tidak pernah diketahui oleh suaminya. Dia selalu pergi setelah Axel berangkat bekerja, dan pulang sebelum suaminya sampai ke rumah.

Sebenarnya gaji suaminya juga sudah cukup untuk kebutuhan keluarga kecil mereka. Untuk bayar sewa Apartemen dan lainnya. Namun, Reni hanya sedikit mengisi waktu luang saja dan dia tidak ingin terus merepotkan suaminya.

Membuka laci meja dan memasukan buku hariannya itu. Lalu, Reni segera menghampiri suaminya di atas tempat tidur. Duduk di pinggir tempat tidur dengan menatap lekat wajah suaminya yang tertidur. Perlahan tangannya mengelus pipi suaminya dan merapikan rambutnya. Lalu, menundukan wajahnya dan mencium pipi suaminya.

"Sayang, ayo bangun. Sudah siang ini, aku sudah masak sarapan untuk kamu" bisiknya di telinga sang suami.

Terdengar gumaman tidak jelas seiring tangan Axel yang menggeliat. Merangkul pinggang Reni dan menariknya hingga jatuh di atas tubuhnya. Axel memeluk pinggang istrinya dengan erat. Reni hanya menatap wajah suaminya yang baru bangun tidur dengan tersenyum, tangannya terangkat untuk mengelus kepala suaminya.

"Jam berapa sekarang, Sayang?" tanya Axel, memberikan satu kecupan di pipi istrinya.

Reni memukul pelan bahu suaminya, selalu saja memberikan kecupan tiba-tiba seperti ini. "Sudah jam 8 pagi, ayo bangun dan mandi. Kita sarapan bersama"

Axel menghembuskan nafas pelan, dia sedikit mencebikkan bibirnya. "Aku benar-benar mengantuk. Sialan, si Zayyan memberikan banyak sekali pekerjaan kemarin"

Reni hanya tersenyum, sudah sering dia mendengar suaminya memaki sahabatnya sendiri yang sekarang sudah menjadi bosnya. "Sudah jangan menggerutu begitu. Sekarang ayo bangun. Aku siapkan air untuk kamu mandi ya"

Tubuhnya sudah siap untuk beranjak dari atas tubuh Axel. Namun, tangan pria itu semakin mengeratkan pelukannya. Seolah belum rela istrinya beranjak dari atas tubuhnya.

"Emm.. Sebentar dulu Sayang, aku masih butuh pelukan" ucap Axel dengan manja.

Reni hanya menghela nafas pelan, dia tahu bagaimana Axel yang begitu manja ketika dia bersamanya. Akhirnya Reni menjatuhkan diri di samping suaminya, membiarkan Axel memeluknya dan masih bermanja-manja padanya di pagi hari ini.

Axel yang awalnya hanya memeluknya dengan menyembunyikan wajahnya di ceruk leher Reni, kini mulai memberikan kecupan di leher itu. Membuat Reni sedikit mengeluarkan suara-suara yang tak bisa dia tahan.

"Sayang, kamu.. Awhh.."

Kenapa menggigir bahuku? Kan sakit! Kesal sendiri, namun hanya bisa berteriak dalam hati. Mana berani Reni berteriak langsung pada suaminya. Meski terkadang Axel memang sangat manja padanya, tapi ketika dia marah, tentu saja Reni sangat takut.

"Aku ingin isi amunisi dulu"

Reni mengerjap begitu kaget, ketika dia baru sadar jika suaminya sudah berada di atas tubuhnya dengan mengukungnya. Reni yang sibuk dengan pikirannya sendiri, sampai tidak sadar dengan pergerakan Axel.

"Sayang, ini 'kan sudah pagi.." Keluarkan saja alasan Reni! Bahkan kau sudah sering melakukannya di pagi hari seperti ini. Aaa.. Aku tidak akan lepas saat ini.

