Meja makan yang tadinya tanpa penghuni kini sangat ramai. Semua makanan yang dimasak Putri habis tanpa sisa. Seisi rumah sangat kenyang dengan makanan super lezat Putri.
Apalagi kini anggota keluarga mereka bertambah dengan kehadiran Bima Anggara. Adik kandung dari Marina yang akan melanjut kuliah di sini dan kemungkinan besarnya akan tinggal di rumah ini juga.
Usai makan malam, mereka semua beranjak menuju ruang keluarga. Di sana juga sudah ada cemilan di dalam toples di atas meja.
"Bryan paling seneng tuh Mbak Putri ada sini" ujar Briana sambil mengacak adik bungsunya.
Sesaat Bryan cemberut karena Briana membuat rambutnya berantakan.
"Tapi aku juga seneng sih Mbak Putri ada di sini, jadi aku tidak perlu memikirkan makanan apa yang harus aku beli." Britney buka suara terkait keberadaan Putri.
"Memangnya kamu tidak senang, An?" tanya Britney.
"Seneng banget juga lah" jawab Briana yang diakhiri tertawa ngakak. Mana mungkin ia tidak senang ada yang begitu memperhatikan kebutuhan perutnya. Apalagi sudah lama ia tidak merasakan makanan rumahan karena sang Mamih sangat sibuk.
Britney dan Bryan ikut tertawa ngakak, mereka kira Briana akan menyangkalnya.
Ada bagian hati Marina yang tidak menyukai apa yang telah Mama Puspa lakukan. Menghadirkan Putri di dalam rumahnya, menganggu aturan rumah yang telah diterapkannya. Secara otomatis ia pun sangat tidak menyukai keberadaan Putri.
"Papih juga pasti suka 'kan Mbak Putri ada di sini?" celetuk Bryan.
Erlangga hanya tersenyum tanpa mau berkomentar, tatapan matanya bertemu dengan Marina. Perempuan itu langsung bangkit dan pergi dari sana. Erlangga mengusap kasar wajahnya, ia juga segera bangkit dan mengikuti Marina ke kamar.
Bimo menatap mereka yang menghilang di balik pintu kamar. Semua ini pasti ada hubungannya dengan perempuan berhijab yang tadi sore ditemuinya.
"Om Bimo mau kemana?" tanya Briana berhasil menahan tangan Bimo.
"Om mau ke kamar, ada yang harus om ambil" jawab Bima. Ia segera menuju kamar setelah tangannya dilepas Briana.
.....
Pagi-pagi sekali ketiga anak Erlangga dan Marina sudah berada di meja makan. Padahal hari ini mereka tidak berangkat ke sekolah karena libur. Ternyata mereka memang sengaja demi request sarapan yang ingin mereka makan.
Makanan sederhana yang sebenarnya Mamih mereka pun bisa buat. Namun sudah tidak mungkin lagi dibuatkan Mamih mereka karena kesibukannya. Hari libur begini saja Marina tetap berangkat ke kantor. Meninggalkan mereka bersama Papih mereka.
Satu piring besar berisi mie goreng spesial telah tersaji di atas meja. Bryan bersorak paling girang diantara Briana dan Britney. Suara kencang Bryan terdengar sampai ke telinga Marina dan Erlangga yang baru keluar dari kamar. Erlangga sendiri tersenyum mendengarnya, berbeda dengan Marina yang langsung memasang wajah tidak bersahabat.
"Lain kali Mamih tidak mau mendengar suara kamu yang kencang seperti ini, Bryan" tegur Marina. Untuk pertama kalinya
Teguran Marina seketika membuat Bryan terdiam lalu menundukkan kepalanya. "Iya, Mamih. Maaf."
Bukan hanya Bryan saja, tetapi Briana dan Britney juga. Mereka sangat takut melihat kemarahan sang Mamih.
Kemudian Erlangga mendekati Bryan. "It's ok, Bryan." Lalu meminta sang putra untuk melanjutkan makannya.
"Aku tidak suka kalau kamu memanjakan anak-anak." Ketus Marina menatap sengit Erlangga. Pria itu hanya diam tanpa ingin mendebat Marina di depan anak-anak.
Dengan perasaan marah Marina meninggalkan rumah. Marah karena tidak tenang meninggalkan mereka semua bersama Putri.
