•Mansion Rafassya•
Di kediaman Rafassya, tepatnya diruang tamu, seorang wanita yang masih terlihat awet muda itu begitu kesal karena anaknya yang tiba-tiba menutup telepon sebelum dirinya usai berkata, siapa lagi kalau bukan Nyonya Dynara.
Dynara melangkah ke arah dapur dengan menghentak hentakan kakinya, tak lupa wajahnya yang ditekuk namun menambah kesan lucu bagi siapa saja yang melihatnya, terutama para pelayan yang saat ini melihat sang nyonya berusaha untuk menahan tawa, bahkan ada yang sengaja menghindar.
Setibanya Dynara di dapur semua pelayan tampak tak terlihat sama sekali membuat Dynara bingung. Tentu saja semua pelayan tak nampak di mata seorang Dynara saat ini, sebab mereka menghindar dari sang singa betina. Bagaimana tidak jika setiap kali merasa kesal ataupun marah Dynara akan melampiaskannya di dapur.
Lihat saja saat ini dia berdiri ditempat berbagai peralatan memotong, mengambil sebuah pisau dan mengarahkannya kedepan, sungguh bagai seorang psikopat apalagi ditambah senyum misterius, membuat para pelayan yang sedang mengintip bergidik ngeri. Ini bukanlah pertama kali bagi para pelayan kediaman Rafassya melihat Dynara seperti itu, namun tetap saja mereka merasa ngeri.
Dynara kemudian mengambil sepotong daging di kulkas memotong motongnya sambil mengoceh, "Awas saja anak itu, mommy kebiri baru tau rasa, pantas saja dia dihantui terus oleh Aza, sikapnya itu benar-benar membuat siapa saja akan naik darah—"
Tak Tak Tak
Bunyi suara Pisau menyentuh Papan, membuat para pelayan mengigit jari mereka.
"—mommy doakan agar Aza selalu menghantuinya dan kalau mereka bertemu mommy akan minta sama Aza agar tak memaafkan anak itu," Lanjut Dynara tersenyum smirk, lantas meninggalkan dapur dengan potongan daging yang tak karu-karuan.
Para pelayan hanya bisa menggeleng-gelengkan kepala mereka melihat Nyonya Zayyan Rafassya keluar dapur dengan santai dan dapat dipastikan bahwa makan malam nanti akan membuat Tuan Zayyan tercengang lagi.
...****************...
Di Negara B, tepatnya Kota B–Hotel bintang 3 lantai 5, terlihat seorang Wanita tengah memperhatikan pemandangan di balik kaca. Hari baru menunjukkan pukul 05.25 setempat, namun diluar sana terlihat ramai dan beberapa diantaranya sudah mulai beraktivitas, padahal waktu masih terlalu pagi dan belum terang sepenuhnya
Ting!
sebuah notifikasi pesan membuat atensi wanita yang sedang memandang luar jendela kamar hotelnya teralihkan– dengan sigap membuka handphonenya.
["ada kabar baik, proposal kita di terima dan mereka akan segera mengurus kontrak kerja samanya."]
Begitulah pesan yang tertera di handphone yang di genggamnya saat ini, wanita itu sangat senang mendengar kabar baik yang diberitakan oleh tunangannya, belum sempat membalas pesan, tunangannya sudah terlebih dahulu menelponnya dengan Video Call, tanpa pikir panjang Video call tersebut diangkatnya
"Hai sayang, bagaimana kabarmu disana?" tanya tunangannya begitu dia baru selesai menggeser ikon menerima Video call tersebut.
"Kabarku baik Ian."
"Baguslah. Aku ingin sekali memelukmu saat ini, kau tau ayahku akhirnya bisa bekerjasama dengan perusahaan terbesar, itu semua berkat mu sayang."
"Aku senang kau senang Ian,"
"Oh···· ayolah Ze, berkata seperti itu seakan-akan kau tak senang sama sekali, tolong hentikan seperti itu, aku ingin kau lebih terbuka lagi, ini sudah 10 tahun sayang···· itu waktu yang cukup lama."
"Aku tau Ian, tapi aku······ masih butuh waktu."
"Sampai kapan!"
Kini dirinya terdiam, bingung harus menjawab apa, melupakan masa lalu bukanlah hal yang mudah, dia sudah mencobanya namun tetap saja tak bisa.
"Maaf karna sudah menekan mu, sepertinya kau masih membutuhkan waktu lagi. Tak masalah aku akan menunggu sampai kau benar-benar bisa melupakan masa lalu mu" tunangannya berkata begitu perhatian disertai senyum tulus padanya, tapi dia tau bahwa tak selamanya tunangannya itu akan sabar menunggu.
