Bab 4 Pembantu Idaman

Briana dan Bryan sudah mendapatkan penanganan khusus dari dokter akibat gatal-gatal dan kemarahan pada kulit yang disebabkan oleh alergi terhadap kerang. Kini keadaan mereka sudah jauh lebih baik dan tidak merasa gatal-gatal lagi. Hanya saja ruam merahnya masih sangat terlihat jelas. Beberapa hari ke depan juga sudah hilang dan sembuh.

Makan siang berupa udang cumi goreng tepung, ikan bakar dan kerang saus tiram telah dilahap habis oleh mereka Erlangga, ketiga anaknya dan juga Bima. Namun sebelum menyantap kerang, Erlangga sudah memperingatkan Briana dan Bryan untuk tidak memakannya. Namun karena sudah lama mereka tidak pernah memakan itu makanya Erlangga mengizinkan kedua anaknya untuk memakan kerang.

Namun, bagi dan di mata Marina yang harus bertanggung jawab dan disalahkan adalah Putri. Terlebih karena ia sampai harus Sampai-sampai ia menyeret Putri keluar. Otomatis Erlangga juga mengikuti sang istri takutnya perempuan itu berbuat khilaf. Meski ia sangat yakin kalau istrinya tidak akan melakukan hal tercela.

"Kamu sengaja mencelakai, Briana dan Bryan?" tanya Marina dingin penuh ketegasan menyudutkan Putri.

"Tidak, Nyonya. Saya tidak..."

Plak

Secepat kilat tangan Marina menyambar pipi Putri hingga jejak jari Marina tertinggal di sana sekaligus menolak pembelaan diri dari Putri. Marina begitu marah mendengar sanggahan Putri yang menurutnya itu semua karena memang kesalahannya.

Putri menatap berani Marina karena ia memang tidak bersalah dalam masalah ini walau harus dengan mata yang berkaca-kaca.

Erlangga menghampiri Marina lalu membawa Marina menjauh dari Putri. "Kamu kenapa?" tanya Erlangga.

"Kenapa harus menamparnya? Di sini aku yang bersalah!" tegas Erlangga menunjuk dirinya.

"Kenapa Mas Erlangga membelanya? Suka Mas sama pembantu itu?" tanya Marina sengit.

Kening Erlangga mengerut mendengar pertanyaan Marina yang konyol dan mengada-ada. Kemudian pria itu menggelengkan kepala lalu melihat Putri yang dibawa masuk ke dalam ruangan oleh Mama Puspa yang baru datang.

"Aku membelanya karena aku salah dan bukan berarti aku suka sama Putri." Jelas Erlangga.

Kini keduanya terdiam, menenangkan hati dan pikiran mereka sebelum masuk dan menemui Mama Puspa. Erlangga memberitahukan kedatangan Mamanya pada Marina. Supaya emosi perempuan itu lebih dikontrol lagi.

"Itu semua bukan kesalahan Putri. So, Putri akan tepat berada di rumah kalian." Ujar Mama Puspa begitu tegas menatap tajam pada Marina.

Marina hanya bisa diam menahan kedongkolannya untuk beberapa saat sampai akhirnya ia bisa bernafas lega juga karena Mama Puspa sudah pergi setelah berpamitan pada Briana dan Bryan.

Mama Puspa memang tidak bisa lama berada di sana, karena anak-anak juga besok sudah diperbolehkan pulang. Mama Puspa pulang sekalian mengantar Putri untuk menemani Britney yang ditinggal di rumah.

Setelah hampir empat puluh lima menit berkendara, Mama Puspa sudah menurunkan Putri di rumah Erlangga. Perempuan baik itu langsung tancap gas karena masih ada urusan.

"Mbak Putri..." Britney yang sedang di ruang tamu langsung menghampiri Putri yang baru menutup pintu.

Putri tersenyum menyambut Britney yang sejak tadi mengirimkan pesan padanya.

"Sekarang kamu istirahat, Britney. Tadi kan janjinya kalau Putri udah sampai di rumah."

"Iya, Om." Britney memasang wajah cemberut namun tetap menepati janjinya.

Putri dan Bima sama-sama melihat Britney yang masuk ke dalam kamar.

"Aku kira kamu tidak balik lagi ke sini?" tanya Bima setelah tatapan mereka bertemu.

