‘Rame nih.’
Benar saja. Setelah sampai di suatu lapangan. Di situ sudah terkonsentrasi banyak orang. Yang pada mengarah ke panggung. Di mana berjajar wayang-wayang kulit. Yang kanan pihak benar. Dan kiri para raksasa. Dengan di Batasi gunungan. Serta raksasa besar di tepiannya. Walau kalau tidak ada yang paling besar, maka tokoh kesatria besar bisa di ambil. Kalau raksasa, itu biasanya tambahan buat para ksatria yang lagi tri wikrama, sehingga bentukannya sangat besar. Penonton juga senang melihatnya, walau dalam hal sabetan perang, tidak banyak gerak, karena berat.
Dengan mengurut demikian maka mudah kala mencari tokoh yang dimainkan. Memang hanya beberapa yang di gunakan. Malahan beberapa di antaranya di taruh saja di dalam kotak. Supaya mudah dalam mengambil. Dan memainkannya. Untuk kemudian mempermudah dalam memainkan lakon. Juga ada beberapa wayang yang dalam membawanya lebih dari satu. Baik itu untuk menjaga supaya kalau putus di sambungannya, masih ada Cadangan jadi kalau untuk membetulkan sulit serta kadang tak bisa cepat, maka sudah tersedia pengganti. Namun ada kalanya juga mesti menggunakan pakem. Dimana tokoh bima biasanya berwarna hitam kalau sudah mendekati fajar. Serta yang kuning di Tengah malam. Sehingga dalang tidak menyimpang dari pakem itu. Tapi memang kebanyakan dalang akan membawa satu kotak wayang supaya lengkap, dan di jajar semua di kelir tadi.
“Ya sudah. Nyari yang nyaman.“
‘Dimana ya?’ Kebingungan karena di mana-mana penuh orang. Tapi kebanyakan pada asik melihat ke Tengah panggung tersebut. Dimana sudah mulai dengan berbagai pertunjukan. Terkadang sekedar bunyi-bunyian, instrumental dari gamelan itu saja. Atau kalau sindennya sudah siap, maka akan mulai menyanyi. Kalau sindennya banyak, maka berbagai pertunjukan akan di lakon kan. Tapi kalau sinden sedikit, biasanya tak mau menyanyi. Ini untuk pementasan nanti dalam usaha mendampingi dalang supaya tak kehabisan suara. Makanya dalang membawa banyak, supaya pertunjukannya juga banyak, serta yang tampil bisa silih berganti sehingga tidak kekurangan bahan. Kalau sudah selesai yang satu akan di sambung dengan hiburan lain, missal tarian atau lengger yang biasanya lagi tidak pentas secara khusus, maka di sini akan bisa menunjukkan kebiasaannya itu. Walau tentunya tidak lama. Paling sepuluh menitan. Beda dengan kalau pertunjukan itu khusus untuk acara lengger. Yang bisa semalam suntuk. Mulai dari jam delapan hingga jam dua. Pokoknya sangat Panjang. Namun jarang yang sampai pagi, karena mengingat tetangga mungkin butuh istirahat. Sementara jika wayang begini akan melakukannya semalam suntuk. Paling cepat subuh baru selesai. Sebab merampungkan satu kisah yang butuh lumayan Panjang dalam menggerakkan wayang tadi. Selebihnya berisi hiburan sebagai tontonan. Namun kalau kisahnya Panjang, jika itu Barata Yuda misalkan, maka hampir semalaman itu di ambil ceritanya. Dan hiburan tambahan bakalan di kurangi. Supaya wayangnya tuntas.
“Ke sana tuh.“
‘Iya kali ya.’
“Di tempat sana banyak orang tuh.“
Menuju ke kerumunan banyak orang. Di sini banyak anak-anak. Sehingga kemungkinan pada ingin banyak. Hanya saja pada Lokasi itu ada juga banyak makanan yang baru-baru. Misalkan Takoyaki, dorayaki, sama tempura. Jadi pada memburu makanan itu. Mau pindah juga sedikit bingung. Mau ke mana lagi. Soalnya di mana-mana makanan yang sejenis ada. Jadi tak semudah itu kita mencari penggantinya.
“Gimana.“
‘Kurang laku juga. Tuh masih banyak.’
“Wah.. “
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 48 Episodes
Comments