Akhirnya Reni hanya pasrah ketika suaminya sudah mulai membuka kancing piyama yang dia gunakan. Mulai mengecup dari leher Reni dan turun ke bagian dada. Meninggalkan beberapa bekas kemerahan di beberapa bagian yang dia sukai.

Sampai pagi ini mereka melewatkan waktu sarapan. Akhir pekan dengan berkeringat di pagi hari.

*

Sarapan yang terlewat dan sudah hampir masuk ke jam makan siang. Keduanya baru saja keluar dari kamar dengan rambut yang masih setengah basah. Tidak ada waktu untuk  mengeringkan rambut, sudah benar-benar lelah dan lapar.

Reni mengambil semua makanan yang sudah tertata di atas meja sejak tadi pagi. Menghangatkan dulu semua masakannya itu, sebelum kembali di sajikan. Suaminya hanya duduk dengan memperhatikan apa yang dilakukan oleh istrinya.

"Sayang, tubuh kamu terlihat sedikit kurus. Apa kau sakit?" tanya Axel.

Reni yang sedang menata kembali masakan yang sudah dia hangatkan di atas meja makan, menatap suaminya dengan sedikit mengerutkan keningnya.

"Apasi? Aku normal aja kok, berat badan aku juga normal" ucap Reni.

Axel menatap istrinya dengan lekat, memastikan jika penglihatannya tidak salah. "Enggak ah, kamu benar kurusan. Makannya makan yang banyak, pipi kamu udah tirus kayak gitu"

Reni hanya tersenyum tipis, dia mengambilkan makanan untuknya. Lalu dia duduk di kursi depan suaminya dengan  makanannya yang sudah dia ambil.

"Bukannya kamu yang buat aku sering telat sarapan seperti pagi ini. Ck, sekarang kalau istrimu ini kurus, berarti karena kamu Sayang"

"Ish, bukannya aku juga ngasih kamu sarapan untuk kamu tadi"

Jawaban santai dari suaminya itu hanya membuat Reni menggeleng tidak percaya. Suaminya itu memang tidak pernah puas dengan hal-hal yang bersangkutan dengan urusan ranjang.

"Kan aku ingin segera membuat kamu hamil Sayang. Aku sudah merindukan suasana ramai dengan seorang anak kecil di rumah ini" ucap Axel.

Tangan Reni yang baru ingin menyendok makanannya, langsung terhenti. Setiap kali suaminya membahas tentang seorang anak, selalu membuat Reni tak bisa menjawab dan selalu merasa bersalah.

Maafkan aku, karena belum bisa mewujudkan keinginan kamu itu.

Bersambung

Bekerja Tanpa Suami Tahu

Setelah akhir pekan yang terasa singkat, maka hari kemalasan pun tiba. Hari senin adalah hari yang paling malas untuk kembali pada aktivitas bekerja. Mungkin banyak orang merasakan ini, untuk para anak-anak sekolah pun pasti merasakannya.

Reni mengantar suaminya sampai ke lift. Mengecup kening dan kedua pipinya sebelum Axel masuk ke dalam lift, sudah terbiasa dia lakukan pada istrinya sebelum dia berangkat bekerja.

Reni melambaikan tangan dengan tersenyum, sampai pintu lift tertutup. Barulah dia kembali ke Apartemennya, tidak sengaja berpapasan dengan tetangganya. Reni mengangguk dan tersenyum seadanya pada pria itu.

Setelah sampai di Apartemennya, dia segera bersiap untuk pergi ke tempat kerja. Memeriksa ponselnya untuk melihat dimana posisi ojek online yang sudah dia pesan dari tadi. Reni segera turun untuk segera pergi bekerja.

Saat sampai di Lobby, dia melihat pria yang tadi tidak sengaja berpapasan dengannya masih berada disana. Reni berjalan melewatinya dengan tersenyum dan mengangguk sopan padanya.

"Tunggu!"

Teriakan itu membuat langkah Reni langsung berhenti, dia menoleh dan melihat pria itu yang berjalan ke arahnya. Reni sedikit bingung dengan pria itu yang baru pertama kali bertemu dengannya. Mungkin dia baru pindah ke Apartemen kosong yang berada di sebrang Apartemen yang ditempati Reni dan Axel.