Jujur saja tunangannya adalah pria yang romantis, perhatian, dan mau melakukan apa saja untuknya. Mungkin sebagian wanita jika diperlakukan seperti itu oleh tunangannya pasti mereka bahagia sekali atau jantung mereka akan berdetak cepat, tapi entah kenapa dirinya biasa biasa saja.
"Thanks Ian. Bisakah aku menutup telponnya, ada yang ingin aku kerjakan sekarang," pintanya
"Baiklah, Padahal aku sangat merindukanmu, tapi sudahlah kita bisa melakukannya lain waktu"
"Aku tutup!"
"Yeah, see you in city N, darling"
"See you Ian"
Panggilan dimatikan
Puk!
Dengan gerakan malas ia menghempaskan dirinya di sofa dekat kaca jendela. Padahal hanya menerima Video call dan berbicara dengan sang tunangan tapi begitu melelahkan, sampai kapan dia harus seperti ini.
Zela bingung apakah keputusannya sudah benar atau tidak, dengan menerima Dean Baskara sebagai tunangannya 3 tahun silam, sekarang dia sendiri yang jadi masalahnya. Dean–Tunangannya itu entah kenapa selalu menekan dirinya agar mereka ke jenjang serius, sungguh Zela tak pernah memikirkan ini sebelumnya, dia pikir dengan tunangan terlebih dahulu tak masalah untuk mengikat dirinya disisi Dean, namun sang tunangan ingin lebih–sebuah pernikahan.
Zela benar-benar lelah akan hidupnya, bahkan untuk membuka diri saja kepada Dean dia belum sepenuhnya terbuka, kejadian 10 tahun lalu membuatnya trauma hingga untuk mempercayai seseorang dan membuka diri kepada seseorang begitu mustahil dia lakukan, bahkan keluarga sang tunangan pun dirinya tak pernah terbuka. Satu-satunya yang dapat ia percaya dan dapat membuka dirinya saat ini adalah kakak angkatnya Zavier, namun sayang sang Kakak sedang berada di Negara C saat ini untuk mengikuti seminar dan dia tak ingin mengganggu sang kakak dengan masalahnya kali ini.
Cukup lama berperang dengan pikirannya, Zela akhirnya memilih untuk keluar mencari angin segar, jika berlama lama dalam kamar hotelnya mungkin dia akan tambah pusing itulah yang dipikirkannya. Dengan berpenampilan seandainya baju kaos putih dan celana jeans hitam serta topi bermerek yang terbalut di kepalanya membuat penampilan Zela yang seorang CEO Cafee Ternama di Kota N itu berubah 180 derajat dari biasanya, Sungguh tak akan ad yang tau bawah ternyata dia adalah seorang CEO.
Sebenarnya dia sangat nyaman dengan style yang dipakainya saat ini namun karena tuntutan pekerjaan membuatnya harus tampil sebagaimana mestinya seorang CEO, apalagi ketika keluarga Dean pernah sekali melihatnya berpenampilan seperti ini membuatnya di tegur. Mama Dean–Devita Baskara menegurnya yang tak memiliki sopan santun dalam halnya berpakaian
"Apa-apaan pakaian seperti itu? kau itu adalah kekasih anakku, kekasih seorang Calon CEO Baskara Corp, seharusnya kau berpakaian selayaknya seorang pendamping anakku, kenapa kau berpakaian seperti itu? Mirip Preman, kau bisa mempermalukan anakku nantinya."
masih teringat jelas kata kata Devita di kepalanya jujur saja saat itu dia sangat kesal, Padahal menurutnya penampilannya cukup sopan dibandingkan gaun yang dipakai oleh Devita sendiri, wanita yang melahirkan Dean itu malah sering berpenampilan menor dan glamor.
Tak butuh waktu lama, Zela akhirnya berada diluar kawasan hotel bertepatan dengan itu Taksi muncul di depannya, tanpa pikir panjang Zela menaiki taksi dan menyuruh sang sopir untuk mengantarnya ke salah satu restoran terdekat, dia sangat lapar dan butuh sarapan saat ini.
Ciiiit!
Bruk!
"Ouch, what's wrong sir?" Kaget, tentu saja tiba tiba saja sang supir taksi mengerem mendadak membuat kepalaku terkatuk kursi depan
"Sorry miss, I think I hit something" jawab sang supir taksi dengan panik
"Oh My Gosh, please look at it sir" titahku membuat Supir taksi tersebut terlihat mengecek keadaan orang yang di tabrak nya
Tok tok tok
"How is the condition?" tanyaku dengan nada khawatir.
"He's okay, Miss, but he looks like he's in shock and fainted."
"We have to take him to the hospital!"
"Okay Miss."
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
...****************...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 22 Episodes
Comments