Setelah makan siang selesai, Siena memilih untuk pergi lebih dulu dengan alasan ia ada janji mendadak dengan temannya, ia tidak mau membuat hubungan kakak dan kekasihnya renggang gara-gara dirinya.
"Boleh ya kak, Siena janji tidak akan macam-macam, lagi pula aku hanya jalan-jalan sebentar, bosan di kantor kakak terus." rengek Siena.
Vino awalnya tidak setuju, khawatir dengan kondisi adiknya yang masih terlihat murung.
Namun, Airin mendesaknya, membuat Vino tidak lagi menahan Siena. Vino pun berkata, "Oke, tapi aku akan menjemputmu nanti setelah urusanmu selesai."
Siena mengangguk setuju. "Baik, kak Vino. Terima kasih."
"Hubungi kakak jika ada apa-apa." pesan vino sebelum Siena benar-benar pergi.
"Iya..., kak."
Sebelum.pergi, seperti biasa Siena memberikan pelukan dan mencium pipi Vino membuat Airin merasa risih dengan kedekatan mereka.
Setalah Siena pergi, Airin pun segera melayangkan protesnya,
"Harusnya kamu jaga jarak sama Siena, Vino."
Mendengar penuturan Airin, Vino pun mengerutkan keningnya, "Maksud kamu apa? Siena adik aku." tanya Vino merasa tidak terima.
"Ingat, kalian tidak punya hubungan darah, kalian hanya saudara angkat. Jangan sampai kalian saling jatuh cinta nantinya." tegas Airin.
"Kamu ngaco, Airin."
"Aku mengatakan yang seharusnya aku katakan. Kalian dua orang dewasa yang tidak punya hubungan darah. Bukankah wajar jika aku mengatakan demikian."
"Terserah kami, aku tidak mau pusing dengan omong kosong kamu."
***
Setelah tiga puluh menit, akhirnya taksi yang di tumpangi Siena berhenti juga di depan sebuah bangunan dengan pagar sebatas pinggang dan halaman yang cukup luas, sebuah bor bertuliskan panti asuhan kasih bunda menjadi penanda.
Setelah menyerahkan sejumlah uang, Siena pun turun dan menuju ke panti asuhan yang selalu memberikan ketenangan baginya. Di sana, ia bisa bermain dengan anak-anak, mengurangi kesedihannya meski hanya sebentar. Panti asuhan ini memiliki tempat yang istimewa di hatinya karena di sinilah ia dan kedua orang tuanya menemukan Vino tujuh belas tahun yang lalu.
Hehhhh ....
Sebuah helaan nafas mengiringi langkah Siena. Seiring langkahnya, Siena kembali mengingat bagaimana ia dulu merasa begitu kesepian karena kedua orang tuanya sangat sibuk. Namun, saat itu mereka setuju mengangkat Vino sebagai anak angkatnya dan membawanya pulang, memberikan kebahagiaan baru dalam keluarga mereka. Vino menjadi kakak yang selalu ada untuknya, memberikan perhatian dan kasih sayang yang ia butuhkan.
Sesampainya di panti asuhan, Siena disambut dengan hangat oleh anak-anak dan pengurus panti, Siena sudah terbiasa datang ke sana jadi semua orang sudah pasti mengenali dirinya. Mereka sudah mengenal Siena dengan baik. Ia langsung larut dalam kegembiraan anak-anak, bermain dan bercerita bersama mereka. Senyum dan tawa anak-anak itu sedikit banyak mampu mengobati luka di hatinya.
Di sela-sela kebersamaan itu, Siena duduk di sudut taman panti, rasanya begitu lega setelah melihat senyum tulus anak-anak yang tengah bermain di depannya.
Ia bersyukur bagaimana kehidupan telah berubah sejak kehadiran Vino dalam hidupnya. Meskipun kedua orang tuanya sibuk dan tidak bisa menemaninya setiap saat, tapi ia lebih beruntung dari pada anak-anak di depannya yang tidak tahu di mana orang tuanya, setidaknya ia masih memiliki Vino yang selalu mendukungnya.
Beberapa jam kemudian, Vino mengirim pesan bahwa ia sudah tiba untuk menjemput Siena. Vino tahu kemana Siena pergi saat merasa kesepian. Ia tidak perlu bertanya hanya untuk mengetahui keberadaan Siena.
