Langit jingga menemani perjalanan pulang meraka. Mobil terus melaju, membelah aspal yang yang hitam pekat, terbentang menghantarnya hingga ke depan rumah. Kanaya terlihat melamun sambil mendekap paper bag butik di pangkuannya.
"Habis belanja, Dek?" tanya Al-Faruq pada adik semata wayangnya.
"Hem?" gumam Kanaya menoleh kearah Faruq.
"Itu, ada kantong butik, habis belanja?" tanya Faruq lagi.
"Oh, ini?. Iya,tadi ganti bajunya Pak Arka, tadi aku gak sengaja guyur Pak Arka pakek teh es," ujar Kanaya. Al-Faruq mendelik menatap sang adik tak percaya.
"Astagfirullah, kok bisa. Dek?" ujar Faruq tak habis pikir dengan sikap ceroboh adiknya itu.
"Bukan salah, Nay, Mas" ucap Kanaya membela diri.
"Kok bisa bukan salahmu? terus, kamu yang ganti bajunya?" tanya Faruq jadi heran.
"Tadi tu, ada kakak tingkat yang kepleset di belakang Nay, terus dia nabrak punggungku, ya otomatis lah Mas, aku kejungkal, dan itu tepat di atas kepala Pak Arka, yang sedang makan, Mas. Terus kalau gitu yang salah siapa, dong ?" tanya Kanaya pada sang Kakak. Faruq tersenyum, menatap adiknya.
"Tindakanmu tepat, jika kita salah setidaknya kita bertanggung jawab untuk kesalahan kita sendiri, tanpa harus menuding orang lain," ujar Al-Faruq, sembari mengacak rambut sang adik.
Arka menghentikan mobilnya tepat di parkiran, setelah Mang Diman membuka pintu garasi rumahnya. Saat Kanaya turun dari mobil, tiba-tiba ponselnya berdering, Kanaya pun deng gegas mengangkat sambungan telepon dari Sasa, sahabat yang dia rindukan.
"Halo Nay, lagi sibuk gak?" tanyanya dari sambungan telepon.
"Enggak Sa.Ada apa? gimana kabarmu, Sa? Lama gak kasih kabar," tanya Kanaya sambil terus melangkah masuk ke kamarnya.
"Iya, maaf. Kan kamu tahu, jarak dan waktu yang memisahkan kita," ujar Sasa penuh sesal.
"Iya Sih, mau gimana lagi" sahut Kanaya. Sambil meletakkan tasnya ke atas meja belajar. Lalu gadis itu rebahan di atas sofa kamarnya.
"Oya Nay, kalau gak sibuk, besok aku jemput kamu, ya?. Kita karokean, aku suntuk tau, soalnya papa,mama lagi gak ada di rumah," ajak Sasa gadis itu juga baru pulang libur semester, karna di tempatnya kuliah sudah ujian terlebih dulu.
"Oke lah," jemput aku besok jam sembilan ya. Soalnya aku mau molor sepuasnya," ucap Kanaya sambil terkekeh.
"Oke, sip" sahut Sasa lalu mengakhiri panggilannya.
Kanaya pun lalu ke dapur, melihat Mas Faruq-nya yang tengah masak.
"Masak apa Mas?" tanya Kanaya menatap heran karna ternyata Faruq bukannya masak, melainkan sedang sibuk dengan laptopnya di ruang tengah. Mengecek email penting dari, perusahaan yang bekerja sama dengan perusahaan milik keluarga Kanaya.
"Dek, kita makan di luar saja ya? Mas, lagi males masak. Mbok Nah, kok gak pulang pulang ya, nunggu besok aja rasanya lama banget" ujar Faruq pada sang adik.
"Ya gimana lagi Mas, namanya juga anaknya lagi sakit.Iya udah, kita makan di luar aja" sahut Kanaya dengan senang hati.
"Hem. Cepat, mandi sana" titah Faruq pada Kanaya.