Berdiri di depannya, pria itu langsung mengulurkan tangan pada Reni. "Hai, aku Ega. Aku tinggal di sebrang rumah kamu"

Benarkan dugaan Reni, dia tersenyum dan menjabat tangan Ega sekilas. "Oh iya, aku Reni"

Ega mengangguk, dia menatap Reni yang sudah rapi itu. "Mau kemana? Mau aku antar?"

Reni menggeleng cepat, dia tahu bagaimana kecemburuan suaminya. Jika dia tahu kalau istrinya di antar pria muda seperti Ega, pastinya akan ada bencana menyerang. Jadi, Reni lebih baik mencegah hal itu terjadi.

"Tidak perlu Ega, aku hanya ingin pegi ke Supermarket sebentar"

Terpaksa Reni berbohong, karena dia takut akan bocor tentang dirinya yang bekerja ini pada suaminya. Lagian dia juga bisa melihat jika Ega adalah pria muda yang umurnya pasti di bawah Reni.

"Oh, sekalian saja. Aku juga mau pergi kuliah. Sekalian aku antar saja"

Sepertinya Ega ini tidak melihat penolakan Reni yang langsung tanpa berpikir itu. Malah semakin memaksa ingin mengantarkan Reni sekarang. Suara klakson dari sebuah motor yang berhenti di dekat jalan, membuat Reni menghembuskan nafas lega.

"Ojek aku sudah datang, kalau begitu aku duluan ya Ega"

Reni mengangguk sedikit, lalu segera pergi menghampiri ojek online itu. Memakai helm yang diberikan si pengendara ojek online dan segera naik di jok belakang.

Sementara Ega hanya menatap kepergian Reni.

*

Pekerjaan Reni adalah mengatur segala pemesanan online dan juga mengemasnya dengan rapi. Memastikan alamat yang di tuju sesuai. Dan hari ini cukup sibuk, karena banyak pesanan hingga dia harus bekerja cukup ekstra.

"Kalian bisa lembur hari ini? Pesanan cukup banyak untuk pengiriman besok"

Suara Kak Tika terdengar, pemilik ruko ini. Dia memiliki penjualan online uang cukup terkenal dan banyak pesanan juga. Sekarang bahkan penjualannya sudah banyak dari reseller dari Luar Kota.

"Kak, maaf aku gak bisa" ucap Reni.

"Kecuali Reni, yang lainnya bisa terus bekerja ya. Tenang saja, aku pasti berikan uang lemburan untuk kalian semua" ucap Tika.

Sebenarnya hal ini memicu kecemburuan bagi karyawan lain. Karena Tika yang di anggap selalu pilih kasih ketika pada Reni. Padahal, karena sejak Reni memohon untuk bisa bekerja disini, dia sudah menceritakan semuanya pada Tika. Yang tahu Reni sudah menikah juga hanya Tika. Disini Tika hanya sedikit kasihan saja pada Reni yang menceritakan tentang pernikahannya yang tanpa restu itu. Namun, dia tidak pernah memberitahu karyawan lain tentang cerita Reni ini. Cukup dirinya saja yang tahu.

"Terima kasih Kak, kalau gitu aku pulang dulu ya" Reni menatap pada tiga pekerja lainnya yang masih sibuk dengan pekerjaan. Dia memang sedikit tidak enak dengan teman kerjanya yang lain. "Em, semuanya aku pergi duluan ya. Maaf karena tidak bisa ikut lembur"

Semuanya hanya mengangguk saja tanpa mengatakan apapun. Tahu jika mereka pasti kesal padanya karena selalu tidak bisa lembur dan hanya  mereka bertiga yang harus menyelesaikan semua pekerjaan.

Reni kembali dengan ojek online seperti biasa. Dia terus menatap arloji di tangannya, sore ini jalanan cukup macet. Takut sekali jika Reni akan pulang terlambat dan malah keduluan oleh suaminya.

