"Ini rumahku, hakku jika aku tidur di mana saja, kau hanyalah tamu." Perkataan pedas itu membuat Hiragi sakit hati, yah walaupun itu ada benarnya juga.
Hiragi mengambil jubah besar itu dan langsung memakainya, lalu menarik tangan besar Harui menuju luar kamar.
"Aku akan membayar semuanya! Tempat tidur! Serta makanan yang aku makan! Bukan hanya itu tapi jubah ini!"
Mendengar hal itu membuat Harui terdiam sejenak.
"dia tak mengatakan pakaian? Jadi Yuri benar-benar mengatakannya, bagus."
"Baiklah, aku akan menagih semua hutangmu." Ucap Harui dengan wajah sombong, walaupun memang tampan.
BRAK!
Hiragi membanting pintu besar itu dan langsung beranjak ke atas kasur dan mencoba tidur. Tapi apa daya, perkataannya tadi terhadap Harui terdengar mengerikan.
"Aku dapat uang dari mana untuk membayar ini semua." Hiragi mengeluh atas keadaan, itu membuatnya terjaga selama semalam.
...☄☄☄☄...
Jam menunjukkan empat pagi.
Hiragi terbangun, itu memang sengaja dia memasang alarm pada ponselnya. Sewaktu-waktu dia datang ke Negara asing ini ponselnya masih tersimpan di saku, itu membuatnya tenang, hanya saja jika ingin mengisi batrainya itu sangat sulit.
Saat Hiragi sudah memberihkan tubuhnya, Yuri mengetuk pelan pintu kamar Hiragi.
Hiragi sempat berpikir bahwa itu adalah ulah Harui si Manusia Jadi-Jadian. Ternyata hanya Yuri, pelayan rumah ini.
"Yuri ada apa?"
"Ini baju untukmu." Yuri menyodorkan pakaian gadis, namun itu lebih tertutup dari yang sebelumnya, yah walaupun rok itu masih bisa dibilang pendek, serta baju yang berlengan panjang lumayan tebal, dan sepatu hak yang tak terlalu tinggi.
"Yuri dari mana kau mendapatkan baju-baju ini, apakah ini baju anakmu?"Tanya Hiragi sambil memakai pakaian itu.
"I-Ini pa-pakaian milik keponakanku, dulu dia pernah datang ke sini, lalu saat menikah dia pindah, jadi baju-baju ini dulu adalah miliknya." Penjelasan untuk Hiragi berhasil.
"Jadi begitu, aku hanya tak menyangka kalau
baju ini adalah bekas, karena masih terlihat baru." Ucap Hiragi sambil merapikan rambutnya.
Yuri hanya terdiam tak tahu harus menjawab apalagi.
"Tapi kau bangun dipagi hari seperti ini mau kemana?"Tanya Yuri pada Hiragi.
"Aku mau mencari dana untuk membayar sewa rumah ini, tak mungkin Manusia Jadi-Jadian itu membiarkan aku di sini dengan keikhlasan."
Yuri meneguk liur dengan susah payah atas
perkataan 'Manusia Jadi-Jadian' dari mulut Hiragi.
"Kalau begitu aku akan pergi, kau tak perlu menyiapkan makanan, kalau Manusia Jadi-Jadian itu menanyai ku, bilang saja aku pergi dengan seorang pria tampan."
Yuri hanya mengangguk pasrah perkataan Hiragi. Dan meninggalkan Mansion sementara sembari mencari pekerjaan.
《Di sisi lain.》
"Tu-Tuan, Hiragi sudah pergi." Ucap Yuri pada
seorang pria yang dari tadi menguping.
"Hehh... Dasar gadis bodoh." Ucap Harui meremehkan.
...☄☄☄☄...
"Kalau dipikir-pikir saat tadi malam Harui tak memakai pakaiannya aku melihat sebuah simbol atau lambang tepat di perutnya, seperti simbol sihir atau semacamnya? Dan kalau dilihat rata-rata di Negara ini selalu membawa peralatan perang seperti pedang ataupun busur, seperti pemburu." Semua hal itu membuat pikiran Hiragi tidak tenang.
Saat melihat sekeliling, Hiragi tidak sengaja menabrak seorang Bibi tua yang membawa bahan makanan yang banyak, hal itu membuat semua barang yang dibawanya berjatuhan. Hiragi panik dan segera membantunya membereskan.
"Bibi maafkan aku, aku akan membantumu."
"Hahaha, tak apa, aku baik-baik saja." Balas Bibi itu pada Hiragi. Namun Hiragi tetap menolong Bibi itu. Hal itu menjadi sorotan bagi orang yang berlalu lalang.
"Gadis itu baik sekali."
"Tidak tahu diri! Bibi tua pun ditabrak."
"Cantik sekali gadis itu, siapa ya dia?"
Banyak hujatan serta pujian yang menjatuhi Hiragi, ada perasaan bersalah yang menumpuk dibandingkan rasa senang karena dipuji.
Setelah beres Hiragi membantu membawakan semua barang berat itu. Karena sudah terbiasa dengan kehidupan sebelumnya dengan selalu mengangkat benda benda yang berat jadi hal ini sudah biasa.
"Maafkan aku gadis, aku membuatmu membawakan semua ini." Ucap lemah lembut wanita tua itu.
"Bibi bicara apa? Ini semua adalah salahku, yang tidak melihat jalan." Balas ramah untuk Bibi tua itu.
Mereka berbincang-bincang sepanjang perjalanan. Saat sesampainya Hiragi lekas pergi dari rumah Bibi itu, dengan mendapatkan imbalan, sekeranjang roti selai yang enak.
"Syukurlah aku belum sarapan."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 93 Episodes
Comments
Adel
Jangan lupa mampir di karyaku yang berjudul RINDUKU DI UJUNG SURGA...😄😄😄
2020-12-02
1
DeputiG_Rahma
like like sebagai jejakku🙈🙈😉
btw salam kenal ya.. hehe
2020-11-29
1
BELVA
sdh like kembali thoor
2020-11-16
0