bab 4

Sudah beberapa hari berlalu sejak pertama kali Ayana masuk sekolah,semua keadaan nya baik-baik saja, kegiatan belajar nya juga lancar.

Ia merasa tempat sekolah nya yang baru ini cukup nyaman meskipun dia tau beberapa orang masih terlihat kaku ketika berpapasan dengan nya, termasuk Raisa.

Regan yang juga merupakan siswa baru di sekolah ini cukup tertarik dengan kecantikan Ayana, Regan merupakan anak dari seorang pengusaha kebun teh yang sangat terkenal di jawa barat,dia menjadi anak tunggal di keluarga WIJAYA KUSUMA,Ayah nya merupakan seorang pengusaha juga pembisnis sukses,dua bulan lalu Regan dan ibunya pindah dari Jakarta,Bu Ayu,(ibunda Regan) beliau memang sengaja mengajak Regan pindah dari kota karena ingin anak itu jauh dari pergaulan bebas di kota,sejak duduk di bangku SMP, Regan sudah menjadi remaja yang memiliki jiwa kriminal,hobi tawuran dan beberapa kali harus di tegur kepala sekolah karena jarang sekali masuk sekolah dan bolos entah kemana,hal itu lah yang membuat Bu Ayu memilih untuk mengajak Regan pindah dan jauh dari hiruk-pikuk nya ibukota,mula nya Regan menolak mentah-mentah rencana itu, tapi tidak ada pilihan lain bagi nya selain menerima ajakan sang Ibu.

Hari-hari nya di penuhi rasa bosan, apa lagi rumah yang ia tempati sekarang jauh dari pemukiman warga, posisi rumah Regan berada di ujung kampung, terletak dekat perbukitan kebun teh milik orang tua nya, menjadi anak orang kaya jelas membuat Regan banyak di gandrungi gadis seumuran nya,bukan hanya itu, bahkan wanita yang jauh lebih tua dari nya pun banyak yang mendekati,tapi satupun tidak ada yang membuat Regan merasa tertarik.hadir nya Ayana membuat Regan cukup penasaran dengan gadis cuek dan dingin itu,sejak pertama kali bertemu,sikap Ayana begitu acuh pada Regan,bukan tanpa sebab, Ayana hanya tidak ingin ia memiliki perasaan pada siapapun, gadis itu hanya membatasi diri agar lebih fokus belajar dan sekolah sampai ia bisa membalas dendam nya dan mengambil kembali perusahaan milik keluarganya yang kini di kuasai paman nya.

"Assalamualaikum,ma,.! mama.!"

Melihat pintu rumah terkunci rapat, Ayana mengintip dari balik jendela, sebelah pintu utama,suasana di dalam sangat lengang, tidak ada suara ibu nya yang terdengar menyahuti ucapan salam yang ia lontarkan barusan.Ayana duduk termenung di teras rumah sambil melihat ke arah jalan yang begitu terik oleh matahari siang ini.

Mata nya menyipit saat melihat seorang wanita berjalan dari arah berlawanan, rupanya wanita itu adalah ibu nya,entah dari mana kira nya wanita paruh baya itu di siang terik begini keluyuran.

"mama dari mana panas-panas gini keluyuran?" Tanya Ayana dengan wajah sendu memandangi raut wajah mama nya yang tampak lusuh dan berkeringat.

"dari rumah pakde Ilham, tetangga ujung sana,mama mau cari kerjaan."ucap beliau dengan tatapan datar.

"Deg..

sontak saja jawaban itu membuat Ayana hening tanpa sepatah kata pun keluar dari bibir tipis nya.

Kesulitan ekonomi membuat Bu Dini harus banting setir dan bekerja keras demi memenuhi kebutuhan hidup untuk ketiga anak-anak nya.tanpa sadar kedua kelopak mata gadis itu berkaca-kaca, Ayana langsung memeluk ibunya dengan erat.

"Ehhh, kenapa ini?" Reflek Bu Dini melepaskan pelukan Ayana,beliau tidak mau terlihat lemah di depan anak-anak nya, apapun akan beliau lakukan demi masa depan Ayana dan kedua adik laki-laki Ayana.

