Beberapa karyawan sudah mulai pergi satu persatu dari lantai ini, aku melihat jam di dinding ternyata sudah pukul 04.00 sore aku biasa pulang kerja pukul 03.00 ternyata sudah lebih dari satu jam, aku buru buru membereskan pekerjaan ku karena takut sendiri di lantai ini, dan benar saja saat aku keluar dari ruang pantry keadaan telah hening tak ada siapa pun disini.
Aku mencoba memencet tombol lift karyawan tapi tak kunjung naik
"kau baru keluar" tanya tuan damian cukup mengagetkan ku
"aku baru selesai tuan" jawabku
Tuan damian memeriksa jam di pergelangan tangannya dan berkata
"apa petugas kebersihan pulang pukul 16.00 lebih 15?" tanya nya lagi
"ada beberapa tugas yang belum saya selesaikan tuan" jawabku kembali
"tinggalkan saja, besok kamu bisa mengerjakan nya lagi, kamu terlalu rajin"
"ba baik tuan" ucapku
entah kenapa rasanya aku tak bisa bernafas bila dekat dengan tuan damian aku gugup sekali kemudian menekan tombol lift kembali
"berhenti lah menekan nya kamu bisa merusaknya " ujar tuan damian dengan spontan aku menjauhkan jariku dari tombol lift
"ma maaf tuan" ucapku, aku semakin gugup ia selalu saja protes dengan apa yang aku lakukan
"sepertinya lift ramai di gunakan oleh lantai bawah tuan, jadi lift karyawan tidak bisa naik kemari" ujar rio
"hmmmm"
Rio pun menekan lift khusus para petinggi di kantor ini
"masuk lah, kau bisa jamuran menunggu disini" ajak tuan damian
karena tak ada pilihan aku pun masuk ke dalam lift, toh disana juga ada pak rio, tapi saat aku masuk pak rio malah pergi
"maap tuan, sepertinya aku kelupaan sesuatu" ucap pak rio tiba tiba
"ambilah, aku bisa menunggu di bawah" ucap damian
"baik tuan"
pak rio pun pergi dari sana meninggalkan aku berdua dengan tuan damian, rasanya aku ingin ikut saja dengan pak rio keluar tapi tak ada alasan yang harus ku ucapkan, dan pintu lift pun tertutup.
Lift terus turun tapi saat lantai 15 tiba tiba lift terguncang aku yang berdiri di belakang tiba tiba terkejut
"kenapa ini tuan?" tanya ku pada tuan damian yang sedari tadi berada di depanku, tuan damian menekan tombol darurat di sana, tapi tiba tiba lift pun terguncang kembali dan kemudian seperti terjun bebas ke bawah
"akkhhh" teriak ku sambil menutup mataku aku seketika menangis takut apa yang terjadi pak damian juga kini berada tepat di sampingku
"tenang lah" ucapnya
Bukkk suara lift yang jatuh ke bawah tuan damian lalu menarik ke pelukannya rasanya aku jatuh membentur tubuhnya
"akkhhh" teriak ku
"awww" ucap tuan damian karena menahan tubuh ku
Aku tak berani membuka mataku dan hanya menangis
"diam lah kau berisik " ujarnya
"saya takut tuan, uuchhhh" ucapku sambil menangis dan membuka mataku seketika aku melihat wajah tampan tuan damian tepat di depan ku jarak antara kami sangat dekat bahkan aku bisa merasakan hembusan nafasnya.
Lagi lagi lampu di lift kemudian mati aku malah mengeratkan pelukan di badan tuan damian karena aku takut gelap dan kemudian aku kembali menangis, lift kembali terguncang dan terjatuh tapi tidak separah tadi
"diamlah, lepaskan sepertinya sudah aman" ucap tuan damian
"aku takut gelap" ucapku sambil memeluk tuan damian
"BANGUN kau berat" teriak tuan damian aku pun melepaskan pelukan tuan damian dan duduk di pojok sambil memeluk kaki ku,
Tuan damian pun bangkit dan mengeluarkan hpnya lalu menyalakan senter karena suasanya lift gelap sekali taun damian berusaha memencet tombol darurat dan menekan hpnya sepertinya ia mencoba menghubungi seseorang.