Akhirnya dia sampai di rumah, segera dia mandi dan berganti pakaian. Melirik jam dinding di kamarnya, sebentar lagi suaminya akan pulang jika tepat waktu. Jadi, Reni harus benar-benar bersiap agar suaminya tidak curiga.

Suara pintu yang terbuka, membuat Reni terlonjak kaget. Dia segera menyisir rambutnya di depan meja rias, merapikan bajunya. Lalu segera keluar dari kamarnya. Reni melihat suaminya sudah duduk di atas sofa dengan kepala bersandar dan mata yang terpejam. Terlihat sekali jika Axel sangat lelah hari ini.

Mengambilkan minum dari dapur, lalu memberikannya pada suaminya. "Minum dulu Sayang, kamu lelah sekali sepertinya"

Axel membuka mata, dia tersenyum melihat istrinya sudah duduk di sampingnya dengan segelas air putih untuknya. "Terima kasih Sayang"

Axel meminum air yang diberikan istrinya itu, lalu menyimpannya di atas meja. Dia langsung berbaring dengan paha Reni sebagai bantalan. Memejamkan matanya yang cukup lelah.

Reni hanya tersenyum dengan mengelus kepala suaminya, sedikit memberikan pijatan di keningnya. "Capek banget ya. Mau aku masakin apa untuk makan malam?"

"Apa saja. Semua yang kamu masak, pasti aku makan" Menjawab masih dengan mata terpejam, menikmati pijatan lembut dari tangan istrinya.

Reni menatap dada suaminya, baju kemeja yang kancing sudah terbuka di bagian atas dengan dasi yang longgar. Sungguh keadaan Axel yang selalu kacau ketika dia pulang bekerja. Akhir-akhir ini memang cukup banyak pekerjaan yang harus dia selesaikan.

Terlalu nyaman dengan sentuhan lembut tangan istrinya, membuat Axel langsung terlelap di atas pangkuannya. Reni hanya tersenyum saja. Meski dia merasa sangat kasihan dengan suaminya yang terlihat sangat stres akhir-akhir ini.

Ting,, suara pesan masuk ke ponsel Axel yang berada di atas meja. Reni menatapnya dan terlihat muncul pesan baru masuk itu dari Zayyan.

Xel, Ibumu masuk rumah sakit. Dia benar-benar sakit. Apa kau tidak ingin menemuinya.

Reni terdiam membaca pesan di ponsel suaminya itu. Dia menatap Axel yang masih terlelap di atas pangkuannya. Tangannya terus mengelus kepala suaminya dengan lembut. Namun pikirannya tentu tidak tenang sekarang.

Sudah satu tahun suamiku tidak pernah pulang atau menemui keluarganya lain. Tepatnya setelah kita menikah. Apa mungkin sekarang waktunya dia bertemu dengan keluarganya lagi?

Reni baru saja ingin mengambil ponsel suaminya itu, ketika Axel langsung menggeliat dan membuka matanya. Akhirnya Reni mengurungkan niatnya itu.

"Sayang ayo mandi dulu, aku siapkan airnya ya"

Bersambung

Apa Layak Diperjuangkan?!

Berpelukan di atas tempat tidur dengan keadaan tubuh yang sama-sama polos. Keduanya baru saja melakukan kegiatan malam. Dan selalu berakhir dengan pelukan hangat di atas tempat tidur. Reni memainkan jemarinya di dada suaminya.

Sedikit kaget saat Axel yang bangun dengan tiba-tiba, hingga membuatnya terlepas dari pelukannya. Kepalanya jatuh mengenai bantal. Renjani menatap apa yang akan dilakukan oleh suaminya itu.

"Sayang, kamu mau apa?" tanya Reni.

Kaget sendiri saat suaminya membuka selimut yang menutupi tubuhnya. Apalagi dengan keadaan Reni yang sama sekali tidak memakai apapun saat ini, selain selimut yang menutupi tubuhnya.

