Waktu cepat sekali berlalu,tanpa terasa sudah hampir sebulan kepergian pak Rudi yang bahkan duka itu masih sangat di rasakan oleh Bu Dini.
Adiguna kembali datang menemui Bu Dini dengan maksud tertentu,ia meminta agar Bu Dini menandatangani surat tersebut yang sudah di alihkan menjadi atas nama nya,hal ini jelas membuat Bu Dini semakin syok,kemana beliau akan tinggal bersama anak-anak nya jika rumah satu-satu nya tempat berteduh harus di ambil paksa oleh Adiguna.?
"cepat mbak tanda tangani surat ini.!"
Adiguna memaksa Bu Dini dengan di bantu oleh dua orang suruhan nya,kedua pria gagah itu membekap tubuh Bu Dini,salah satu nya membungkam mulut beliau agar tidak berteriak, sedangkan Adiguna mengarahkan tangan Bu Dini untuk segera melakukan apa yang dia suruh.
"mama.! Mama kenapa?! triak Devin dan Devan yang baru saja pulang dari sekolah.
"om,om apa'in mama?!" Pekik Devin sambil memukul-mukul tubuh Adiguna yang tinggi gagah.
"apa sih kamu.! ganggu aja.!" Adiguna mengibaskan tangan nya kearah Devin sampai Devin tersungkur ke lantai.
Devan yang ketakutan hanya terdiam di sudut ruangan, sementara tubuh nya juga gemetar setelah melihat kembaran nya di hempas begitu saja oleh Adiguna.
"emm,emmm."
Bu Dini sama sekali tidak bisa melakukan apa-apa,mulut nya saja di bekap,begitu juga dengan tubuh nya yang di jagal oleh dua orang suruhan Adiguna.
."bagus,bagus.! rumah ini sekarang sudah sah menjadi milik ku.!"
Adiguna tertawa puas lalu meminta kedua anak buah nya segera pergi bersama nya.
"Devin.!" teriak Bu Dini melihat kondisi Devin yang kesakitan karena kepala nya membentur ubin.
"auuu.,sakit ma."keluh nya sambil memegangi kepala nya yang ternyata berdarah.Devan segera menyambangi mereka dan membantu Devin berdiri.
Ayana tiba di rumah pukul tiga sore,tampak Bu Dini sedang duduk melamun dengan tatapan kosong di ruang tamu.
"assalamualaikum."Ayana berdiri di ambang pintu melihat Ibu nya yang sama sekali tidak menjawab salam dari nya.
"ma,mama.!" panggil Ayana agak keras.bu Dini lantas menoleh dan baru menyadari kedatangan Ayana.
"eh iya waalaikum salam." segera Bu Dini beranjak dari tempat duduk.
"mama kenapa kok bengong?" tanya Ayana sambil meraih punggung tangan Bu dini.
"euuhh,eng-enggak,gak kenapa-kenapa kok."dari cara nya bicara jelas Bu Dini sedang menyembunyikan sesuatu, Ayana juga tidak bisa di bohongi karena dia bukan lagi anak kecil.
"mama jujur aja sama Ayana,ada apa sebenar nya? Mama masih sedih ya kehilangan papa?!" tampak wajah Bu Dini mendadak sendu dengan bulir bening yang menetes dari kedua mata nya.
Ayana memeluk tubuh Ibu nya dengan hangat sambil mengusap punggung beliau berkali-kali.
"mama udah ya,kita gak boleh larut dalam kesedihan terus."terdengar suara Ayana juga gemetar menahan tangis.
"Aya,mama bukan cuma sedih soal papa mu." tangis Bu dini pecah dan bahkan ucapan nya sempat terpotong.
"lalu? Apa yang bikin mama sedih?"Ayana melepaskan pelukan, dengan lekat ia menatap wajah ibunya.
"kenapa ma?"Ayana meminta agar Bu Dini jujur pada nya soal apapun itu.
"rumah,rumah ini ,Aya,rumah ini sudah di ambil alih oleh om mu.!" lagi-lagi Bu dini menangis sampai suara nya terdengar sumbang.
"apa?! rumah ini di ambil alih om Adiguna.?! Mama,gak mungkin ma.!" Ayana syok berat mendengar pernyataan mama nya.
"mama pasti bohong kan?!" tegas Ayana menatap tajam wajah Bu Dini yang sudah terlihat pasrah, beliau sudah tidak tau lagi harus bagaimana?
"Mama mu gak bohong Ayana.!"
tiba-tiba suara Adiguna terdengar menyahuti obrolan mereka di ruang tamu, Adiguna sengaja datang kembali kerumah ini,kali ini ia tidak datang sendiri, Adiguna datang bersama istri dan anak nya,juga barang-barang milik mereka,pria itu datang dari arah pintu utama yang memang sudah terbuka lebar sejak Ayana pulang tadi.
sontak saja Ayana menoleh kearah sumber suara yang jelas tidak asing bagi nya.