"ma, Ayana janji bakal ambil kembali harta punya papa yang di kuasai manusia iblis itu.!"ucap Ayana mengepalkan tangan dengan tatapan nyalang.

****

"Regan.!

"Jam segini baru pulang dari mana saja.?!"

melihat putra semata wayang nya baru saja pulang dari bermain,Pak Wijaya sontak saja naik pitam,apa lagi waktu sudah menunjukan pukul 11 malam.

"papa pikir dengan kamu pindah ke kampung ini kelakuan kamu bakal berubah, ternyata sama saja.!"

Gertak pak Wijaya sambil melotot tajam kearah Regan yang di sambut senyum sinis oleh nya.

'Anak kurang ajar.!" imbuh pak Wijaya yang seolah tidak habis fikir dengan kelakuan putra nya itu.

"Sudah lah pa, kenapa harus selalu Marah-marah?"

Bu Ayu berusaha menenangkan suasana yang agak memanas di tengah hening nya malam.

"itu kebiasaan mama selalu manjain dia.!"

Pak Wijaya justru menyalahkan istri nya yang seolah tidak becus mendidik Regan.Bu Ayu hanya diam dengan wajah sendu dan mata yang berkaca-kaca.beliau kembali ke kamar sementara pak Wijaya harus kembali ke jakarta bersama Supir pribadi nya.

di dalam kamar, Regan tidak langsung tidur,mata nya masih sangat seger bugar meskipun waktu sudah menunjukan tengah malam.ia masih terbayang oleh sosok Ayana, sekilas wajah gadis itu terbayang di awang-awang,bibir tipis nya mengurai senyum yang membuat Regan merasa salah tingkah sendiri,ia memeluk guling dengan erat sembari memejamkan mata berharap Ayana hadir dalam mimpi indah nya.

**.

"Ayana.! lu ada kegiatan apa hari ini?!"

Tanya Regan sambil kedua nya berjalan beriringan melewati anak tangga satu persatu menuju lantai dasar.sekolah itu memiliki dua lantai dengan bangunan yang sederhana, meski demikian, sekolah itupun menjadi satu-satunya sekolah terbaik di kampung ini.

"emm,gak ada sih." jawab Ayana lembut sambil menggelengkan kepala.ia tampak malu-malu dan kikuk saat berjalan beriringan dengan Regan.

jantung nya berdebar kencang semetara kedua tangan nya saling bertautan dengan wajah menundukkan pandangan.

"Gue boleh ajak loe jalan enggak.?" ajak Regan tanpa basa-basi, Regan memang orang nya selalu tutup poin jika menghendaki sesuatu,ia tak suka berbasa basi apa lagi mengulur pembicaraan.entah di terima atau di tolak nanti nya.Regan sama sekali tidak mau ambil pusing.lagi pula dia sosok laki-laki yang memang pada dasar nya gampang bosan dengan satu wanita.tapi juga dia tidak akan menyerah sebelum mendapatkan apa yang dia mau.

"ma'af Rey,aku-aku harus bantu ibuku jualan." tolak Ayana yang sebenar nya sangat ingin pergi dengan Regan,akan tetapi dirinya juga tidak mau nanti nya hal ini membuat hubungan mereka semakin dekat.beberapa kali menghindar pun tidak membuat Regan jera dan menyerah.

"Oke deh,lain kali aja gue ajak lu pergi, sesempat nya.!" Ucap Regan yang seolah legowo dengan jawaban Ayana, tidak ada raut wajah kecewa sedikit pun pada Regan yang membuat Ayana merasa agak heran.

"ya udah gue duluan ya."Regan melenggang pergi menuju parkiran mobil nya, sementara Ayana masih mematung di tempat yang sama sambil memperhatikan langkah Regan yang semakin menjauh dari nya..

"Dia beneran sesantai itu setelah aku tolak permintaan nya.?" kata Ayana bergumam sambil tersenyum tipis.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!