Kanaya merasa tak tahan dengan benjolan di keningnya yang semakin mengganggu. Dengan langkah gontai, ia menuju ke ruang kesehatan kampus, untuk mencari pertolongan. Begitu tiba di sana, petugas kesehatan langsung mengecek kondisi Kanaya. Gadis itu tampak pucat dan berkeringat dingin, ia mengeluhkan sakit kepala yang membuatnya pusing.
"Istirahat aja dulu, Nay. Nanti Ibu bilang ke Pak Arka, kalau kamu harus istirahat," ujar petugas kesehatan dengan nada lembut, mencoba menenangkan Kanaya.
"Iya Bu, terima kasih," ucap Kanaya dengan sopan, sambil memegangi sapu tangan kecil yang diberikan petugas kesehatan, yang Ia menggunakan untuk mengompres benjolan di kepalanya yang kini terasa semakin nyeri.
Kanaya duduk di bangku yang tersedia di ruang kesehatan, berusaha meredakan rasa sakit yang kian menjalar. Matanya terpejam rapat, menahan rasa pusing yang menggelayut di kepalanya.Sementara itu, petugas kesehatan mengambil obat penahan sakit dan segelas air untuk Kanaya."Minumlah obat ini, semoga membantu meredakan sakit kepalamu, Nay," kata petugas kesehatan tersebut, menyerahkan obat dan air pada Kanaya.Kanaya tersenyum lemah, mengucapkan terima kasih sekali lagi sebelum menelan obat tersebut. Setelah beberapa saat, ia merasa sedikit lebih baik dan berharap benjol di keningnya segera membaik.
Setelah mendapat telepon dari petugas kesehatan,Arka pun bergegas meninggalkan ruang kelas, setelah jam tatap mukanya selesai. Arka dengan wajah datarnya, menatap Kanaya yang tengah tertidur pulas di atas ranjang yang di sediakan di ruang kesehatan. Gadis itu tak menyadari kehadiran Arka.
"Bagaimana Bu,dengan benjolannya itu?Apa tidah berbahaya,apa perlu cek lanjutan?"tanya Arka dengan suara sepelan mungkin. Agar tak mengganggu tidur Kanaya. Petugas itu pun tersenyum.
"Jangan hawatir, Pak Arka,sejauh ini, Mbak Naya tak ada alami mual. Itu tadi sudah saya kasih obat anti nyeri" ujarnya
Arka menghela napas lega, setelah mendengar penjelasan petugas kesehatan tersebut. Ia melangkah mendekati Kanaya yang terlelap, dengan wajah pucat. Dahi Kanaya terasa panas saat Arka menyentuhnya lembut, namun petugas kesehatan menegaskan bahwa itu bukanlah tanda demam melainkan efek dari benturan yang dialami Kanaya sebelumnya.Petugas kesehatan itu mengajak Arka ke luar ruangan untuk memberikan beberapa petunjuk dan rekomendasi perawatan yang harus dilakukan oleh Arka. Selesai berbicara, Arka kembali melihat kondisi mahasiswinya itu. memastikan mahasiswinya benar-benar baik-baik saja. Arka pun lalu kembali ke ruangannnya untuk beristirahat.
Setelah jam kuliah berakhir, Kanaya meminta izin untuk pulang, pada petugas kesehatan ka.pus. Gadis itu duduk di salah satu koridor kampus sendirian, menunggu Faruq menjemputnya. Sore itu langit mendung, membuat suasana semakin hening di sekitar koridor.Tak lama kemudian, Arka melintas di koridor tempat Kanaya menunggu Faruq. Ia terkejut melihat gadis itu masih berada di sana. "Kamu belum pulang?" tanya Arka dengan nada penasaran, berdiri tepat di depan Kanaya.Kanaya yang tengah asyik bermain ponsel, sontak mengangkat wajahnya dan berdiri.