"om Adi?!" deru nafas gadis berusia 18 tahun itu kian tak terkontrol,darah nya serasa mendidih setelah mendengar apa yang baru saja di katakan oleh laki-laki paruh baya itu.
"maksud om apa ngomong gitu?!" Lantang Ayana berbicara seolah tidak memiliki rasa segan sedikit pun pada Adiguna.
sejak dulu memang keluarga mendiang Rudi Hartanto tidak pernah akur dengan keluarga Adiguna Hartanto.penyebab nya karena Adiguna selalu saja iri dengan keberhasilan sang kakak.
"Ayana, Ayana,kamu itu masih terlalu polos untuk tau semua permasalahan ini,jadi sebaik nya kamu dan mama mu serta kedua adik laki-laki mu itu segera angkat kaki dari rumah ini.! Om gak akan maksa sih,tapi kalau kalian mau jadi babu di sini boleh kok.,iya kan sayang?"
Adiguna menoleh kebelakang di mana Sera berdiri angkuh di sana sambil memandangi adegan dramatis dari keluarga ipar nya.
"bener banget sayang, mereka boleh tinggal di sini,asal,mau jadi babu."
ledek Sera tertawa puas.
Ayana yang tidak terima dengan perlakuan mereka mencoba untuk melawan dengan melempar Sera menggunakan tas ransel yang tadi di letakan nya di atas meja,untung saja benda itu tidak sampai mengenai tubuh Sera yang jarak nya kurang lebih tiga langkah kaki orang dewasa dari tempat nya berdiri saat ini.
Ayana sudah mengepalkan kedua tangan nya dengan kuat sampai seluruh otot-otot nya terlihat jelas di beberapa bagian.
"kurang ajar kamu ya.!" gertak Sera yang tidak terima dengan perbuatan keponakan nya itu.Sera dengan cepat mendekati Ayana lalu menjambak rambut gadis itu sekuat mungkin, Adiguna hanya terdiam memperhatikan istri nya itu menganiaya Ayana dengan tragis.
ia hanya berdiri mematung sambil menyunggingkan seulas senyum, sementara kedua tangan nya di lipat keatas dada.
"sudah Ayana sudah.!"
Bu Dini berusaha melerai perkelahian antara ipar dan anak nya, Ayana juga tidak mau tinggal diam,ia berusaha meraih rambut Tante nya itu yang panjang tergerai.Bu dini cukup kewalahan melerai keduanya yang sudah sama-sama di kuasai amarah.
"Adi tolong suruh berhenti istri mu ini.!" pinta Bu Dini menghiba,beliau tidak tahan melihat Ayana yang seolah tidak mampu dan kalah kuat tenaga nya jika di bandingkan Sera.
"Sera cukup.! Berhenti.!" gertak Adiguna yang merasa pertunjukan ini sudah harus di selesaikan,bukan karena permohonan Bu Dini yang membuat Adiguna bertindak,tapi niat nya datang kemari untuk mengusir kakak ipar dan ke-tiga keponakan nya,bukan untuk menonton perkelahian antara Tante dan keponakan itu.
Sera langsung menghentikan tindakan nya dan kembali merapihkan rambut nya yang sudah acak-acakan.deru nafas nya sudah tidak beraturan,wajah nya juga terlihat bengis.
"kalau bukan karena mas Adi,aku gak bakal lepasin kamu Ayana.!" Gerutu Sera kesal dengan raut wajah yang merah padam.
"udah Mbak aku gak mau bertele-tele, sekarang sebaik nya Mbak Dini tinggalkan rumah ini tanpa membawa apapun kecuali pakaian,jangan sampai saya memaksa."
bisik Adiguna ke telinga kakak ipar nya itu,Bu Dini yang merasa takut dengan ancaman Adiguna pasrah tanpa perlawanan.
"gak.! Kita gak akan pergi dari sini.!" Bantah Ayana yang tetap kekeh untuk tidak meninggalkan rumah peninggalan papa nya.
"oke,kamu boleh tinggal di sini,tapiiiii,jangan harap kami akan memperlakukan kamu seperti manusia."
ucap Adiguna mendekatkan wajah nya ke wajah Ayana.
terlihat kedua nya saling tatap satu sama lain, sampai bulir bening menetes dari kedua mata milik gadis berbulu mata lentik itu.
Ayana tak kuasa menahan tangis, bagaimana mungkin saudara nya sendiri mampu berbuat sejahat ini.apa lagi Adiguna adalah adik kandung almarhum papa nya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 32 Episodes
Comments