Hari demi hari,bulan demi bulan,dan tahun demi tahun berlalu.Cakra amat disayangi oleh Dilah dan orang tuanya.Begitu juga dengan Arif,dari sekolah terbaik hingga semua kebutuhan Cakra terpenuhi.Namun semua berubah sejak malam ini.
"huek,huek"Dilah muntah membuat Arif khawatir
"sayang,kita ke dokter aja yaaah"bujuk Arif karena Dilah sudah beberapa kali muntah
"nggak mass"ucap Dilah
Dilah melamun sebentar.
"kenapa yang?"tanya Arif
"emmm aku belum mens"canggung Dilah
"apa?,maksud kamu...."Arif
"nggak tahu masss"Dilah memotong ucapan Arif yang belum selesai itu
"kita coba taspack dulu yah"Arif
"aku takut mas"panik Dilah
"takut kenapa?"Arif
"ku takut ngecewain kamu,aku takut berharap lagi mas"Mata Dilah berkaca-kaca mengingat perjuangannya dulu.
Dengan lembut Arif membelai wajah istrinya itu dengan penuh cinta.
"kita sudah punya Cakra,mau diberikan keturunan langsung atau tidak itu sudah lebih dari cukup"Arif
Dilah membuka lemari,terlihat banyaknya taspack yang sudah kadaluwarsa.Dilah mencari mana yang masih bisa dipakai.
Arif menunggu dengan tenang di luar kamar mandi.Kali ini dia tidak berharap atau berdebar-debar lagi seperti dulu karena kehadiran Cakra benar-benar mengubah segalanya.
Cklek
Dilah keluar dari kamar mandi dengan menahan air mata,bibirnya gemetar seakan ingin berteriak.
"kenapa sayang?"khawatir Arif melihat wajah Dilah pucat pasih
Dilah menyodorkan taspack pada Arif.
"alkhamdullilah"ucap syukur Arif melihat garis dua pada taspack tersebut
Mereka berdua langsung berpelukan terharu.
"besok kita ke rumah sakit ya mas?,kita mastiin sekali lagi"lirih Dilah
Cup
Arif mencium kening istrinya dengan sangat bersyukur.
Tok tok
"Ayaaaaaah bundaaaaa,Cakra boleh masuk nggak?"teriak Cakra
"masuk naaak"saut Dilah
Cakra masuk sembari membawa buku pelajaran sekolah,enam tahun berlalu dan kini usia Cakra telah menginjak 16 tahun yang berarti tengah menduduki kelas 11 di suatu SMA ternama.
Cakra langsung duduk di depan Arif dan Dilah.
"Yah,bantu Cakra kerjain Pr yah?"cengir Cakra
"kamu itu udah gede, dimana-mana itu nyontek ini malah minta tolong sama orang tua"celetuk Arif menggoda
"ayah"Dilah menyipitkan matanya menatap sinis Arif
"mana sahabat kamu yang dua itu,si Meldi sama Rifal"Arif sembari mengambil buku Cakra
"ngga mau lah minta bantuan mereka,terakhir kali minta bantuan bukannya berhasil malah gagal total"keluh Cakra
"kamu minta bantuan apa?"selidik Dilah
"nembak cewe bun,ehhh bukannya romantis malah cewenya ilfil sama gue"ketus Cakra
"ehh itu masa ngomong sama orang tua lo gue"Arif menarik telinga Cakra
"awwww iya iyaaa maaaf"teriak Cakra
"nggak sopan"tegas Arif
"iya maaf"manyun Cakra
"idih udah tahu cewe malah manyun kayak anak kecil kamu"celetuk Dilah
"kan anaknya bunda,ya kan?"Cakra menaruh kepalanya diatas pangkuan Dilah
"iyaaa,anaknya bunda,kebanggaannya bunda, kesayangan bunda"Dilah mengelus rambut Cakra
"ehh jangan terlalu deket sama perut bunda"tegur Arif
"kenapa?"Cakra terperanjat
"perut bunda lagi sakit?,sakit apa?,kok ngga ngga bilang?"Cakra
Arif dan Dilah saling menatap.
"ini rahasia kita bertiga"ucap Dilah
"apaan bun?"Cakra
"tapi jangan bilang siapa-siapa dulu yah"pinta Arif
"okey-okey"setuju Cakra
"ada dedek bayi di perut bunda"ucap Dilah
Seketika membuat Cakra terdiam
"Cakra"panggil Arif
"iya yah,ini beneran bunda hamil?"Cakra tentu sudah paham dengan hal itu
"iya,tapi kita nunggu kepastian dari dokter besok"wajah Dilah begitu bahagia
"semoga bener ada dedek bayinya yah,jadi Cakra punya adek"Cakra tersenyum getir
"aamiin"ucap Arif
"emm pah ngga jadi deh Pr nya,Cakra kerjain sendiri aja.Cakra kan udah besar"Cakra
Cklek
Cakra menutup pintu kamar Arif dan Dilah.Entah kenapa ada rasa gelisah saat mendengar Dilah hamil.
BERSAMBUNG
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 42 Episodes
Comments