Marina terdiam sambil terus memperhatikan ketiga anaknya yang begitu lahap menyantap makanannya sampai habis tanpa sisa. Wajah mereka begitu bahagia, tidak seperti biasanya. Bekal kotak makan sudah ada disisi mereka. Mereka begitu gembira dengan kotak bekal berukuran sedang itu.
"Sarapannya cepat dihabiskan, kita sudah mau berangkat." Usapan lembut pada punggung tangan Marina menyadarkannya dari lamuan.
Marina mengangguk sambil tersenyum. Ia pun segera melahap habis makanannya. Memang tidak bisa dipungkiri kalau masakan Putri sangat enak.
Mereka berlima meninggalkan rumah, mereka terbagi dalam dua perjalanan. Erlangga bersama anak-anak satu arah dan mereka berada dalam satu mobil. Sedangkan Marina hanya seorang diri karena tidak ada yang satu arah dengannya.
Sementara Putri sendiri yang saat ini duduk di bangku kuliah semester dua. Berangkat kuliah setelah merapikan meja makan dan mencuci bersih semua perlengkapan makan yang telah digunakan. Ia menaiki ojek langganan yang difasilitasi Nyonya Puspa. Orang yang paling berjasa dalam hidupnya.
Putri Pramanita (19 tahun) seorang yatim piatu yang ditinggalkan kedua orang tuanya saat mereka masih bekerja untuk keluarga besar Nyonya Puspa. Nyonya baik hati itu mau menampung Putri sampai saat ini.
Putri telah sampai di kampus, ia mengambil jurusan tata boga sesuai dengan kemahirannya saat ini.
"Dosennya enggak masuk, Put." Ujar Desna, teman dekat Putri di kampus.
"Kita ke perpustakaan aja yuk!" ajak Putri yang diangguki langsung oleh Desna.
Keduanya berjalan berdampingan menuju perpustakaan. Mereka mencari tempat duduk paling pojok karena bisa tenang untuk membaca atau pun ngobrol bisik-bisik.
Sebelum duduk Putri mengambil buku yang akan dipelajarinya.
"Kamu kenapa kok kusut begitu mukanya?" tanya Putri mendaratkan bokongnya di depan Desna.
"Ayah Bunda mau menjodohkan aku." Jawab Desna malas lalu bertopang dagu.
Putri menutup kembali buku yang baru dibukanya. Ia menatap fokus Desna yang sedang membutuhkan teman curhat.
"Bukannya emang udah dari lama kamu mau dijodohkan, kenapa harus kaget?."
"Iya kan kamu tahu, Put. Aku enggak mau nikah muda. Soalnya kata Ayah Bunda harus nikah dalam waktu dekat ini."
"Memang kamu udah tahu calon suami kamu siapa?. Maksudnya udah tahu belum siapa orang yang dijodohkan sama kamu itu?."
Desna menggeleng lemah.
"Siapa tahu kalau udah tahu kamu nanti berubah pikiran. Prianya tampan, dewasa, sopan, baik, pengertian dan penyayang."
Desna memainkan bibirnya. Sesekali menggigit, melipatnya ke dalam, kemudian memonyongkannya. Bisa saja terjadi hal seperti yang dikatakan Putri.
"Katanya minggu ini orangnya akan datang ke rumah." Desna menegakkan posisi duduknya sambil merapikan ikatan rambutnya.
"Tidak ada salahnya kalian pendekatan saja dulu kalau memang tidak cocok bisa kalian bicara kan lagi."
"Hmmm, sepertinya perlu di coba." Sahut Desna bersemangat.
Putri melanjutkan membaca bukunya setelah selesai mendengar cerita Desna. Kemudian Putri dan Desna meninggalkan perpustakaan setelah dua jam lamanya di sana.
Sementara itu di kantor Marina. Ia disibukkan dengan setumpuk pekerjaan dari banyaknya pelanggan yang menginginkan design buatannya. Lagi-lagi ia melewatkan makan siangnya. Ia selalu ingin memberikan kepuasan maksimal pada para pelanggan setianya.
"Kamu melewatkan lagi makan siang" ujar seorang pria datang menghampiri meja kerja Marina.
Marina mengangkat wajahnya lalu tersenyum.
"Andreas, kamu di sini?."
"Hmmm." Pria yang bernama Andreas itu duduk di depan Marina.
"Tapi aku sedang sibuk, jadi tidak bisa menjadi teman bicara mu." Tangan Marina mulai bergerak lagi menyentuh laptopnya.