Siena pamit pada anak-anak dan pengurus panti sebelum pergi,
"Jangan bosan datang ke sini, nak Siena. Anak-anak seneng kalau nak Siena sering ke sini."
"pasti Bu, Siena usahakan."
"Titip salam untuk Vino ya, dia pasti sangat sibuk sekarang."
"Iya Bu, saya pamit."
Saat Siena berjalan keluar, ia bisa melihat mobil Vino menunggunya di depan gerbang, dan vino yang berdiri di depan mobil dengan senyum hangatnya menyambut Siena.
"Bagaimana kakak tahu aku ke sini?" tanya Siena heran.
"Bagaimana kalau aku katakan kalau aku punya ilmu hitam." ucap Vino bercanda.
"Issttt, aku serius kak."
"Kamu datang ke panti, satu bulan ini sepuluh kali, bagaimana aku tidak hafal!?" ucap Vino sambil membuka pintu mobil.
"Oh iya, Bu Chusna titip salam untuk kakak, lagian kakak kenapa nggak masuk sih?," tanya Siena sambil memasuki mobil, jarang sekali Vino mampir ke panti asuhan tempanya tumbuh dulu, bukan karena ia tidak ingin mengenal lagi orang-orang di dalam sana, tapi setiap kali ia masuk, ia kembali teringat dengan masa kecilnya yang suram, ia kembali teringat saat ibunya dengan tega meninggalkannya di sana bersama orang-orang asing. Saat itu usia Vino lima tahun, ibunya sengaja meninggalkannya di panti asuhan.
"Lain kali," jawaban Vino dingin dan seperti biasa Siena tidak pernah berniat untuk memaksa Vino.
Mobil pun mulai melaju meninggalkan panti asuhan, meninggalkan kenangan yang berbeda pada kedua orang yang duduk di dalam mobil itu.
Setelah mereka sampai di rumah, Siena menghentikan langkah Vino di depan pintu kamarnya. Wajahnya menunjukkan rasa penyesalan.
"Kak," panggil Siena dengan suara pelan.
Vino pun mengurungkan niatnya menarik handle pintu kamarnya dan menoleh pada Siena, "Ada apa?" tanya Vino sembari berjalan mendekat ke arah Siena, kamar mereka bersebelahan.
"Aku merasa tidak enak sama kak Airin. Aku minta maaf kalau kehadiranku membuat hubungan kalian jadi renggang."
Vino tersenyum lembut, menatap Siena dengan penuh kasih sayang. "Siena, sebesar apapun kamu sekarang, di mataku kamu tetaplah adik kecilku yang manja. Jangan pikirkan semua itu. Airin hanya perlu waktu untuk mengerti."
"Tapi aku—" Siena mencoba berbicara lagi, namun Vino menghentikannya dengan meletakkan tangannya di bahu Siena.
"Aku yang akan mengurus semuanya," kata Vino dengan tegas namun lembut. "Kamu fokus saja untuk tidur lebih cepat dan istirahat. Besok pagi kakak tidak mau ada kata bolos lagi, mengerti."
Siena mengangguk pelan, merasa sedikit lebih tenang dengan kata-kata Vino. "Terima kasih, Mas Vino. Aku sayang kakak."
Vino tersenyum lagi, mengusap kepala Siena dengan lembut. "Kakak juga sayang kamu, Siena. Selamat tidur."
Siena pun masuk ke kamarnya dan menutup pintu, merasa sedikit lega setelah berbicara dengan Vino. Sementara itu, Vino berdiri sejenak di depan pintu, memastikan bahwa Siena benar-benar baik-baik saja sebelum akhirnya berjalan menuju kamarnya sendiri.
Vino menatap foto keluarga di atas meja, dirinya, Siena dan kedua orang tuanya.
"Bagaimana aku bisa mengabaikan Siena. Dia yang sudah memberiku identitas." gumamnya lirih bersamaan dengan helaan nafas berat dari bibirnya.
Siena yang membawanya ke keluarga ini, memberi gelar dan kehormatan.
Bersambung
Happy reading
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 71 Episodes
Comments
🌷💚SITI.R💚🌷
ga salah klu kakak angkat dan ade angkat ada hubungan lbh bahkan mereka menikah jg boleh
2024-06-28
0
𝕸𝖆𝖗𝖞𝖆𝖒🌹🌹💐💐
semoga Vino nanti bisa menerima siena..
2024-06-24
0