Sayatan Candu
Cambukan demi cambukan melayang di kulit mulus itu "katakan dimana dia?" suara geram pria berbalut jas mahal dengan sepatu mengkilat nya, duduk di kursi kayu dengan asap rokok mengelilinginya.
Tas, Tasss, Tass.
Suara itu terus terdengar, namun gadis itu tidak dapat menyampaikan keluh sakitnya. Tutup mulut, menggigit bibirnya sampai berdarah.
"Kurung dia!" perintah pria itu kepada bawahannya.
Pria itu menghadap jendela yang kayunya sudah mulai lapuk di ruangan mencekam itu, di tatapnya pepohonan yang menyalurkan warna hijau. Hutan! Ya, itu adalah sebuah tempat penyekapan yang jauh dari keramaian, sengaja di buat di tengah hutan yang tidak satu pun orang mengetahui nya.
Namanya Eguwar, usianya yang sudah 50 tahun tidak mengurungkan niatnya untuk menjadi orang terkejam dengan ambisinya. Matanya memerah, memikirkan sanderanya yang tidak berniat berbicara.
Didalam ruangan remang-remang, gadis itu menarik tubuhnya yang lemas ke sudut ruangan. Memeluk lututnya, mengepalkan tangannya untuk mengurangi rasa perih di kulitnya.
"Sakit" tangisnya.
......................
Di Gedung menjulang tinggi seorang wanita yang berwibawa dengan pakaian seksinya, walau usianya sudah tidak muda.
"Naldo, berhentilah merokok dan fokuslah pada pekerjaanmu" Tukas wanita bernama Serlina pada putranya.
"Baiklah ibu ku sayang" Naldo berdiri dan memberi kecupan di pipi kanan ibunya. "Ibuku ini sangat cerewet" lanjutnya dalam hati, tidak lupa tersenyum ke arah ibunya yang kehabisan kata-kata dengan kelakuan nakal putranya.
Naldo meraih jas nya yang di sandaran kursi ketika asisten nya masuk. Dia pergi tanpa memperdulikan keberadaan ibunya.
"Mau kemana kamu anak nakal!" Teriak ibunya.
"Tentu saja pergi menemui Client" cueknya pergi.
Serlina mendengus kesal, "anak itu sangat susah di kendalikan" Sambil mengetik sesuatu di ponselnya.
......................
Mobil sampai di sebuah restoran bintang lima yang terkenal kelezatan menu. Naldo memasuki ruangan private untuk menemui orang penting.
"kita datang terlalu awal tuan" kata Reza asisten Naldo.
"Hmm, saya tau" tanya menghembuskan nafas berat.
Reza kembali diam penasaran dengan tuannya yang aneh. Suara derap kaki menyadarkan keduanya. Seorang yang mereka tunggu menampakkan batang hidungnya.
"Maaf, saya terlambat" katanya menyadari Client sudah lebih dulu untuk sopan santunnya.
Melihat jam yang melingkar di tangannya "Tidak tuan Justin, kami hanya ingin menyambut anda lebih awal" mempersilakan Client nya duduk dan menyamankan diri.
Pembahasan tentang kerjasama properti yang sedang berjalan dini itu berlangsung, semuanya lancar seperti air mengalir. Wajah senang Naldo terlihat jelas, dia mendapatkan kesepakatan yang luar biasa. Tuan Justin menyetujui akan menginvestasikan dana, pada perusahaannya.
"Terimakasih untuk sambutannya, tuan Naldo. Sampai jumpa lagi" Justin mengulurkan tangannya.
"Seharusnya Kamilah yang berkata demikian tua." Naldo berbicara menyambut tangan Tuan Justin.
"Saya harap di pertemuan berikutnya, bisa bertemu dengan atasan anda tuan Justin" lanjutnya penuh harap.
"Tentu saja tuan" kata Justin masih ramah, tidak ingin mengecewakan harapan itu.
Tuan Justin kembali melakukan mobilnya menuju perusahaan pusat untuk menemui tuannya. Pria itu selalu bepergian seorang diri saat menemui Client. Sepanjang perjalanan dia memikirkan banyak hal, termaksud tujuan tuannya yang menerima penawaran kerjasama dari perusahaan lain, dengan sangat mudah.
Namun segera menepis di kepalanya, dia hanyalah asisten yang menjalankan tugas. "yang penting kerja dan dapat gaji banyak" Dia menghibur diri nya yang lelah.
Stray celtra Prima (SC Prima) tujuan Justin saat ini. Perusahaan nomor satu di masa kini. Perusahaan yang di kembangkan dengan manajemen yang tidak terkalahkan dan selalu berada di puncak kejayaannya.
Tok
Tok
Tok
Ketukan pintu menyita konsentrasi pria bermata tajam itu. Justin masuk dengan langkah lebar, dan juga jengkel dengan tatapan atasannya itu.
"Tuan, apakah anda masih waras?" pertanyaan yang tidak sopan sekali.
"hmm" suara itu terdengar enggan keluar.
"CK, perusahaan Haynara itu sangat tidak masuk kategori" kesalnya lagi.
Tap, tap. Langkah kaki pria berpostur tubuh yang digilai wanita berjalan menuju kaca transparan ruangan luas itu. "Lakukan saja just, Saya hanya ingin menolong perusahaan itu. Lagi pula kita tidak akan rugi." katanya melirik asistennya.
"Sekarang ketidak waras ini berpindah pada saya" Tukasnya.
"Sepertinya saya harus memikirkan kembali gajimu bulan ini" Masih dengan lirikan nya, mengancam? sudah pasti.
"CK" Justin berdecak meninggalkan ruangan atasannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 26 Episodes
Comments