Setelah Kanaya selesai mandi, gadis itu pun keluar, dengan mengenakan celana pendek dan baju kaus pas bada. Faruq menyipit menatap sang adek.
"Ganti bajumu, kamu mau pamer paha?" ucap Faruq terang-terangan.
"Ih, ini enak lomas dipakek, nyaman," rengek Kanaya.
Enggak...enggak, kamu itu. Kalau kiranya belum siap untuk berhijab. Setidaknya kamu belajar menjaga auratmu Dek, kasihan Papa sama Mama, lihat putrinya mengumbar aurat, seperti itu," Pokoknya, ucapan Faruq itu lembut namun pedas. Kanaya mendengus, lalu mengganti bajunya denga setelan rok dan kemeja modis.
"Nah ginikan enak dilihat, lebih cantik dan sopan," ujar Faruq sambil mencubit pipi tirus Kanaya yang putih mulus. Kanaya mendengus, lalu memeluk lengan Mas Faruq-nya dengan manja.
Sesampainya di sebuah cafe terkenal yang baru buka sekitar empat bulan berjalan, Kanaya dan Al-Faruq memilih tempat yang paling nyaman. Merekapun memilih menu yang ada di cafe tersebut, setelah pesanannya datang, mereka pun lantas menyantap hidangan yang tersaji, saat asyik menikmati soto babad, tiba tiba rambut Kanaya tergerai. Faruq pun dengan sigap mengikatkan rambut hitam Kanaya.
Sontak pria yang tengah duduk di ruangan khusus itu menyipitkan matanya.
"Hoh, romantis sekali dia?" ujar Arka tersenyum sinis, saat melihat mahasiswi paling menyebalkan di kampusnya itu, tengah makan romantis dengan pasangannya. Pikir Arka, yang tengang mengecek uang masuk di cafenya itu.
Selesai makan mereka pun langsung meninggalkan cafe, seperti biasa, Faruq merangkul bahu sang adik saat berjalan menuju mobil, pria itu sengaja dengan begitu tak ada pria yang berani melirik adiknya. Faruq lalu membukakan pintu mobil untuk Kanaya, bahkan, Tangan Faruq melindungi kepala Kanaya agar tak terbentur pinggiran pintu. Arka semakin penasaran, dengan mahasiswi semester empat itu, bagai mana bisa CEO terkenal seperti Al-Faruq bisa jatuh cinta pada gadis, aneh seperti Kanaya.Lagi-lagi, Arka tersenyum mengejek, pada mahasiswinya itu.
Keesokan harinya, Sasa menepati janji. Gadis berbulu mata lentik itu menjemput Kanaya, Sasa pun tak lupa meminta izin pada Faruq, yang tengah duduk santai di ruang keluarga. Faruq melirik ke arah Sasa sekilas. Mengamati gerak gerik gadis berbulu mata lentik itu.
"Mas, izin bawa Naya, ya?" pamit Sasa pada Faruq yang tengah sibuk dengan ponselnya.
"Hem, jangan kemana-mana, kalu mau keluar jangan lupa izin dulu," ucap Faruq mengingatkan Sasa.
"Oh, iya Mas. Kami hanya karokean di rumah aja kok Mas," ucap Sasa dengan suara tetap teratur.
"Ya, pergilah. Antar Kanaya jangan lewat ashar" pesan Faruq pada Sasa.
"Siap Mas," ujar Sasa, Kanaya tersenyum melihat sahabatnya, memucat saat minta izin pada Mas Faruq-nya itu.
"Mas, Nay pergi dulu, ya" pamit Kanaya sambil mencium tanga pengganti orang tuanya itu.
"Iya, jangan kelayapan kemana-mana" pesan Faruq dengan tegas.
"Siap Nos," ujar Kanaya sambil menutup pintu.
"Kok, Mas Faruq sekaran, makin overprotektif ya Nay?" tanya Sasa terheran hetan.
