Suara musik yang memekakkan telinga terdengar di lantai bawah. Sungguh suasana itu bisa mengembalikan suasana hati yang kacau. Eguwar bergabung bersama para wanita seksi di lantai dansa. Dia selalu di kelilingi para wanita karena uang.
Eguwar selalu mendatangi club' untuk kesenangan semata setelah istrinya meninggal. Tak hanya berjoget menikmati musik, tangannya juga tidak diam. Mencuri kesempatan menyentuh para wanita seksi.
Seorang di lantai atas mengamatinya dari kejauhan. Kelakuan Eguwar membuatnya penasaran.
"Dia Eguwar tuan. Perusahaannya kecil di bidang perhotelan bernama Del'y hotel. Semua hotel miliknya bernama sama" kata Justin.
"hmm" kata itu terucap lagi dari tuannya.
"Anda tidak penasaran tentangnya?"
"Bukankah hotel itu juga bergandeng dengan perusahaan cabang?" kata tuannya.
"Benar" Justin mengangguk tuannya memiliki ingatan lebih dari dirinya bahkan setitik noda saja bisa di ketahui ya, sangat detail.
"Perusahaan Timberlake ternyata anda pantau dengan baik tuan" Justin berpikir dalam hati, sebab hampir enam bulan ini bidang perhotelan itu terabaikan.
Ketenangan di lantai atas sedikit terganggu dengan kedatangan Eguwar bersama empat wanita seksi yg aneh di gandeng mesra. Mereka duduk di sudut ruangan yang masih terjangkau oleh Justin dan tuannya.
"minumlah lagi tuan" wanita itu, memberi satu gelas wine di tangan pria paruh baya itu.
Decapan ciu*man panas di sudut ruangan itu terdengar sangat jelas. Eguwar selalu puas dengan pelayanan para wanita itu.
"Bibir mu sangat manis dan seksi" kata tuan Eguwar mengakhiri ciu*man panasnya pada wanita di sisi kirinya. sambil mengelus paha mulus itu.
"Saya akan selalu memberikan servis terbaik tuan" wanita itu berbicara sensual untuk menaikan gairah pria incarannya.
Tuan Eguwar menggiring para wanitanya melewati lorong sepi, sambil meremas payudara salah satu wanita lagi. Merasakan ke empukan itu, membuatnya tidak sabar untuk sampai di kamar yang sudah di pesannya.
"ahhhkk" desah wanita itu, merasakan remasan.
Di sofa yang sama Justin dan tuannya masih terdiam, tentu saja Justin yang normal berusaha mengalihkan pikirannya sedangkan tuannya berekpresi biasa saja, dan dengan tenang meneguk habis minuman sodanya.
"ayo pulang"
"Baiklah" Justin berdiri dan mengikuti tuannya. Dia bahkan belum mengosongkan isi gelasnya.
"Suka hatinya saja" Gerutu hati Justin
......................
Di ruangan kosong, gadis dengan memar dan lebam di kulitnya melamun. Meratapi nasibnya yang berakhir dengan penyiksaan. Dilihatnya sekujur tubuhnya yang penuh dengan memar yang mulai membiru. Suara pintu terbuka, Kelin bergetar ketakutan.
"Obati lukamu sendiri" kata pria berotot melempar kotak obat dan menutup kasar pintu itu.
Kelin yang sudah menerima siksaan berhari-hari itu menatap nanar pintu yang kembali tertutup itu. Berulangkali dia mencoba melarikan diri namun selalu gagal dan berakhir mendapat pukulan. Dia sekarang sangat putus asa, tapi tidak berniat ingin mati.
Dia mengoleskan obat di sekujur tubuhnya berharap bisa mengurangi rasa sakitnya. Gadis itu tidak henti-hentinya menangis, dia selalu berharap seseorang akan datang menyelamatkan dirinya. Tapi itu sangat mustahil mengingat tempat itu sangat jauh.
"papa, mama Kelin takut" katanya bergumam.
"ini sangat sakit, mengapa ini terjadi padaku?" tangisnya tidak henti. Tubuhnya yang kurus dan berantakan saat ini. Sangat mengkhawatirkan.
Dulu kehidupannya tidak seperti ini, entah apa yang menimpanya hingga saat itu dia di cegah oleh beberapa orang dan membawanya ke tempat seram ini. Mengingat hal itu, membuatnya semakin terisak, tangisnya selalu pecah. Entah apa yang di bayangkan nya.
"Tidak! Aku harus bertahan dan harus bisa bebas dari tempat terkutuk ini" Kelin geram, ketika wajah Eguwar melintas di pikirannya.
Pintu kembali terbuka "makanlah, kami tidak ingin kamu mati. Karena tuan kami masih membutuhkanmu, Hahaha" Ya, sepiring nasi dan secangkir air. Di jam yang sama Kelin mengingat pintu itu terbuka.
"Mereka sangat disiplin menyiksaku" gumamnya, dengan terpaksa memakan nasi putih tanpa lauk itu. Perih, itu yang dirasakannya. Rasa hambar nasi itu di telannya demi bertahan hidup.
Di luar pintu kamar itu berjaga lima pria berwajah sangat. " gadis itu sangat cantik, sayangnya dia hanya boleh di siksa dengan fisik saja" kata Anton.
"Apa yang kamu pikirkan" sandar melayang di kepala Anto, Bima pelakunya.
"Aku hanya penasaran, bos penggila wanita tapi mengabaikan gadis itu" lanjut Anton mengutarakan maksudnya.
"Dia adalah sandera, mungkin karena dia tidak terlalu seksi dan kurus. Membuat gairah bos tidak tertantang " jawab Bima.
Mereka kembali fokus pada tugas mereka, tidak ingin kecolongan lagi.
"Aku ke toilet dulu" pamit Anton pada rekannya. Anton pergi dengan terburu buru, dia sangat kebelet ingin menuntaskan sesuatu yang mengganggunya.
Keempat pria itu kadang serius menjaga sandera dan kadang juga becanda, merasa lucu karena di pekerjakan menjaga seorang gadis lemah. Seakan digaji untuk bermalas-malasan di situ. Tapi membayangkan uang yang terus mengalir bukanya lebih baik bersantai.
"Apa kamu pingsan di kamar mandi?" Kata Bima, melihat jam tangannya. Satu jam Anton baru keluar kamar mandi.
Anton yang di tanya hanya tersenyum dan kembali bertugas. Ke tiga bawahan Bima hanya melirik dan bersikap biasa karena mereka mengerti apa yg sedang di lakukan rekannya itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 26 Episodes
Comments