Hari-hari berlalu dengan sangat cepat, masa-masa duduk di bangku sekolah menengah atas akan segera berakhir,enam bulan lama nya saat Ayana baru saja pindah dari kota pada masa itu,dan melanjutkan pendidikan nya di kampung halaman sang ibu.
Bagi nya waktu enam bulan itu sangat lah singkat,apa lagi Ayana sudah mengenal beberapa orang baik di lingkungan sekolah nya,kedua teman baik nya ya itu Tifani dan Sandra, setelah lulus SMA,ketiga nya pasti akan berpisah dan melanjutkan hidup masing-masing, Tifani berencana akan kuliah ke Jakarta, sedangkan Sandra memilih untuk mengikuti orang tua nya pindah ke Kalimantan karena sebuah pekerjaan.
"Setelah ini lu mau lanjut kuliah ke mana Ay.?" Tanya Tifani sambil menyeruput kopi yang di pesan nya.ketiga nya mengobrol di sebuah cafe malam itu, mereka sengaja mengadakan pertemuan untuk terahir kali nya sebelum Sandra pergi esok hari.
Ayana terdiam lesu dengan tatapan hampa, sesekali ia menarik nafas dengan senyum tipis.
"gak tau Fan, mungkin aku gak lanjut kuliah.''
ucap nya dengan sesak yang tertahan di dada,kedua bola mata nya mulai berkaca-kaca.Ayana sendiri tidak tau apakah keinginan nya untuk mengambil alih perusahaan mendiang sang papa akan tercapai, sedangkan dirinya saja tidak mengenyam pendidikan tinggi.
"udah deh gak usah terlalu di pikirin,santai aja dulu." Tifani menepuk pundak Ayana sambil tersenyum ramah.Sandra juga ikut mencairkan Susana agar kondisi kembali kondusif.mereka melanjutkan obrolan sampai tiba-tiba.
waktu sudah menunjukkan pukul 22:20 WIB.Ayana pamit pulang lebih dulu karena takut akan di marahi mama nya jika pulang sampai larut malam, berbeda dengan Tifani dan Sandra yang sudah lebih dulu beralasan menginap di rumah teman nya hanya untuk bisa pulang larut malam.sepanjang perjalanan wajah nya di tekuk muram,ia berjalan dengan perasaan hampa, sesekali Ayana menarik nafas dalam-dalam.ia berjalan menyebrangi jalan raya tanpa menoleh kanan kiri, kaki nya melangkah begitu saja seolah-olah mengajak nya menemui kemalangan.
meskipun keadaan jalan tidak begitu ramai oleh kendaraan, tetap saja ada beberapa kendaraan yang berlalu lalang di jalan tersebut,baru saja ia melangkah beberapa meter,sebuah mobil dari arah berlawanan rupa nya melintas dengan kecepatan tinggi.sang pengemudi juga ternyata sedang sibuk menerima panggilan masuk dari seseorang,dalam hitungan detik saja.
"Brak...!!!
Dentuman keras tiba -tiba terdengar sampai beberapa meter,mobil tersebut menabrak pembatas jalan hingga membuat tubuh Ayana ikut terpental ke sisi jalan.beberapa orang yang melihat kejadian itu langsung menuju lokasi,begitu juga dengan kedua teman Ayana, Sandra dan Tifani rupanya mendengar suara kegaduhan dari luar ruangan, mereka berdua segera berlarian keluar menuju kerumunan orang yang sudah membantu memapah Ayana.di antara banyak nya orang yg berkerumun, Tifani sempat melihat secarik baju yang di pakai oleh Ayana,baju bermotif bunga-bunga berwarna putih itu jelas tidak asing bagi Tifani,wanita itu tertegun melotot seolah tak percaya dengan apa yang di lihat nya barusan.
"Kamu kenapa sih Fan?!" Sandra menepuk pundak Tifani cukup kuat yang membuat Tifani terlonjak kaget.
"Astagfirullah San.." bibir Tifani tiba-tiba gemetar dengan raut wajah panik, tubuh prempuan itu sudah berjarak agak jauh dari lokasi kejadian, beberapa laki-laki dewasa membantu memapah si korban, sedangkan pelaku dalam keadaan syok berat, orang-orang di sana ikut terbawa emosi,bahkan sempat ingin main hakim sendiri,untunglah beberapa orang lain nya sempat melerai setelah pelaku penabrakan juga berjanji akan bertanggung jawab atas perbuatan nya.