"Iya Sa, dia takut adik satu-satunya kenapa-napa. Aku ngerti sih kehawatiran Mas Faruq, ke aku itu kayak gimana," ujar Kanaya sambil memainkan ponselnya.
"Iya, sebenarnya, kita itu beruntung lo, Nay. Punya kakak seperhatian itu, Masku juga gitu Nay," ujar Sasa pada Kanaya. Merekapun lantas bercerita tentang studinya.
"Gimana kuliah mu Nay, lancarkan?" tanya Sasa pada sahabat baiknya itu.
"Alhamdulillah lancar Sa. Tapi..." ucap Kanaya menggantung.
"Tapi Apa Nay?" Sasa menyipit menatap sang sahabat.
"Eem, anu Sa. Sebenarnya, di kampusku, ada dosen baru, dia lulusan Harvard, itu dosen killernya mintak ampun, tiap kali ketemu aku, dia selalu masang wajah datar dan selalu menyebalkan, rasanya aku pengen tenggelam aja ke dasar bumi" ujar Kanaya.
"Masak sih? Jaman sekarang, emang masih ada ya, dosen killer kayak gitu" ujar Sasa tak percaya.
"Iya lo, Sa. Itulah aku juga heran. Tapi ya Sa, anehnya, aku sama dia itu ya udah kayang Tom and Gary aja sama itu Dosen. Pokoknya kalo bisa aku jangan sampai ketemu dia di luar kampus, soalnya kalau udah ketemu dia, moodku bisa berantakan," oceh Kanaya pada Sasa. Sasa pun terkekeh mendengar curhatan sahabatnya.
"Emang dulu awalnya gimana Nay,kok bisa Dosen mu itu, sekesal itu sama kamu?" Naya menoleh menatap Sasa. Gadis itu pun meringis.
"Heee, awalnya sih aku yang salah, dulu tiga bulan lalu,pas pertama dia baru masuk, kampus kami ada kegiatan tadabbur alam, aku yang tergabung di MAPALA, ikut kegiatan itu. Terus saat itu, dalam perjalanan, kata temanku yang jadi saksi, ada ulat bulu, yang nemplok di celana gunungku pas di bokongku, pula. Jadi beliau itu sebenarnya niat buang ulat bulu itu, tapi aku pikir dia sengaja megang bokongku, aku yang kaget pun, spontan nabok itu Dosen, terus gak cuma itu, aku pun maki dia dengan ngatai dia'cowok mesum'. Lagi pula, saat itu aku juga gak tau Sa, kalau dia itu ternyata dosen baruku, orang mukanya ditutup pakek slayer gitu. Ya sejak kejadian itu lah, kami gak pernah akur." ujar Kanaya. Sasa pun terpingkal mendengar kekonyolan sahabatnya.
"Kamu yang salah lo, main gampar aja, dosen lagi yang kamu tabok, dikatain mesum lagi, ya iya lah dia marah," kekeh Sasa sampai terpingkal-pingkal.
"Iya sih, Sa. Aku tau, tindakanku itu salah," ujar Kanaya.
"Hem, udah minta maaf?" tanya Sasa lagi.Kanaya menggeleng.
"Untuk kejadian itu, aku belum sempat minta maaf, Sa. Beliau keburu ngambek sama aku waktu itu, pas abis aku tabok itu, dia langsung pergi dan menghindar kalau lihat aku, aku panggil pun dia pura-pura gak dengar," ujar Kanaya, merasa menyesal.
"Berusahalah minta maaf, Nay. Biar dia gak terus kesal ke kamu," Kanaya pun mengangguk.
"Hem, aku memang berniat begitu Sa. O iya, Kamu mau lihat orangnya? aku punya lo, fotonya," Kanaya pun lantas menunjukkan foto sang dosen, Arkana Wibowo. Sontak Sasa, memenyipitkan matanya, menatap foto di dalam layar ponsel sahabatnya itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 42 Episodes
Comments
Dedi Pedi
ya ya...jangan jangan itu foto Kakaknya
2024-07-03
1