"Sayang.."

Reni ingin menarik kembali selimut untuk menutupi tubuhnya, tapi dia malah tertegun dengan apa yang dilakukan oleh suaminya. Axel mengelus perutnya, lalu dia meletakan kepalanya di atas perutnya. Seolah sedang mendengarkan sesuatu dari dalam perut Reni.

"Aku ingin segera merasakan tendangan dari bayi kita nanti"

Deg,, tubuh Reni menegang mendengar itu. Seorang anak memang yang selalu diinginkan oleh Axel. Namun, Reni masih belum bisa memberikannya.

"Sayang, aku..."

Axel langsung bangun, mendekatkan wajahnya dengan wajah Reni. Mengecup keningnya lembut. "Tidak perlu merasa bersalah. Ini hanya keinginanku saja. Tapi Tuhan yang menentukan, ini bukan salahmu. Kita akan terus berusaha untuk bisa mendapatkan seorang anak ya. Lagian pernikahan kita juga baru satu tahun. Masih panjang perjalanan kita"

Tes.. Air mata menetes begitu saja tanpa bisa Reni tahan lagi. Axel langsung menghapus air mata yang menetes di pipi istrinya ini.

"Sayang, jangan menangis. Kamu tidak perlu memikirkan tentang ini. KIta akan terus berusaha, dan selebihnya biarkan Tuhan yang menjawab doa kita"

Reni hanya mengangguk dengan air mata yang kembali menetes. Dia langsung menghambur ke dalam pelukan suaminya. Rasa bersalah karena belum bisa memberikan keturunan pada suaminya, semakin menyeruak di dalam hatinya.

"Maafkan aku karena belum bisa memberikan apa yang kamu inginkan"

Axel menghela nafas pelan, dia mengecup puncak kepala istrinya. "Sayang, jangan seperti ini ah. Kalau kamu akan seperti ini setiap aku membahas tentang anak, maka aku tidak akan membahasnya lagi"

Reni menggeleng pelan, dia semakin erat memeluk suaminya. Ada rasa bersalah yang besar dalam dirinya ini. Namun, dia tidak bisa mengatakan apapun saat ini. Hanya mampu terisak dalam pelukan suaminya ini.

Akhirnya setelah menangis dalam pelukannya, kini Reni sudah terlelap. Axel hanya menatap istrinya yang sedang terlelap disampingnya itu. Tangannya mengelus kepala istrinya dengan lembut. Dia bisa melihat wajah lelah istrinya ketika dia tertidur seperti ini.

"Aku tidak akan memaksa kamu untuk memberikan seorang anak, Sayang. Biarkan saja semuanya berjalan sesuai takdir Tuhan untuk kita. Kalau memang nanti kita tidak bisa mempunyai anak pun, aku tidak akan keberatan"

Beberapa kali Axel menghembuskan nafas berat. Dia jadi merasa bersalah karena sudah membuat istrinya menangis seperti ini. Sekarang pikiran Axel sedang tidak bisa fokus. Banyak sekali hal yang perlu dia pikirkan.

Merah ponsle di atas meja, lalu dia membuka pesan dari sahabat yang sekarang menjadi Aatasannya juga. Zayyan yang memberitahukan tentang Ibunya yang sakit. Namun, Axel masih belum siap untuk kembali ke rumah itu dan bertemu dengan keluarganya. Akhirnya dia membalas pesan dari Zayyan itu.

Maaf Yan, aku masih belum siap kembali ke rumah. Kau tolong bantu Mama saja. Berikan dia perawatan terbaik. Ah, tapi Papa pasti sudah melakukannya.

Setelah mengirim pesan itu, dia kembali menyimpan ponsel di atas nakas. Lalu berbaring disamping istrinya, memeluknya dan akhirnya terlelap.

*

Pagi ini Reni sedang menyiapkan sarapan untuk suaminya. Namun dia sedikit tidak fokus, ketika mengingat tentang pesan di ponsel suaminya yang tak sengaja dia baca.