"Hmmm" jawab Putri singkat. Kemudian ia berjalan melewati Bima tanpa sepatah kata pun. Ternyata anak-anak yang menginginkan makanan seafood hanya akal-akalan Bima semata. Hingga terjadi tragedi yang mencelakai Briana dan Bryan.

Bima mengejar Putri dan menghadangnya saat sudah di depan pintu kamar. Pria itu menatap intens perempuan cantik berhijab yang ada di depannya.

"Aku minta maaf" ujar Bima sambil menundukkan kepalanya.

Untuk sesaat Putri membiarkan kepala Bima tertunduk sampai akhirnya ia menerima permintaan maaf Bima. Kepala pria itu pun terangkat dan mereka saling bertatapan.

"Mungkin kamu juga enggak suka aku di sini. Tapi mau bagaimana lagi, di sini aku hanya bekerja, tidak memiliki niat lain." Putri membuka pintu kamar setelah Bima memberinya jalan, pria itu juga tidak mengomentari perkataan Putri. Ia hanya menatap /tajam pintu yang kini tertutup rapat.

Keesokan paginya

Bersamaan dengan pulangnya Briana dan Bryan, kedua orang tua Marina datang ke rumah. Kini besar itu ss, semakin ramai setelah beberapa tahun mereka tidak ada berkunjung karena sibuk.

"Mama Papa enggak ada kabar kalau mau ke sini" ujar Marina yang duduk di sebelah Erlangga setelah menaruh minuman untuk kedua orang tuanya.

"Papa mau melamar seorang gadis untuk Bima." Jawab Papa Doddy.

"Tapi Bima masih kuliah."

"Tidak masalah, yang penting mereka bertunangan aja dulu."

"Aku ikut aja, Pa, Ma."

"Kapan mau ke rumah perempuannya?."

"Nanti malam, kalian ikut juga ya? Biar anak-anak sama pembantu."

"Iya, Ma."

Erlangga yang sejak tadi diam pun pamit lebih dulu pada kedua mertuanya. Ia langsung masuk ke dalam kamar yang tidak lama disusul oleh Marina.

"Perempuan itu memang pembantu 'kan?" ujar Marina ketus sambil berdiri di depan Erlangga.

"Ini ada apa lagi? Kenapa harus bawa-bawa Putri?." Tanya Erlangga menatap intens Marina. Istrinya itu seperti mencari kesalahan Putri dan ia yang menjadi sasarannya. Padahal ia tidak dekat dengan Putri.

"Kamu senang 'kan sama pembantu itu?" tuduh Marina. Ia sendiri tidak tahu dengan apa yang sedang terjadi. Hanya saja ketakutannya begitu besar terhadap Putri yang berada dekat dengan keluarganya. Apalagi akhir-akhir ini pemberitaan begitu santer tentang perselingkuhan.

Karena untuk pertama kalinya juga setelah ada sosok perempuan lain diantara mereka setelah sekian lama mereka membina rumah tangga. Ia juga sangat menyadari kepintaran yang dimiliki Putri yang bisa mengenyangkan perut suaminya. Tidak menutup kemungkinan Putri akan memenuhi kebutuhan ranjang suaminya.

"Atas dasar apa?" tanya Erlangga.

"Aku takut" Marina meneteskan air matanya.

Erlangga tersenyum sambil menarik tubuh sang istri lalu mendekapnya erat.

"Semuanya sudah kamu penuhi dengan sangat baik, jadi sudah tidak ada tempat untuk perempuan mana pun di dalam hidupku." Ujar Erlangga seraya menempelkan bibirnya pada bibir Marina.

Tentu saja Marina menyambut ciuman tersebut yang pada akhirnya membawa mereka ke atas tempat tidur.

Malam telah menjelang, Bima beserta kedua orang tua dan kedua kakaknya pergi dari rumah dengan pakaian yang serba rapi.

"Aku turun di sini saja" pinta Bima sambil memaksa turun dari mobil ketika tahu tujuan mereka malam ini mendatangi gadis yang akan menjadi istrinya. Marina secara tidak sengaja telah memberitahu Bima yang sebenarnya tidak tahu apa-apa tentang lamaran ini.

Bersambung

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!