Tubuh pak Wijaya sudah berkeringat dingin dengan wajah ketakutan,tak lama mobil ambulance dan polisi datang di lokasi kejadian, dengan segera pihak polisi mengamankan pak Wijaya beserta beberapa saksi yang melihat peristiwa kecelakaan itu.
"Fan,fan kamu kenapa sih?!" desak Sandra yang masih melihat Tifani bengong sambil sesekali mengguncangkan kedua pundak nya.
"San,San aku mungkin salah liat kan?!" Kata Tifani dengan kepanikan yang semakin menjadi-jadi.
"salah liat apa sih maksud nya.?!'' tanya Sandra dengan nada meninggi.
"Aku-aku,aku barusan li-li..,liat..." susah payah Tifani menjelaskan bahwa dirinya melihat korban memakai baju persis yang di pakai oleh Ayana tadi.
"liat apa sih fan.!!" Gertak Sandra kesal karena tak kunjung mendapatkan penjelasan yang gamblang dari Tifani.
"sumpah itu tadi aku liat baju Ayana." kata Tifani dengan bibir gemetar.
Kedua nya saling pandang,tanpa mereka sadari lokasi kejadian kecelakaan itu sudah sepi dan hanya beberapa polisi yang masih berkeliaran.
"maksud kamu? Korban kecelakaan itu tadi Ayanna?!" Sandra melotot tajam seolah tidak percaya dengan pernyataan Tifani.
Sementara itu,Bu Dini masih belum juga tidur karena menunggu ke Pulangan Ayana,hari sudah semakin larut, tapi batang hidung Ayana bahkan belum juga terlihat muncul di depan rumah.
"kemana anak itu.!" Bu Dini berjalan mondar-mandir di depan pintu utama sambil sesekali menyingkap gorden di sebelah pintu.
melihat kearah halaman rumah.perasaan nya sangat tidak nyaman, firasat seorang ibu sangat lah kuat,Bu Dini takut terjadi sesuatu pada Ayana, jam dinding sudah menunjukan pukul setengah satu malam, tapi Ayana belum juga sampai rumah.
bahkan jikapun beliau harus mencari ,kemana kira nya saat ini posisi Ayanna berada saja Bu dini tidak tau menahu.
***
"Papa mu kok belum sampai juga ya nak.?" Bu Ayu menunggu ke Pulangan pak Wijaya sambil duduk di teras rumah, menikmati secangkir teh hangat di temani dengan suara kicauan burung di halaman rumah nya.
pagi ini kabut turun menyelimuti perkebunan teh milik nya.Regan yang sudah rapih karena hendak pergi ke suatu tempat hanya terdiam seolah tidak peduli dengan papa nya,ada atau tidak ada nya beliau bagi Regan tidak ada beda nya.
"mana Regan tau ma, nginap di hotel dulu kalik.!"
ceplos Regan dengan nada menyingung,ia seperti tau kebiasaan papa nya yang sering menyewa beberapa wanita jalang meksipun hal itu tidak di ketahui oleh Bu Ayu.
Regan juga tidak ingin mama nya sampai tau soal kebiasaan buruk papa nya itu.beberapa tahun lalu, Regan memang sempat memergoki papa nya sedang asik berduaan dengan seorang wanita muda di sebuah cafe,hal itu memicu timbulnya rasa benci di hati Regan terhadap papa nya,bukan hanya itu, Regan juga sering berselisih paham dengan pak Wijaya hanya karena masalah sepele.pemuda itu seolah tidak pernah mendapatkan peran Ayah dalam hidup nya meksipun dia memiliki seorang Ayah.
"Regan pergi dulu ya ma."
pamit nya sambil mengunyah makanan yang di comot nya dari piring Bu Ayu.
"eh kamu mau ke mana pagi-pagi gini.!" tanya Bu Ayu yang melihat Regan sudah rapih dan wangi.
"ketemu temen ma.!" Jawab Regan sambil berlalu pergi menuju mobil miliknya tanpa memperdulikan Bu Ayu yang tengah cemas menunggu kepulangan sang suami.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 32 Episodes
Comments