"Apa Kak Axel sudah membalas pesan itu ya? Ah, aku jadi kepikiran sekarang"

Selesai menata sarapan di atas meja, Reni langsung duduk di kursi dengan kedua tangan diletakan di atas meja. Masih saja memikirkan tentang pesan di ponsel  suaminya itu.

"Aku harus bicara dengan suamiku, agar semuanya tidak terus seperti ini"

Percayalah, berada dalam pernikahan tanpa restu ini memang sangat berat. Meski mereka saling mencintai, namun ada hati yang mungkin tersakiti karena merasa telah jadi jauh dengan anaknya sendiri. Dan hal itu selalu mengganggu pikirannya sampai saat ini. Reni yang bahkan tidak pernah melupakan tentang hal itu. Tidak seharusnya hubungan suaminya dan keluarganya jadi kacau seperti ini.

"Sayang"

Axel keluar dari kamar, sudah rapi dengan pakaian kerjanya. Dia memanggil istrinya, namun terlihat Reni yang sedang melamun di meja makan. Bahkan tidak merespon panggilannya itu.

Langsung berjalan menghampiri istrinya yang masih belum menyadari kehadirannya saat ini. Berjalan ke belakang Reni, lalu memeluknya dari belakang. Mencium pipi istrinya beberapa kali dengan gemas.

"Sedang melamunkan apa?"

Reni mengerjap kaget, dia menoleh dan tersenyum pada suaminya. "Tidak. Ayo sarapan dulu sebelum kamu berangkat ke Kantor"

Axel menatap istrinya dengan kening sedikit berkerut. Merasa ada yang sengaja ditutupi oleh istrinya ini. Membuat dia mengelus kepala Reni dan mengecupnya lembut.

"Jangan terlalu banyak pikiran. Asalkan kita selalu bersama, maka semuanya akan baik-baik saja" ucap Axel.

Menarik kursi disamping istrinya, lalu dia duduk disana. Sekali lagi, dia menoleh dan menatap wanita disampingnya ini. Wanita yang sudah satu tahun menjadi istrinya dan menemaninya.

"Em, aku ambilkan makanannya" ucap Reni.

Disaat seperti ini hanya mampu mengalihkan pembicaraan. Reni juga belum siap untuk membahasnya. Rasanya dia ragu untuk membahas hal ini.

Akhirnya pagi ini suasana terasa hening saat sarapan. Pasangan suami istri ini hanya sibuk dengan pikiran masing-masing.

"Sayang, aku langsung berangkat ya. Zayyan sudah menunggu untuk meeting pagi ini. Aku harus menyiapkan berkasnya dulu"

Reni hanya mengangguk saja, dia berdiri dan mengantar suaminya sampai ke pintu Apartemen. Menyalami suaminya seperti biasa."Hati-hati di jalannya, jangan lupa makan siang"

Axel mengecup kening istrinya. "Iya Sayang, aku pergi dulu. Kamu baik-baik di rumah"

Reni hanya menatap punggung tegap suaminya yang berjalan menjauh ke arah lift. "Seharusnya dia tetap menjadi seorang pemimpin Perusahaan. Bukan hanya menjadi Sekretaris seperti ini"

Ada rasa sedih yang tak bisa Reni ungkapkan. Ketika dia melihat suaminya yang selalu bekerja bahkan sudah sampai di rumah. Dia yang sekarang harus datang tepat waktu, tidak bisa hanya terlambat sedikit pun. Karena dia juga seorang karyawan di Perusahaan sahabatnya. Tidak seperti Axel yang dulu. Dia yang memimpin Perusahaan, bisa menugaskan banyak karyawan ketika dia tidak sempat menyelesaikan pekerjaannya.

Meski ada sisi positif dalam hal ini, namun Reni hanya merasa kasihan pada suaminya yang harus melepas semuanya hanya demi bisa menikah dan hidup bersamanya.

Apa aku layak diperjuangkan sampai seperti ini?

Bersambung

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!