"SIAL" ujarnya sambil mengoyang goyangkan hpnya seperti mencari sinyal
suasana lift sangat panas aku bahkan merasa tak ada udara, dan sepertinya tuan damian merasakan hal yang sama buktinya ia sampai membuak bajunya
"buka bajumu" ujarnya dan aku seketika memeluka tubuhku sendiri
"kau akan mati kalau tidak membuka nya disini udara panas dan sepertinya udara tipis" ucapnya lagi, tak lama suara dari kontak darurat lift menyala
"tuan tuan, anda di dalam" suara dari pengeras suara dekat tombol darurat dan itu seperti nya pak rio
"rio keluarkan aku cepat, disini sangat panas.sekali" ucap tuan damian aku hanya bisa melihatnya saja jujur saja aku juga sudah tak tahan dengan panas disini, bahkan disini sangat pengap padalah cuma kita berdua saja dalam lift
"Iyah tuan kami sedang berusaha lift ini terjun bebas ke lantai 2 tuan"
"cepatlah"
"chika bangun" ucap tuan damian jujur saja aku sudah mulai kehilangan kesadaranku karena pegap di tambah gelap sekali di dalam lift.
"tu tuan" ucap ku
"diamlah kamu akan mati nanti" ujar tuan damian sambil melepaskan kemejaku agar aku bisa sedikit bernafas dan menyisakan dalamanku saja
lumayan sedikit bisa bernafas tapi tak lama rasanya mataku seperti kunang kunang
"taun " ucapku
"si*l, chika bangun" ucap tuan damian dengan terus memukul pipiku aku tak bisa melihat tuan damian hanya suaranya saja yang bisa ku dengar.
Pov author
chika tak bisa betahan akhirnya pingsan di pelukan damian tak lama pintu lift terbuka damian menutupi tubuh chika dengan jasnya
"maaf tuan anda tak apa apa?" ucap rio saat pintu lift terbuka
Damian berdiri sambil menggendong chika
"ke rumah sakit" ucap damian
"biak tuan" jawab rio
Damian berjalan sambil memangku chika dan membawanya ke mobil, sedangkan rio.mengambil barang yang tercecer dalam lift lalu menyusul damian
"bereskan sisanya" ucap rio pada bawahannya sebelum ia naik mobil
"baik pak"
"cepat jalan " ucap damian
mobil damian pun terus maju membelah jalanan yang mulai tampak sepi, mereka akhirnya sampai ke rumah sakit. damian membawa chika masuk ke ruang IGD
"cepat periksa dia, kami terjebak dalam lift sepertinya ia kehabisan nafas?" ucap damian sambil membaringkan chika di kasur, semua petugas pun langsung sigap memberi pertolongan pertama untuk chika, seperti dugaan damian chika hampir kehabisan nafas
"anda juga harus di periksa tuan, bukan chika saja yang terluka sepetinya punggung anda juga" ucap rio karena damian tak memakai sehelai baju pun di badannya dan memperlihatkan otot tubunya yang sangat indah bahkan otot di perutnya juga sama, para wanita di ugd pun tak lepas padangannya dari damian
"kau benar punggungku rasanya sakit sekali" ujar damian dan berjalan ke arah bed di sana ia pun menutup tirai di sekeliling bed tersebut karena ia merasa banyak mata yang menatapnya
"ambilkan aku baju Rio"
"baik tuan"
Rio pun pergi dari ugd dan mengambil baju di mobil damian, beruntung damian selalu membawa baju cadangan di mobil.
Tak lama seorang perawat menghampiri damian
"aku ingin perawat laki laki" ujar damian pada perawat yang baru masuk ke sana
"tapi tuan"
"TIDAK AdA TAPI" ucap damian dengan tegas dan membuat perawat itu takut dan keluar.
Ia memanggil perawat pria untuk memeriksa damian.
Bersambung. .
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 67 Episodes
Comments