" Kak! "panggil Bima berlari mendekati Marina yang hendak masuk ke mobil.
"Iya, Bim."
"Kakak ada masalah sama pembantu itu?" tanya Bima penuh selidik.
Marina menatap bangunan rumah yang sudah ditinggalinya hampir 10 tahun bersama keluarga tercinta penuh damai dan ketenangan.
"Lebih baik kamu tinggal di sini aja, bantu kakak sekalian." Marina menatap Bima yang menaikkan alisnya sebagai tanda bertanya. "Kakak sangat tidak suka sama pembantu itu. Tolong buat ia tidak betah sehingga ia akan pergi dengan sendirinya." Sambung Marina sambil menepuk-nepuk lengan Bima.
"Ok, kak." Bima menyanggupi.
"Terima kasih, Bim. Kakak berangkat, titip mereka semua dari pembantu itu." Marina langsung masuk ke mobil setelah anggukan Bima.
Bima kembali ke dalam rumah dan ia berpapasan dengan Putri di pintu depan. Keduanya saling tatap untuk beberapa detik hingga Putri yang lebih dulu memutus tatapannya.
"Butuh tumpangan?" tanya Bima sambil berdiri tepat di depan Putri sehingga Putri tidak bisa lewat. Hanya diam menunggu sampai pria yang ada di depannya menyingkir dari jalannya.
"Saya sudah ada yang menjemput" jawab Putri cepat.
"Ok" lantas Bima memberikan jalan pada Putri. Putri pun cepat-cepat melangkah pergi dari hadapan Bima. Bima menatap Putri yang menghampiri motor yang sudah ada di depan gerbang.
"Hanya pria seperti itu yang menjadi kekasihmu, Put." Gumam Bima sambil terus menatap Putri yang dibawa pergi motor tersebut.
Putri tiba di kampus, ia langsung menemui dosen pembimbing. Materi untuk satu jam ke depan adalah tata hidang. Ia mulai sibuk dengan satu meja besar sambil terus menyimak setiap instruksi yang disampaikan dosen. Hingga tanpa terasa bimbingan pun selesai. Putri segera meninggalkan kelas dan menuju tukang ojek yang menunggunya.
Sesampainya di sana, ia tidak menemukan tukang ojeknya. Malah terlihat Bima berdiri bersandar pada bagian depan mobil sambil memainkan ponselnya.
"Putri!" panggil Bima saat melihat Putri balik badan dan hendak meninggalkan area parkir.
Putri balik badan lagi dan mendapati Bima sudah berdiri dekat dengannya hingga Putri refleks memundurkan tubuhnya.
"Ada apa?" tanya Putri datar.
"Kita pulang bersama, sekalian mampir ke mall. Anak-anak minta makan seafood."
Putri terdiam sambil berpikir, lalu menyetujui untuk pulang bersama Bima karena anak-anak majikannya. Pasti mereka mau makan siang dan secepatnya ia harus sudah tiba di rumah sebelum jam makan siang.
Putri menaiki mobil Bima. Mobil itu pun meluncur membelah jalanan.
"Tolong berhenti di depan" ujar Putri.
"Kenapa? Kenapa berhenti di sini?" tanya Bima melirik Putri sambil memelankan laju mobil dan mengambil jalur pinggir untuk berhenti tepat di tempat yang ditunjuk Putri.
"Mau ke pasar. Di sana semua lengkap dan murah-murah namun kualitasnya tidak kalah bagus sama yang di mal." Jawab Putri sambil bersiap akan turun dari mobil Bima yang sudah parkir di tempat aman.
"Terus aku? tanya Bima menahan tangan Putri.
"Mau tunggu boleh di sini, atau mau langsung pulang silakan." Jawab Putri sambil membuka pintu mobil. Lalu segera memasuki area pasar. Ia tidak takut kalau Bima akan meninggalkannya.
Bima sendiri diam mematung di tempatnya. Lalu ia menggerutu sambil mengacak rambutnya sendiri.
"Memangnya aku supir apa?" tanyanya pada diri sendiri.
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 43 Episodes
Comments
Ita Mariyanti
ulet ki si Bima....mentang2 kakak nya..pdhl slh kq d bela
2024-08-18
0