"Oh, iya Pak. Nunggu jemputan," jawab Kanaya sambil tersenyum kecil.Arka menyipitkan matanya, menatap rambut Kanaya yang berantakan seperti baru tersambar petir. "Di rumahmu gak ada sisir rambut?" goda Arka dengan nada bercanda. Namun tetap menampilkan wajah yang terkesan dingin di mata Kanaya. Kanaya merasa malu mendengar komentar tersebut, ia buru-buru merapikan rambutnya. "Hehe, maaf, Pak. Tadi keburu-buru keluar, jadi belum sempat merapikan diri," jelaskan Kanaya sambil tersenyum.Arka tertawa ringan dan mengangguk, kemudian melanjutkan langkahnya. Kanaya tak menyangka akan melihat sisi ini dari sang dosen, "Apakah ini benar-benar Pak Arka yang selalu serius itu? Tertawa hanya karena rambut berantakan seperti ini." Perasaan terkejut bercampur malu memenuhi pikiran Kanaya. "Baiklah, kalau begitu saya duluan. Jangan lupa merapikan rambut sebelum keluar rumah," pesan Arka sebelum berlalu meninggalkan Kanaya yang masih tersenyum malu. "Aduh, rasanya malu sekali. Tapi, di sisi lain ada rasa bahagia karena berhasil membuat Pak Arka tertawa. Apakah ini yang dinamakan 'manisnya pahit'?" pikir Kanaya dengan perasaan berkecamuk. Tak lama setelah itu, Mas Faruq tiba untuk menjemput Kanaya. Mereka pulang bersama, sementara Kanaya masih teringat akan teguran Arka yang membuatnya tersipu malu di koridor kampus tadi. "Ah, kenangan ini akan menjadi momen berharga di hati Kanaya. Berinteraksi dengan Pak Arka secara pribadi seperti ini tidak akan pernah terlupakan," gumamnya dalam hati, tersenyum sendiri di sebelah Faruk. Sontak hal itu membuat Faruq merasa ada yang tak beres.
"Sepertinya ada yang lagi seneng, nih?" ceplos Al-Faruq sambil serius menyetir mobilnya. Lalu Pria berhidung mancung itu, menyipit menatap kening adiknya yang benjol. "Keningmu kenapa Dek?" tanya Al-Faruq menatap cemas.
Kanaya tertegun, ia bimbang menatap Faruq. Haruskah Kanaya memberi tahu dan bercerita tentang kejadian yang memalukan tadi. "Ah tidak, jika aku cerita. Pasti Mas Faruq akan menceramahiku lagi, karna kecerobohanku ini," gumam Kanaya dalam hati.
"Hey, ditanya malah bengong?" ujar Al-Faruq menjitak lembut kepala Kanaya.
Kanaya merasakan sakit di keningnya yang benjol akibat tertabrak pintu. "Oh ini tadi, Nay, kebentur pintu," sahutnya sambil meraba keningnya. Wajahnya tampak memerah karena rasa malu dan sakit yang ia rasakan."Kok bisa, kening dicium pintu. Emang kamu gak lihat pintu sebesar itu? Kok bisa-bisanya ditabrak," oceh Al-Faruq, merasa heran, lalu tertawa kecil, "kamu itu, cerobohnya gak hilang hilang," ujar Al-Faruq tak merasa heran akan tingkah adiknya itu. "Ya mana aku tahu Mas, tadi tuh, pintunya terbuka. Tapi pas aku masuk tiba-tiba pintunya tertutup kencang," ujar Kanaya manyun. Faruq menatap kakaknya dengan tatapan kasihan. Kanaya manyun, sembari menyimpan rasa malu dalam hati. Tuhkan, untung saja Kanaya tidak menceritakan kejadian yang lebih dramatis dari yang ia ceritakan. Jika tidak ingin makin diomelin masnya itu."Apa ada yang nutup dari dalam?" tanya Al-Faruq sambil mengernyitkan dahi, mencoba menenangkan adiknya yang tampak murung dan kesal. Kanaya menggeleng pelan, tak ingin menjelaskan lebih jauh tentang kejadian yang membuatnya merasa malu itu. Namun, di balik rasa kesal itu, Kanaya tahu bahwa Al-Faruq hanya ingin mencairkan suasana dan membuatnya merasa lebih baik. Meskipun begitu, Kanaya tetap merasa minder dan malu karena kejadian memalukan yang baru saja ia alami.