"Tidak apa-apa, lagi pula aku hanya mampir. Hanya ingin melihat kamu dan sekarang aku akan pergi lagi." Andreas bangkit lalu merapikan jasnya.
"Kamu bisa aja." Ujar Marina tanpa mau menatap Andreas.
"Aku pamit."
"Maaf aku tidak mengantar." Baru lah pandangan Merina bertemu dengan Andreas. Pandangnya yang sama dengan 12 tahun silam.
"It's ok." Andreas tersenyum sambil melambaikan tangannya pada Marina. Perempuan itu pun membalasnya sampai Andreas benar-benar keluar dan menutup pintu ruang kerjanya.
Marina kembali fokus pada pekerjaannya ketimbang memikirkan Andreas yang masih menunggunya.
.....
Siang menjelang sore ini Erlangga ada rapat di luar bersama klien sekaligus sahabat semasa kuliah. Mereka berdua sudah duduk tenang di salah satu tempat minum kopi ternama.
Di sela-sela rapat, sesekali mereka menyisipkan obrolan tentang keluarga masing-masing. Terutama perkembangan anak-anak yang sedang-sedangnya serba ingin tahu untuk segala hal tanpa bisa dicegah. Mereka akan mencari tahu sendiri dengan caranya.
Kemudian beralih pada pasangan mereka yang masih sama seperti dulu. Hanya saja, Erlangga menjadi lebih sedikit bicara jika sudah mengenai Marina dibarengi perubahan raut wajah. Sangat berbeda ketika bercerita tentang anak-anaknya. Hal tersebut tertangkap oleh sahabatnya, Panji.
"Ada masalah diantara kalian?."
Dengan cepat Erlangga menggeleng. "Tidak ada, kami baik-baik." Kemudian mengangguk-anggukan kepala untuk meyakinkan ucapannya.
"Senang aku mendengarnya."
"Hmmm" Erlangga menampilkan senyum untuk menyamarkan perasaannya saat ini.
Rapat sekaligus tukar informasi sudah selesai, keduanya harus segera kembali ke kantor masing-masing.
Mobil Erlangga berhenti saat lampu merah, kedua matanya seketika menyipit sambil sedikit menurunkan kaca jendela guna memastikan perempuan yang berada di atas motor.
"Putri" gumam Erlangga saat benar-benar tahu jika itu adalah perempuan berhijab yang sekarang bekerja di rumahnya. Di antara Putri dan tukang ojek ada sebuah tas berisi belanjaan.
Sebuah senyum tercetak jelas pada wajah Erlangga kala sudah bisa membayangkan menu makan malam super lezat seperti kemarin.
Motor pun melaju saat lampu hijau menyala, Erlangga juga segera tanpa gas. Ia segera ingin pulang untuk mengisi perutnya yang sudah keroncongan.
Putri tiba di rumah dan langsung meletakkan tas berisi belanjaan. Ia segera menyusun semuanya masuk ke dalam kulkas, ada juga yang dibiarkan begitu saja di tempat terbuka.
Ia langsung memasak setelah berganti pakaian, sebentar lagi anak-anak Nyonya dan Tuan nya akan akan segera sampai di rumah.
Karena memasak adalah keahliannya maka tidak sulit bagi Putri untuk mengolah bahan-bahan makanan itu. Kini di meja makan sudah terhidang lagi makanan kesukaan seisi rumah.
Langkah Putri yang akan kembali masuk ke dalam kamar terhenti ketika terdengar bunyi bel. Ia bergegas ke luar guna membuka pintu.
Ceklek
"Mau cari siapa?" tanya Putri. Seorang pria tampan sudah berdiri tegak menatapnya.
"Pemilik rumah ini" jawabnya tegas.
"Mereka belum pulang" ujar Putri memberitahu.
"Tahu, makanya mereka memintaku masuk dan menunggu di dalam."
"Silakan" Putri menyampingkan tubuhnya guna memberikan jalan pada pria itu.
"Ok" pria itu masuk melewati Putri.
Putri menutup pintu lalu balik badan, keningnya berkerut saat melihat punggung pria itu menghilang di balik pintu kamar yang bersebelahan dengan kamarnya.
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 43 Episodes
Comments
Ita Mariyanti
😂😂😂 blm tau kl dia si juragan rmh 😁
2024-08-18
0
Sheva↑
kak update lgi dongg
2024-06-16
1