Begitu sampai di rumah, Kanaya langsung menuju kamarnya untuk beristirahat. Tubuhnya terasa ngilu. Setelah insiden memalukan di kampus. Sementara itu, Al-Faruq mengganti jas dan sepatunya, lalu pergi ke dapur untuk mempersiapkan makan malam untuk mereka berdua. Sejak kecil, mereka hanya tinggal berdua setelah kedua orang tua mereka meninggal dalam kecelakaan pesawat yang tragis. Al-Faruq merasa memiliki tanggung jawab besar untuk menjaga dan merawat adiknya.Dapur Al-Faruq terlihat rapi dan bersih. Dia mahir dalam memasak, dan hari ini dia memutuskan untuk membuat menu kesukaan Kanaya, ayam goreng kremes dengan sambal terasi. Sementara itu, Kanaya berbaring di tempat tidurnya sambil memeluk bantal kesayangannya. Dia merasa sangat beruntung memiliki kakak sepert Al-Faruq yang selalu ada untuknya. Al-Faruq memang terkadang overprotektif terhadap adiknya, tetapi Kanaya tahu bahwa itu semua karena cinta dan kekhawatiran.Tak lama kemudian, Al-Faruq mengetuk pintu kamar Kanaya. "Nay, ada yang mencarimu!" ucap Al-Faruq memberi tahu. "Siapa Mas?" tanya Kanaya pada sang Kakak. "Mas gak kenal, katanya mau menjenguk kamu," ujar Faruq dari balik pintu kamar adiknya.
"Haa? Menjenguk aku? Siapa, ya? Apakah mereka teman yang ingin berkunjung atau ada suatu kepentingan lain?" batin Kanaya penasaran. Karna sejauh ini Kanaya bukanlah orang yang memiliki banyak teman. Dia gadis Introvert yang lebih nyaman dengan kesendiriannya.
Kanaya dari kecil dikenal memiliki introvert sosial, hal itu bukan karena Kanaya tidak bisa bersosialisasi dengan baik, tetapi karena mereka lebih menyukai circle pertemanan yang kecil. Karna Introvert tipe yang Kanaya alami, hanya memiliki beberapa teman dekat yang sudah bersamanya selama bertahun-tahun. Sebenarnya Kanaya sangat dekat dengan teman-temannya, bahkan sudah menganggap teman dekatnya itu sebagai saudara sendiri.
Terkadang banyak orang sering menganggap bahwa introvert adalah sosok pemalu, tertutup, bahkan sering dicap sebagai sosok yang ansos alias anti sosial. Introvert memang memiliki kepribadian yang berbanding terbalik dengan ekstrovert. Namun perbedaan itu tidak lantas membuat Kanaya jadi orang yang ansos atau anti sosial. Dia masih tetap bergaul namun sebenarnya Kanaya lebih nyaman jika sendirian atau hanya bersama sahabat yang lama ia kenal. Gadis itu selalu menutup diri dari keramaian. Bagi Kanaya teman terbaiknya itu hanya lah Mas Faruknya dan Sasa teman semasa SMA, namun Kini mereka beda jurusan, dan harus terpisah.
Dari itu Kanaya merasa heran ketika, ada yang datang menjenguknya. Kanaya keluar Kamar, dengan menyepil asal rambut hitamnya. Matanya membulat saat gadis itu menatap pria yang tengah duduk di ruang tamu.
"Hey, maaf mengganggu, bagaimana keadaanmu? tadi aku dengar kabar, jika kamu dirawat, di ruang kesehatan di kampus," ujar pria berkulit putih itu. Kanaya tersenyum menatap peia itu dengan perasaan canggung.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 42 Episodes
Comments
Dedi Pedi
Wih Garang Kali Mas Faruq😂
2024-07-03
1